This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, May 30, 2011

Ciptakan Kerja Kreatif

Pengamat ekonomi Aviliani minta masyarakat dapat menciptakan peluang kerja kreatif dalam rangka memperkuat daya saing ekonomi Indonesia. Dia mengaku pada 2020 diprediksi sebanyak 70 persen masyarakat Indonesia masih produktif dan 30 persen tidak produktif

"Iklim ekonomi yang membaik seharusnya menjadi momentum bagi masyarakat untuk menciptakan peluang kerja kreatif," kata pengamat ekonomi, Aviliani di Jakarta akhir pekan lalu, dalam dialog (talk show) bertajuk Career Talk yang digelar Fatigon C-Plus, produk multivitamin yang diproduksi PT Kalbe Farma Tbk.


Aviliani memperkirakan apabila ekonomi Indonesia masih seperti ini, pada 2020 sebanyak 70 persen masyarakat Indonesia masih produktif dan 30 persen tidak produktif. "Masyarakat yang memasuki usia pensiun pada 2020 diperkirakan 70 persen akan tetap produktif tidak menggantungkan hidupnya pada kelompok yang lebih muda," katanya. Hanya, lanjut Aviliani, pada periode sekarang ini masyarakat dalam usia produktif diminta melakukan investasi untuk menciptakan peluang pekerjaan, terutama bfdang-bidang kreatif.

Sementara itu, motivator di bidang karir. Rene Suhartono mengatakan dalam menjalankan usaha harus dijalankan karena memiliki kemampuan di bidang tersebut bukan karena keterpaksaan. Rene mengatakan keberhasilan seseorang dalam menjalankan usaha sa-ngat bergantung kepada kepedulian pada dirinya bahwa dia sanggup untuk menjalankan hal tersebut.

Aviliani juga menambahkan generasi muda saat ini seharusnya sudah diarahkan ke depannya akan menjadi apa. "Kalau melihat kondisi sekarang ini, kesempatannya ada, tetapi spiritnya kurang, padahal dari merekalah daya saing ekonomi Indonesia saat ini bergantung," ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama. Brand Manager Fatigon C-Plus PT Kalbe Farma Tbk, Gregorius Dam mengatakan kegiatan C-Plus Movement merupakan suatu gerakan untuk mendukung kesuksesan karir dan meningkatkan daya saingtenaga kerja Indonesia yang saat ini masih berada di peringkat ke-44 dari 139 negara. "Gerakan C-Plus Move-ment digagas Fatigon C-Plus dengan tiga slogan yakni 3C (Condition. Courage, Contribute). Dengan mengangkat slogan 3C, C-Plus Movement ingin mengajak para profesional dan entrepreneur untuk bisa meraih performa kerja maksimal dan mencapai karir optimal," katanya.

Menurut Daru melalui gerakan C-Plus Movement ini, diharapkan kesuksesan dalam berkarier dapat diraih dengan mempertahankan kondisi tubuh yang optimal (condition), berani menemukan passion (courage) dan semangat untuk mau berkontribusi bagi masyarakat (con tribute). Lebih lanjut Daru menerangkan C-Plus Movement dimulaj dengan diadakannya kegiatan roadshow office to office di gedung perkantoran di Jakarta dilanjutkan juga dengan roadshow mal to mal.

Berdagang, Jalan Menjadi Pewirausaha

Banyak pengusaha besar (konglomerat) di Indonesia pada mulanya berkarier sebagai pedagang atau penjual. Liem Sio LJong (Om Liem), ketika pertama berbisnis di Indonesia dan menginjakkan kaki pertama di Semarang dari China Daratan, awalnya juga mulai berdagang dengan kebutuhan pokok di Jawa Tengah.

William Suryajaya, pendiri Astra, bisnis awalnya adalah pedagang dan memasok kebutuhan beberapa instansi pemerintah Awalnya mereka tidak punya produk buatan sendiri. Keluarga Katuari pendiri Group Wing awalnya juga pedagang sabunsebelum akhirnya sukses membangun industri sabun sendiri Namun banyak
orang yang bingung ketika hendak memulai jadi pewirausaha (entrepreneur). Belum apa-apa, mereka sudah membayangkan yang beratberat, seperti harus punya modal dan bisa membuat produk sendiri.

Kalau memulai usaha harus memikirkan tingkatan seperti itu memang berai Banyak orang yang tidak tahu bahwa sesungguhnya berdagang adalah langkah bagus untuk memulai usaha. Berdagang prosesnya lebih mudah, kita tidak perlu memikir-kan produksi. Yang kita perlu pikirkan hanya pemasaran. Kita membeli produk dari pihak tertentu dan kemudian menjualnya ke pihak lain dengan harga yang lebih tinggi agar mendapatkan margin untung. Berdagang, adalah media pembelajaran entrt-preneur yang sangat baik dan sederhana yang akan mengajari kita untuk membedakan mana biaya modal dan mana untung. Kuncinya kita cukup dengan cara menjual lebih tinggi barang dagangan kita, dibanding harga beli plus biaya transpor. Kha bisa mengoptimalkan keuntungan dari aspek tempat dan waktu. Misal semangka yang di Yogyakarta atau Jawa Tengah harganyarendah, tapi karena faktor tempat, saat dijual ke Jakarta, harganya bisa dua kali lipat. Kalau kita menjual semangka tersebut satu truk, laba bersihnya bisa Rpl juta per sekali kirim.

Demikian juga kedelai, tempurung kelapa, bawang merah, dan lain-lain yang di daerah tertentu amat murah, di tempat lain harganya bisa berlipat-lipat. Oi Brebes bawang merah cuma Rp8 ribu/kg, dibawa ke Jakarta yang hanya enam jam perjalanan, harganya sudah dua kali lipat

Tidak usah jauh-jauh. Anda bisa saja beri pakaian jadi di Pasar Tanah Abang, Pasar Pagi (Mangga Dua) atau Pasar Cipulir yangharganya cuma Rp20 ribu per potong, begitu barang tersebut ada di sekitar Anda, harganya bisa Rp50 ribu.

Pedagang juga bisa mencari benefit dari waktu. Ketika musim padi kita beli gabah sebanyak-banyaknya karena harga murah. Lalu kita simpan di gudang 3-4 bulan, sekalian mengeringkan gabah, lalu kita giling dan dijual di saat musim non panen. Harga di saat non panen biasanya lebih mahal Oi saat panen bahkan sering barang dibuang-buang, namun di saat tidak panen barang itu menjadi bernilai. Anda mau mencoba menjadi pedagang?

Bursa kerja jaring calon wirausaha baru

Sedikitnya 23.000 orang tercatat merintis peluang wirausaha baru melalui acara bursa lapangan kerja dan usaha yang digelar Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB)-KUMKM. Kemas Danial, Dirut LPDB-KUMKM. mengatakan jumlah itu berdasarkan asumsi dari sektor usaha yang disasar para calon wirausahawan yang hadir pada bursa lapangan kerja dan usaha di SME Tower, Jakarta Selatan.

"Jika seluruh proposal pembiayaan yang mereka tawarkan sesuai petunjuk dan teknis, kami akan segera cairkan dananya," ujarnya sebelum penutupan bursa lapangan kerja dan usaha melalui pola franchise, kemarin.


Menurut Kemas, besarnya minat pengunjung menjadi pengusaha baru maupun mencari lapangan kerja merupakan indikasi acara yang digelar mencapai sasaran yakni solusi mengatasi pengangguran dan penciptaan lapangan, kerja.

Target ini bisa tercapai berkat partisipasi sekitar 120 perusahaan UKM franchisor yang membuka stan selama bursa lapangan kerja dan usaha berlangsung 3 hari, 27-29 Mei 2011, di SME Tower.

Karena itu, Kemas berniat menambah frekuensi agenda bursa yang dikena samakan dengan perusahaan UKM Franchisor. "Paling tidak, akan lebih berguna jika dilaksanakan tiga kali setahun.

Strategi bagi penyerapan tenaga kerja melalui bursa ini diharapkannya diikuti oleh lembaga lain sebab, bersinergi dengan perusahaan UKM Franchisor sangatbesar potensi penyerapan tenaga kerja baik melalui wirausaha baru maupun sekadar mencari pekerjaan.

"Agenda semacam ini sebenarnya untuk menjadi ruu model atau contoh agar bisa diikuti lembaga lain yang peduli mengurangi beban lapangan kerja ataupun mengurangi angka kemiskinan."

Usaha kreatif

Sementara itu, peluang menjalankan usaha sendiri atau wirausaha dinilai semakin besar karena membaiknya iklim ekonomi nasional.

Sayangnya, menurut pengamat ekonomi Aviliani, sebagian besar lulusan sekolah belum melihat wirausaha sebagai gantungan hidup.

"Mereka lebih memilih mencari kerja atau bekerja pada perusahaan atau menjadi pegawai negeri daripada menciptakan usaha sendiri, ujarnya dalam acara career talk yang diselenggarakan oleh PT Kalbe Farma Tbk, pekan lalu.

Salah satu faktornya karena masih ke dinya persentase lulusan perguruan tinggi atau masih didominasi lulusan sekolah menengah ke bawah. "Kondisi itu yang membuat pola pikir lulusan mencari kerja daripada menciptakan lapangan kerja."

Menurut Aviliani, kondisi perekonomian saat ini sebenarnya menjadi momentum untuk merintis wirausaha dan menciptakan peluang kerja kreatif. Usia produktif bisa didorong untuk melakukan investasi jangka panjang dalam menciptakan usaha kreatif.

Dia memperkirakan hingga 9 tahun ke depan, setidaknya sampai 2020, sekitar 70% warga masih produktif asalkan mulai merintis usaha kreatif pada saat ini.

Saturday, May 28, 2011

RI Paling Ramah kepada Wirausaha

Indonesia, AS, Kanada, India, dan Australia termasuk di antara negara-negara yang memiliki budaya terbaik di dunia bagi orang-orang yang memulai bisnis baru. Bahkan. Indonesia berada di posisi teratas, mengalahkan AS dan Kanada.

Sebaliknya, Kolombia, Mesir. Turki. Italia, dan Rusia memiliki kultur yang kurang maju dalam inovasi dan kewirausahaan. Demikian menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh BBC World Service di 24 negara yang dirilis Jumat (27/5).


Survei terhadap 24.537 orang dewasa di 24 negara yang dilakukan untuk BBC World Service oleh perusahan jajak pendapat internasional GlobeScan bersama Program on International Policy Attitude (PIPA) di Universitas Maryland di Amerika Serikat. Survei dilaksanakan antara Juni sampai September 2010.

Seperti yang dikutip dari kantor berita BBC, dalam survei itu, kepada responden ditanyakan tentang bagaimana perasaanmereka kalau mau memulai bisnis di negara mereka.

Yang ditanyakan termasuk apakah negara mereka menghargai kreativitas, inovasi, kewirausahaan, dan apakah ide-ide bagus bisa mudah diterapkan.

Berdasarkan jawaban atas keempat pertanyaan itu, Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara yang paling ramah untuk wirausaha di dunia, unggul tipis dari Amerika Serikat.

Jajak pendapat ini juga memperlihatkan bahwa Indonesia paling menghargai inovasi dan kreativitas, disusul Amerika dan Cina.

Berat memulai bisnis

Jajak pendapat menemukan bahwa, mayoritas orang di 23 dari 24 negara yang disurvei, merasa bahwa mereka akan menghadapi masalah berat untuk memulai bisnis.

Dalam hal ini, Brasil sebagai negara yang paling rendah skornya. Di negara ini, 84% sepakat bahwa memulai bisnis sangat berat.

Dua negara dengan ekonomi terbesardi dunia yakni AS dan Cina, disebut sebagai negara yang paling disukai dalam hal inovasi dan kreativitas. Di kedua negara ini, 75% mengatakan negara mereka menghargai inovasi dan kreativitas. Akan tetapi, Indonesia lagi-lagi berada di posisi teratas dengan angka 85%.

Di posisi bawah, 65% orang Turki dan 61% orang Rusia merasa inovasi dan kreativitas tidak dihargai di negara mereka.

Direktur GlobeScan, Doug Miller, mengatakan, jawaban-jawaban responden dalam jajak pendapat ini akan mencerminkan kinerja ekonomi negara mereka masing-masing.

Menurutnya, perbedaan besar dalam kultur kewirausahaan di antara negara-negara yang sedang tumbuh akan berdampak terhadap kinerja perekonomian mereka dalam rentang waktu.

"Sebagai contoh, sangat menarik untuk melihat apakah pikiran positif orang Indonesia akan membuat mereka lebih maju dari Brasil yang relatif merasa kurang bersemangat," tuturnya.

LPDB-KUMKM Gelar Bursa Naker dan Wirausaha Waralaba

 Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) siap menyerap ribuan pengangguran berpendidikan SMA ke atas. Bahkan, LPDB-KUMKM siap mencetak wirausaha baru dalam bisnis waralaba (franchise).

Tekad itu diwujudkan dalam pameran bertajuk Bursa Lapangan Usaha dan Kesempatan Kerja Melalui Usaha Franchise dengan Dukungan Pembiayaan dari LPDB-KUMKM 2011 yang diadakan di Gedung Smesco - UKM di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, selama tiga hari, sejak Jumat hingga Minggu (27-29/5).


"Acara ini berangkat dari keprihatinan tingginya angka pengangguran terbuka yang mencapai 6,8% atau sekitar 8,1 juta orang angkatan kerja dengan tingkat kemiskiknan 13,3% atau sekitar 31,2 juta orang,"kata sumber Investor Daily. Dia yakin, usaha waralaba mampu mencetak lapangan kerja bagi ribuan lulusan SMA dan yang sederajat Kel- ompok lulusan SMA itu kini mendominasi angka pengang- guran di Indonesia.

Yang dilakukan LPDB-KUMKM adalah menyediakan pendanaan bagi pembukaan waralaba baru sebanyak Rp 80 miliar. "Kami menyediakan dana bergulir sekitar Rp 80 miliar bagi calon wirausaha yang ingin mengakses dana bergulir sebagai modal awal franchise," katanya.

Saat membuka pameran bisnis waralaba tersebut, Menteri Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) Syarifuddin Hasan menyerahkan status badan hukum kepada Koperasi Pekerja Seni Indonesia (KPSI). Menurut Menkop, upaya pembentukan koperasi tersebut diharapkan mam-pu mendorong budaya berkop-erasi melalui publik figur yang diyakini merupakan solusi alternatif yang menjanjikan dalam berinvestasi dan mengembangkan usaha anggotanya. Sebagian besar artis ibu kota tercatat telah menjadi anggota Koperasi Pekerja Seni Indonesia dengan kesadaran mereka sendiri.

Sumber menambahkan, saat ini pihaknya mendapat amanah mengelola dana bergulir sebanyak Rp 22 triliun. Dengan anggaran sebesar itu, dia optimistis mampu mengentaskan pengangguran hingga 8,1 juta orang per tahun.

"Sampai saat ini, LPDB menerima 1.676 proposal dengan nilai pengajuan pinjaman sebesar Rp 5,1 triliun. Padahal, dana yang kini dilelola LPDB hanya Rp 1,1 triliun. "Jadi masih membutuhkan tambahan dana bergulir sebanyak Rp 4 miliar," menurut sumber lagi.

Thursday, May 26, 2011

KUR Disorot dan Diburu

Suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang selalu disoroti karena dinilai masih terlalu tinggi ternyata tidak sepi dari peminat.Pemerintah mengklaim penyaluran KUR tahun ini sudah di atas 50% dari target yang dipatok. Data terbaru menunjukkan KUR yang dicairkan sudah menembus Rpl0,33 triliun hingga 20 Mei lalu.Dengan demikian,KUR yang beredar di tangan masyarakat sudah mencapai 51,3%dari target sekitar Rp20 triliun tahun ini.

Melihat kinerja penyaluran KUR tahun ini yang cukup bergairah, hal itu menunjukkan betapa masyarakat membutuhkan pembiayaan dengan cara mudah, urusan suku bunga cenderung tak dipersoalkan. Realisasi pencairan
KUR tahun ini membuat bank penyalur semakin bersemangat. Dari 20 bank-BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, dan 13 Bank Pembangunan Daerah-yang menjadi penyalur KUR, tercatat sekitar 730.713 debitor.

Tengok saja, pencairan KUR Januari tercatat sebesar Rpl,86 triliun, lalu.meningkat menjadi Rpl,92 triliun pada Februari dan melejit hingga Rp2,6 triliun pada Maret, tetapi pada April sedikit mengendur menjadi Rp2,38 triliun. Dalam urusan penyaluran KUR.BRItak terkalahkan di antara bank yang di tunjuk pemerintah sebagai penyalur dengan realisasi tak kurang dari R p6,S tribun.

Peningkatan kinerja penyaluran KUR tersebut tak bisa dipisahkan dari relaksasi (kemudahan) untuk mendapatkan kredit usaha itu sejak tahun lalu. Di antaranya, penurunan suku bunga KUR mikro dari 24% menjadi 22%, penurunan suku bunga kredit KUR dengan plafon Rp5 juta hingga Rp500 juta menjadi 14% dari sebelumnya sebesar 16%, periodepengembalian yang makin panjang dari tiga tahun menjadi enam tahun.

Di balik kemudahan tersebut memang terselip ancaman meningkatnya rasio kredit bermasalab(non-performingZoan/NPL).Hal itu tidak ditampik oleh Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan. Namun komitmen pemerintah untuk memberikan pembiayaan dengan mudah kepada masyarakat tidak boleh terhalang persoalan NPL. Secara nasional, NPL KUR hanya sebesar 3% (bruto) dan kalau dihitung secara neto tidak lebih dari 2% . "Jadi, KUR ini masuk kategori sehat sekab. Begitu dapat kredit, debitor KUR langsung bekerja. Itu behavior mereka," papar Syarifuddin.

Kehadiran KUR berawal dari kegelisahan pemerintah terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)yang masih kesulitan mengakses pembiayaan dari perbankan. Pada 2006, jumlah UMKM mencapai 48,8 juta, tetapi yang baru bisa menikmati pembiayaan lewat perbankan hanya 39,06% atau 19,1 juta. Fakta lain yang menarik, dari 48,8 juta UMKM tersebut temyata sekitar 90% adalah usaha mikro berbentuk usaha rumah tangga, pedagang kecil, dan berbagai usaha mikro lain yang bersifat informal.

Semula.program KUR yang diluncurkan 2007 tak begitu dilirik karena suku bunga yang ditawarkan tidak kompetitif. Namun -dalam perkembangannya KUR sedikit demi sedikit mulai menggeser peran Un tah darat. Dari 2007 hingga 2010, pemerintah mencatat dana KUR yang sudah beredar sebesar Rp34,417 triliun di tangan 3,8 juta nasabah. Berkat program KUR seperti diklaim pemerintah, diperkirakan 400.000 orang telah naik kelas karena sudah layak mengajukan kredit usaha yang lebih besar ke bank (bankable).

Kita berharap KUR yang menjadi motor penggerak UMKM bisa lebih menyasar sektor-sektor yang menjadi tulang punggung pi-rr konomian nasional. Terus terang, alokasi penyaluran KUR sepanjang tahun lalu masih didominasi sektor perdagangan yang mencapai 63,7%,sedangkansektorpert ani an dan perikanan baru sekitar 17,1% dari total KUR yang disalurkan sebesar Rpl7,2 triliun. Hal itu juga dibarengi dengan penurunan suku bunga lagi yang bisa memberikan ruang gerak lebih leluasa kepada pelaku UMKM.

Produsen Busana Muslim Indonesia Bidik Pasar Eropa

Produk busana muslim buatan Indonesia kian berkibar di pasar mancanegara. Selain diekspor ke sejumlah negara yang mayoritas penduduknya muslim, ekspor busana muslim juga menyasar pasar di negara-negara Eropa. Meski penduduk muslimnya tidak begitu besar, tapi pasar busana muslim di Benua Biru tersebut terus berkembang.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, ekspor busana muslim, terutama ke Eropa tumbuh lumayan signifikan belakangan ini. Di kawasan Eropa, Inggris tercatat sebagai negara 111.] ii ekspor busana muslim terbesar. Maklumlah, di negara ini, jumlah penduduk muslimnya mencapai sekitar 1,5 juta jiwa.


"Transaksi busana muslim di Inggrismencapai US$ 150 juta dalam setahun," kata Hidayat, saat membuka acara Pameran Produk Busana Muslim di Kemenprin, Selasa (24/5).

Selain Inggris, potensi ekspor busana muslim ke negara-negara lain di Eropa juga tak kalah besar. Saat ini, menurut Hidayat, jumlah umat muslim di Eropa mencapai 16 juta jiwa. Dengan jumlah muslim sebanyak itu, maka omzet perdagangan busana muslim di Eropa bisa mencapai US$ 1,5 miliar per tahun.

Potensi itu, menurut Hidayat, harus dimanfaatkan secara maksimal oleh produsen busana muslim di dalam negeri. "Apalagi, busana muslim Indonesia tengah disiapkan menjadi kiblat fesyen muslim dunia," ujar Hidayat.

Sejak Agustus 2010, pemerintahmemang sudah mencanangkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia. Pemerintah menilai, busana muslim Indonesia memiliki keunggulan karena memiliki desain yang khas dan susah ditiru negara lain. Dirjen Industri Kecil dan Menengah

(IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah menimpali, ekspor busana muslim ke Eropa memang terus naik. "Nilainya cukup besar tapi tidak tercatat secara jelas karena ekspornya sendiri-sendiri," kata Euis.

Pengurus Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan Direktur Indonesia Fashion Week 2011 Dina Midiani mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya desainer busana muslim yang belum tersaingi oleh negara lain. Bahkan, negara lain seperti Malaysia dan Thailand masih belajar dari Indonesia. "Ini peluang untuk menguasai pasar dunia, yang diperlukan sekarang adalah kemampuan mass production," kata Dina

Ciputra-Kauffman Buka Peluang Bisnis

Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) bekerja sama dengan Indonesia Technopreneur Community (ITC) mengadakan Startup Weekend Indonesia di Epicentrum Walk, jakarta. Jumat (20/5). Kegiatan itu termasuk rangkaian Global Entrepreneurship Week Indonesia 2011 yang didukung Kauff-man Foundation.

Sekitar 100 peserta akan mengikuti kegiatan yang berlangsung tiga hari (20-22 Mei). Para peserta dibekali dan didorong membentuk tim, membangun produk,
dan meluncurkan startup company. Fasilitator kegiatan ini adalah Joey Pomerenke, Operations Manager Startup Weekend USA dan mentor Dhakasinamoorthy Dash, Host Country Startup Weekend Malaysia.

"Ini tempat bagi peserta untuk mengeksplorasi ide dan membuat ide Anda menjadi bisnis nyata," papar Ciputra, pendiri UCEC saat membuka kegiatan tersebut, Jumat (20/5)

Blackberry libatkan pengembang aplikasi lokal

Research in Motion, produsen ponsel pintar Blackberry, menjajaki kerja sama dengan komunitas dan pengem-"bang konten lokal di Indonesia untuk mengembangkan aplikasi dan konten mobile.

Johan Kremer, Head of Alliances Research in Motion (RIM) Pte Ltd untuk Asia Tenggara, mengatakan komunitas yang digandeng antara lain dari kalangan kampus, pengembang aplikasi, danmasyarakat umum.


"Kampus merupakan tempat yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam pembuatan aplikasi karena banyak ilmuwan yang terlibat di sana," katanya di sela-sela Blackberry Developer Day di Institut Teknologi Bandung (ITB) kemarin.

Dia mengungkapkan jumlah pengembang aplikasi ponsel Blackberry di seluruh dunia saat ini sebanyak 375.000 orang yang berasal dari beberapa negara. Namun, RIM belum bisa memperkirakan jumlah aplikasi yang telah diproduksi oleh masyarakat Indonesia karena kesulitan pengumpulan basis data.

"Dari 375.000 pengembang itu, kami kesulitan mencari angka berapa aplikasi yang berasal dari Indonesia karena aplikasinya dikirim melalui e-mail yang tidak bisa diakses dari mana negaranya," tutur Johan.

Dia menjelaskan kegiatan Blackberry Developer Day yang diselenggarakan di ITB merupakan salah satu strategi yang digu-nakan RIM untuk menggandeng komunitas di Indonesia.

Menurut dia, acara itu juga bertujuan membantu para mahasiswa, pengembang aplikasi, dan masyarakat umum yang tertarik untuk mengembangkan aplikasi, sekaligus mengetahui lebih jauh teknologi Blackberry.

Dia menilai Bandung termasuk salah satu kota kreatif di Tanah Air yang didukung oleh banyak industri kreatif. "Selain di Bandung, kami juga berharap bisa menjajaki kerja sama dengankomunitas yang ada di Yogyakarta, Medan, dan Malang."

Suhono tiarso Supangkat, Kepala Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB, mengungkapkan ITB akan mendirikan Blackberry Academy Partnership sebagai salah satu langkah pengembangan keilmuan civitas akademika kampus itu.

Lembaga itu, paparnya, diharapkan bisa diresmikan pada tahun ini untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di kampus tersebut.

Pembiayaan UMKM Bank atau Nonbank?

Soal Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sesungguhnya negeri ini telah memiliki sejarah panjang. LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia (BI) dibagi menjadi dua kategori, yaitu LKM yang berwujud bank serta LKM non-bank. LKM yang berwujud bank antara lain BRI Unit Desa, BPR dan BKD (Badan Kredit Desa). Sedangkan yang bersifat non-bank adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Unit Simpan Pinjam (USP), Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), Baitul Maa] wa Tamwil (BMT), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), arisan, pola pembiayaan Gramcen Bank, pola pembiayaan ASA, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dan Credit Union (CU).


Awalnya LKM memang di-drive oleh program pemerintah yang bersifat non-mar-ket, dengan mengandalkan kredit-kredit program yang dicirikan oleh bunga murah, jangka waktunya lama, peruntukannya jelas dan terbatas, pembeliannya massal, memperoleh dana likuiditas dari bank sentral dan risiko kreditnya ditanggung oleh pemerintah. Sayangnya, karakteristik pelaku bisnis mikro umumnya tidak dapat memenuhi kriteria umum 5C (character, capacity, capital, collateral, dan condition) sehingga tak jarang bank menganggap bisnis yang diajukan seo-rang pengusaha mikro tidak feasible untuk dibiayai.

Kita bisa banyak belajar dari berbagai kredit program yang pernah ada. Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Usaha Tani (KUT), hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR). Untuk yang disebut terakhir, beberapa hambatan KUR ini di antaranya adanya persyaratan bahwa KUR tidak diperbolehkan untuk debitor yang sudah bisa mengakses perbankan (bankable), mengambil alih (take over) fasilitas pembiayaan non-KUR, per-panjangan/tambahan fasilitas kredit dari debitor yang telah memperoleh pembiayaan non-KUR, dan debitor sedang memperoleh pembiayaan dengan subsidi bunga dari pemerintah. Akibatnya, bank cenderung sangat berhati-hati. Hal lain, di dalam praktiknya, bank pun masih meminta adanya jaminan yang cukup sebagaimana layaknya kredit komersial pada umumnya. Belum lagi, besaran bunga yang relatif tinggi.

Aspek kelayakan pemohon (ehgibHity) maupun kelayakan usaha (feasibility) merupakan dua hal yang seringkali menjadi sandungan besar bagi para pelaku UMKM untuk mengakses sumber-sumber pembiayaanformal. Hasil survey World Bank tahun 2007 atas 3.369 kepala keluarga yang tinggal di pedesaan di sepuluh provinsi di Indonesia diperoleh data bahwa dari 60% responden pengaju pinjaman, hanya 17% yang akhirnya mendapat pinjaman dari bank, sisanya meminjam dari lembaga keuangan informal.

Sementara aspek kelayakan usaha di mata bank/ pemberi pinjaman sangat erat kaitannya dengan tingkat kembalian terhadap risiko yang dihadapi Dilihat dari konteks ini memang tampaknya terdapat gap paradigma antara sektor keuangan dengan sektor UMKM. Di mata perbankan, rendahnya penyaluran kredit perbankan nasional ke pasar kredit UMKM disebabkan oleh tiga masalah pokok, yaitu screening problem, incentives problem, dan enforcement problem.

Screening problem umumnya merupakan permasalahan yang ditimbulkan oleh cara menilai kelayakan UMKM yang dipandang dengan pendekatan 5C.

Incentives problem berkenaan dengan perhitungan cost and benefit yang tidak sesuai, akibatnya return yang dijanjikan sektor UMKM senantiasa dipandang terlalu rendah untuk menutup potensi risiko per-bankan

Enforcement problem berkenaan dengan lemahnya mekanisme non pasar (kebijakan, peraturan, dan sebagainya) yang mampu mendorong dunia perbankan mau membiayai sektor UMKM. Dari sini tampak bahwa selama pendekatan lembaga keuangan tidak diubah, khususnya tentang paradigma risiko dan persyaratan kredit, dan di sisi lain tidak ada penguatan/pem- berdayaan di tingkat pelaku UMKM, maka gap ini akan semakin sulit diatasi. Tak hanya gap paradigma, akses UMKM terhadap pembiayaan formal juga terkendala oleh aspek-aspek lainnya seperti hambatan internal lembaga pembiayaan, selain hambatan makro lainnya.

Terkait dengan bentuk kelembagaan (bank atau nonbank) yang lebih tepat untuk UMKM, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Saptono (2011) menunjukkan, lembaga pembiayaan non-bank lebih direkomendasikan sebagai lembaga pembiayaan bagi pelaku usaha skala kecil (dalam hal ini petani tanaman pangan). Hal ini dilandasi argumentasi bahwa lembaga pembiayaan bukan bank dapat bergerak lebih fleksibel.

Selama ini Undang-undang (UU) No. 10 tahun

1998 tentang Perbankan berikut aturan-aturan lain yang tertuang dalam peraturan Bank Indonesia dirasakan terlalu kaku (rigid) dan memberi ruang yang terbatas bagi lembaga pembiayaan usaha mikro dan kecil. Aturan dimaksud seperti aspek kecukupan modal (CAR), rasio pinjaman terhadap pihak ketiga (LDR), kebijakan pemberian kredit dan restrukturisasi, uji kepatuhan, serta kebijakan lain yang jika diterapkan menyebabkan banyak usaha mikro dan kecil menjadi tidak layak dibiayai.

Dengan demikian berbagai wacana yang berkembang tentang LKM saat ini, apakah bentuknya formal-informal, bank atau nonbank, dan pandangan-pandangan lainnya diharapkan dapat memperkaya referensi saat DPR nanti kembali membahas RUU LKM hingga akhirnya terlahir menjadi sebuah UU yang produktif bagi semua elemen, tidak membelenggu/ menghambat tumbuh kembang UMKM, dan yang jelas mampu melindungi para pelaku UMKM dari berbagai bentuk diskriminasi/ ketidakadilan, serta mampu mengentaskan dari jeratan lintah darat yang selama ini bergentayangan di sekeliling mereka. "

Empat Wakil ITB di Ajang Wirausaha Asia Pasifik

Sekedar memiliki ide kreatif temyata tidak cukup untuk menjadikan seseorang menjadi seorang entrepreneur. Keberanian disertai kondisi lingkungan yang mendukung dan memadai, juga menjadi hal lainnya yang bisa menjadikan seseorang sukses menjadi seorang wirausaha.

Inilah yang dirasakan empat mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang didaulat menjadi wakil Indonesia dalam ajang Asia Pasific Student of En-terpreneur Societies (Ases) The Stan-ford Summit 2011 yang digelar April lalu di Amerika Serikat. Dalam ajang bergengsi tempat berkumpulnya mahasiswa berjiwa entrepreneur se-Asia Pasifik ini, empat mahasiswa ITB yakni Faiza Fauziah(Biologi 2008),
Samia Saffa (Planologi 2009), Elmy Yasinta (Planologi 2008), dan Eka Swani (SBM 2009), menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang menghadiri kegiatan di bawah naungan perguruan tinggi ter-baik dunia Stanford University California USA.

Tentu saja senang sekaligus bangga bisa mengikuti ajang sebesar ini. Apalagi tahun ini Indonesia bisa ambil bagian dan kami menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia," kata Ketua Delegasi Faiza saat ditemui di Kampus ITB Jln. Ganesa Bandung belum lama ini.

Menurut Faiza, yang didapatmya selama mengikuti summit yang digelar 3-9 April tersebut bukan hanya wawasan dan pengalaman, tetapi juga kenyataan tentang bagaimana negara luar telah memberikan dukungan luar biasa terhadap siapa pun termasuk mahasiswayang ingin mengembangkan usaha. "Di sana semua orang sepertinya memang sudah memiliki jiwa usaha, dan semua ha) di sana sangat mendukung. Mulai dari fasilitas, sarana di kampus, organisasi kampus, modal, dan semua hal yang bisa mendukung sebuah usaha," tuturnya.

Hal inilah yang menurut Faiza menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia termasuk Bandung. Sebab harus diakui, mahasiswa di Indonesia masih lebih banyak takutnya daripada keberanian untuk memulai suatu usaha. "Kalau di sana bahkan sejak SMA sudah biasa usaha sendiri. Padahal kalau dilihat dari segi kreativitas, di sini juga tidak kalah," katanya.

Faiza menjelaskan, dalam kegiatan ini empat mahasiswa ITB bergabung bersama 45 mahasiswa terpilih lainnya dari berbagai negara. Seperti Cina, India, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Australia. "Di sana selain kami diberi berbagai wawasan dari para tokoh entrepreneur dunia, kamijuga diberi kesempatan untuk berbagi, termasuk sharing kebudayaan dari para peserta," ungkapnya.

Dalam ajang tahunan ini, kata Faiza, baru kah ini Indonesia berhasil terpilih dan didaulat untuk menjadi peserta A-ses The Stanford Summit Padahal Indonesia sendiri belum menjadi anggota dari Ases ini. "Awalnya pendaftaran seperti biasa via internet Mengisi form, biodata, serta membuat tulisan mengenai pemahaman kami tentang enterpreneurship. Temyata kami ter- . pilih dan diminta untuk menghadiri summit di California," tuturnya. (Nuryani/"PR")**

Pelatihan wirausaha pemula jadi tren dunia

Berbagai negara kini berpacu mendorong kegiatan startup weekend wirausaha untuk mendorong lahirnya bisnis baru yang mampu menggerakkan perekonomian bangsa.

Joey Pomerenke, fasilitator dari Kauffman Foundation AS, mengatakan dj Amerika Serikat setiap minggu diadakan 5-8 startup weekend di berbagai negara bagian karena efektif menularkan virus wirausaha ke seluruh negeri.


Workhop 54 jam pada akhir pekan ini efektif memfasilitasi peserta untuk menciptakan ide-ide bisnis yang kreatif dan membangun sinergi di antara peserta untuk mewujudkan ide bisnisnya menjadi usaha yang bisa diwujudkan, dipasarkan dan bankable.lujuan lainnya mendorong peserta menjalankan bisnis yang menguntungkan dengan menyiapkan perencanaan bisnis yang baik sebagai pemula.

"Di samping mendorong kreasi dengan tekhnologi yang didasari entrepreneur-ship," ujarnya di sela-sela kegiatan Startup Weekend Indonesia di International Design School (IDS), akhir pekan lalu.

Joey yang menjabat Global Operations Manager Startup Weekend NPO dari Kauffman Foundation, AS, lembaga pencetak entrepreneur terkemuka di dunia mengatakan kegiatan startup weekend menjadi fenomena baru di berbagai negara dalam 2 tahun terakhir karena menjadi alat yang efektif melahirkan pebisnis baru dengan ide-ide kreatif.

"Saya merasakan energi yang samadiantara peserta startup weekend yang baru pertama kali diadakan di Indonesia ini dengan konsep pelatihan yang dirancang Kauffman Foundation untuk berbagai komunitas di dunia."

Dia bertanggung jawab untuk membantu sedikitnya 120 event per tahun di tingkat dunia dan membantu sedikitnya 150 organisasi dan fasitator lokal dari kalangan praktisi untuk melaksanakan kegiatan startup weekend.

"Dari kunjungan ke berbagai belahan dunia, entrepreneurship merupakan ketertarikan dan hasrat bersama yang ingin dikembangkan di mana-mana," kata Joey Pomerenke.

Dhakshinamoorty Blakrishnan. mentor sekaligus CEO Global Inheritance Sdn Bhd dari Malaysia menambahkan semangat peserta di Indonesia mengikuti kegiatan ini juga sama besarnya dengan peserta dari negara lain.

"Di Malaysia misalnya, entrepreneush-ip bukan hal baru dan dapat dukungan kuat dari pemerintah. Tahun lalu kami secara nasional menyelenggarakan lima kab. Tahun ini sudah dua kah dan masih ada empat event startup weekend lagi di Malaysia," ujarnya pria yanga biasa disapa Dash.

Menurut Dash, even ini merupakan kegiatan interaktif yang mendorong peserta untuk langsung melakukan aksi nyata menyiapkan proposal bisnis dan menguji sendiri ide-idenya sehingga merupakan pelatihan dengan pengalaman nyata.

"Tema kali ini adalah bisnis tanpa modal, jadi mereka harus kreatif bagaimana mewujudkan ide menjadi bisnis nyata tanpa harus pakai uang sendiri."

Tumbuhkan Enterpreneurship di Bidang Wireless

Wireless Innovation Application Contest (IWIC) ke-6 tahun 2011 kembali digelar dengan tema "InovasiAplikasi untukWujudkan Enterpreneurship".TahuninilWIC20l I semakin fokus mengajak seluruh generasi muda berkreasi dan berinovasi di bidang aplikasi wireless.

"IWIC menjadi titik kebangkitan inovator muda dalam berlomba mencipta karya kreatif dan inovatif di bidang teknologi wireless. Kami ingin menumbuhkan jiwa enterpreneursh/p di industri telekomunikasi," ujar Laszlo Imre Barta.Director dan Chief Commercial Officer Indosat.



Setelah sukses 5 tahun berturut-turut menarik minat ribuan generasi muda untuk berinovasi di bidang teknologi wireless, IWIC 2011 menumbuhkan kemampuan enterpreneurship (kewirausahaan) dalam industri telekomunikasi.

Pengembangan inovasi aplikasi yang dikompetisikan dalam IWIC ini dapat menggunakan BlackBerryAndroid dan smart device lain. Kompetisiaplikasi ini meliputi kategori Business Commerce yang meliputi mobile advertising, mobile tracking navigation, mobile payment,mobile learning, dan traveler/roaming.

Sedangkan pengembangan games, jejaring sosial, instant messaging, ataupun video messaging masuk dalam kategori Games Entertainment

Ada juga kategori baru Ibu dan Anak, yakni kompetisi aplikasi yartg mendukung pembelajaran bagi ibu dan anak dari berbagai bidang seperti kesehatan,pendidikan,hobi,dan lainnya.Kategori baru lainnya adalah Olahraga yang berhubungan dengan kegiatan dan informasi di dunia olah raga yang menggunakan teknologi wireless sebagai pendukungnya.

"Kami berharap semangat berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan aplikasi wireless ini mampu menghasilkan karya bermanfaat bagi masyarakat," papar Laszlo.

Politikpreneur

Lebih dari 30 tahun lalu, seorang guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKU1) memberikan wejangan kepada dokter-dokter muda yang baru saja di wisuda. Meski guru besar itu telah lama berpulang, pesannya masih tetap saya ingat. "Menjadi dokter itu baik, demikian juga menjadi pedagang. Yang tidak baik adalah mengawinkan keduanya." Pesan itu ada baiknya juga disampaikan oleh para ketua, dewan pembina, dan pengurus partai politik Menjadi politi-kus itu baik, demikian juga menjadi wirausahawan. Yang tidak baik adalah menggabungkan keduanya. Penggabungan itu bentuknya sangat luas, tetapi intinya cuma satu, yaitu menggunakan kekuasaan untuk mengejar kekayaan.

Kewirausahaan yang menyandang makna inovasi dan ketabahan mengelola rasa frustrasi dari investasi jangka panjang pupus di gedung-gedung parlemen. Demikian juga dengan pendidikan dan kerja keras. Semua itu menjadi tidakpenting, dan maknanya telah diganti dengan kata-kata kunci seperti komisi, suap, bagi-bagi, tekan, ancam, kunci, dan seterusnya.


Politikpreneur yang harusnya dimaknai sebagai upaya politisi membangun negaradengan jiwa kewirausahaan kini telah berubah menjadi "cara cepat menjadi kaya dan berkuasa melalui partai politik.1 Lantas apa yang menjadi output dari politikpreneur seperti ini?

Saya kira Anda sudah bisa menduga Kegaduhan, drama-drama konflik, sampai kemiskinan, impor bahan-bahan pangan (yang tidak perlu) melonjak, perebutan izin-izin pertambangan, subsidi yang salah sasaran, gedung sekolah roboh, subsidi obat dan alat-alat kesehatan yang tidak tepat sa-saran, sampai segala bentuk ekonomi biaya tinggi, dan ke-macetan-kemacetan di pelabuhan.

Politikpreneur telah menimbulkan kerusakan yang sangat besar di negeri ini. Dimulai dari kepala negara yang kesulitan mengangkat "The best possible candidate" untuk mengisi pos-pos strategis (mulai dari menteri, dubes, komisaris, dan direksi perusahaan-perusahaan milik negara, sampai kepala-kepala badan) yang mengurus nasib bangsa. Lalu kesemrawutan anggaran banyak berbelok pada kantong-kantong yang salah.

Konflik antarkelompok masyarakat, pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dikuasai orang-orang yang tidak tepat Obat murah dan alat-alat kesehatan yang tidak dinikmati rakyat miskin, jalan rusak pa-rah,sampahmembumbung,pen-jarapenuh,pestisidadanpupuk-pupuk kimia bertebaran di lahan-lahan pertanian yang berakibat pada munculnya namanama baru dan-seterusnya.

AtoD Politikpreneur

Kalau ada merek mobil AtoZ, dalam politikpreneur dikenal AtoD. Setidaknya ada empat karakter (ABCD) poli tikpreneuryangmenyulitkan rakyat ini harus segera dibersihkan, yang terdiri atas abal-abal, Boboho, cukong, dan diplomat.

Abal-abal adalah elite palsu, yang terdiri atas para sarjana dengan embel-embel gelar lainnya yang berpura-pura elite, gemar mengutak-atik peraturan, sering muncul di televisi sebagai pakar. Mereka juga masih menyandang label sebagai konsultan, pengacara, atau profesi terpan-dang lainnya.

Meski dilarang berpraktik, pekerjaan-pekerjaan profesional itu cuma dipindahtangankan secara tidak resmi. Honornya masih menjadi main income politisi abal-abal. Dengan kekuasaan baru, peluang untuk berusaha bahkan makin besar.

Mereka pandai bicara, tetapi kepiawaiannya hanya dipakai untuk bertengkar, adu kuat yang membuat orang lain takut, atau seakan-akan dia terlihat kuat, punya kekuasaan. Kekuasaan abal-abal itulah yang dipakai untuk mendapatkan bisnis.

Boboho bisnis lain lagi. Politisi tipe ini punya modus yang berbeda. Mereka ini bukanlah juru bicara resmi dari partainya, melainkan suaranya lebih genit dari jubir resmi dan muncul lebih sering di depan media. Meski suaranya tak elok, mereka punya kualitas bicara seenaknya seperti orang dungu.

Boboho adalah sosok yang dipelihara orang-orang tertentu untuk berperan mengacaukan kebenaran. Dia melempar bola-bola panas sehingga yang salah bisa menjadi benar, dah yang benar bisa menjadi salah.

Lain lagi dengan cukong.

Mereka ini adalah politikpreneur yang sedari awal terlihat kaya, murah hati, dan mudah menabur uang.Tak banyak yang mengetahui dari mana uang sebanyak itu dimilikinya. Cukong juga berperilaku halus, tidak senang konflik, apalagi muncul di media massa. Baginya menjadi orang terkenal adalah bencana.

Dengan cara demikian, seorang cukong menjadi mulus beroperasi, kasak-kusuk tanpa diketahui publik. Karena itu, mereka tidak dianggap sebagai ancaman oleh sesama politisi. Dalam sidang mereka lebih senang guyon daripada bicara kasar. Namun, dengan itu pulalah, dia menjadi mudah mengatur suara kebanyakan politisi.

Jika seseorang tidak senang usahanya diganggu eksekutif, impornya dilarang, atau ada satu saja pasal undang-undang baru yang sedang dibahas perlu dihapus, serahkanlah kepada cukong, semua bisa dibereskan. Cukong adalah pemberi terbesar karena dia mendapatkan bagian yang paling besar.

Selain itu, ada juga diplomat yang bermain dua arah. Mereka tahu siapa yang harus diajak bicara halus dan siapa yang harus ditekan. Jadi wajar bila mereka hidup dengan duawajah. Di sini baik, di depan sidang bisa galak. Hari ini gelap, besok terang benderang.

Diplomat adalah seorang marketer sekaligus seorang salesman. Dia mengatur bola-bola panjang dan bermain bola-bola pendek. Kaki yang satu menembus tembok, yang satunya lagi mengambil dari luar.

Tentu saja masih ada bentuk-bentuk lain dengan segala kelicinannya. Namun, sementara ini kita batasi saja pada empat modus politikpreneur yang membuat hidup rakyat menderita. Sekarang bayangkan kalau mereka masing-masing punya usaha yang ada hubungannya dengan eksekutif, atau katanya demi keuangan partai.

Modusnya mulai tampak terang benderang. Mulai dari impor daging sapi, bumbu dapur, sampai ikan kembung. Dari jalan tol sampai menyewakan cranedi pelabuhan.

Wiraetika

Kewirausahaan sendiri sebenarnya bukanlah upaya untuk mengejar kekayaan. Seorang wirausaha menjadi kaya bukanlah tujuan, melainkan akibat, yaitu akibat dari keju juran,kesungguhan,kemam-puan menciptakan layananyang prima, dan memberi nilai tambah. Seorang wirausaha tanpa etika adalah penipu, penjahat yang layak dimusuhi bersama.

Sekarang ini kita lebih banyak disuguhi nilai-nilai yang jauh dari fondasi kewirausahaan di dalam panggung politik. Dengan pelaku-pelaku yang demikian, Indonesia telah dibentuk menjadi negeri penuh sampah dan amarah, pestisida, pupuk-pupuk kimia, korupsi dan perampasan, konflik, dan kebencian karena para politikpreneur bermain di ruang yang salah.

Kalau etika mau ditegakkan, bukan sekadar larangan mengunjungi tempat-tempat yang tidak patut yang harus ditegakkan, melainkan juga berhentilah mencari uang selain dari gaji dan tunjangan-tunjangan yangtelah diberikan negara. Menyambi sebagai pengacara secara diam-diam,men-jadi perantara proyek, konsultan kementerian yang administrasinya diurus kawan-kawannya, calo proyek, pengutip anggaran, atau apa saja jelas melanggar etika. Bukan kesejahteraan yang akan dituai, melainkan kesulitan-kesulitan besar menjadi beban rakyat sekarang dan di masa depan.