This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, July 31, 2011

LPDB Biayai 120 Franchise

Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM) Kementerian Koperasi dan UKM menyerahkan secara simbolis persetujuan pinjaman atau pembiayan melalui pola franchise kepada Edam Burger saat peringatan Hari Koperasi Nasional Tahun 2011, yang berlangsung di Gedung Istora Senayan Jakarta, Selasa (12/7).

Pada acara yang bertema Koperasi Kuat Rakyat Sejahtera, Menteri Negara Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan menyerahkan pinjaman kepada pemilik usaha Edam Burger, Made Ngurah Bagiana di hadapan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, para Duta Besar serta tamu undangan lainnya pada peringatan Hari Koperasi ke 64. Edam Burger merupakan satu di antara 120 franchise lainnya yang mengikuti acara Bursa Lapangan Usaha dan Kesempatan Kerja Melalui Usaha Franchise Dengan Dukungan Pembiayaan dari LPDB-KUMKM yang berlangsung di Gedung Smesco (SME Tower) Jakartapadat 27-29 Mei 2011.

Waralaba yang mendapatkan plafond pinjaman dari LPDB-KUMKM sebesar Rp900 juta ini telah menjalankan usahanya di bidang makanan dan minuman sejak tahun 1990. Usaha yang dirintis Made Ngurah dari nol ini, kini terus berkembang seiring berjalannya waktu. Berbagai sarana menjual burger telah ia miliki, seperti counter tetap, dorong, becak dan sepeda motor. Usahanya kian berkembang menjadi bentuk kemitraan. Ide kemitraan temyata sukses besar. Sekarang usahanya telah memiliki 13 home industry, 25 distributor, 3500 mitra counter, gerobak dan pedagang kaki lima (PKL) keliling, cafe dan resto yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pinjaman/pembiayaan dari LPDB-KUMKM akan dipergunakan oleh pengusaha Edam Burger menghadirkan 360 gerobak baru untuk pengembangan usaha dalam bentuk Franchisor sekaligus penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Pemberian simbolis persetujuan pinjaman/pembiayaan melalui pola franchise yang disampaikan saat peringatan Harkopnas ke-64 merupakan kelanjutan acara pascakegiatan bursa lapangan kena dan usaha yang diadakan LPDB-KUMKM dua bulan silam. Acara simbolis tersebut sekaligus membuktikan bahwa LPDB-KUMKM memberi pinjaman/pembiayaan bukan hanya kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) namun juga menjangkau ke usaha franchise (waralaba)/busmess opportunity (BO).

Acara bursa lapangan usaha dan kesempatan kerja melalui usaha franchise menegaskan kehadiran LPDB-KUMKM dalam memberi dukungan dalam bidang pembiayaan. Melalui acara ini juga, LPDB-KUMKM membuktikan partisipasi aktifnya dalam percepatan program pemerintah dalam menyediakan lapangan usaha dan mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.

Melalui acara bursa lapangan kerja dan usaha yang dilaksanakan pada 27-29 Mel 2011, tercatat jumlah calon tenaga kerja yang mendaftar pada 120 franchise selama tiga hari berturut-turut berjumlah 1.647 orang. Ditambah dengan jumlah calon pewaralaba yang mencapai S.339 orang, dengan asumsi tiap franchise/BO mempekerjakan empat orang tenaga kerja, sehingga berjumlah 21.356 orang. Maka total potensi penyerapan tenaga kerja yang diserap saat pameran bursa lapangan kerja dan usaha oleh 120 franchise selama tiga hari mencapai 23.000 orang.

Penyerahan simbolis pinjaman/pembiayaan LPDB-KUMKM kepada usaha franchise seperti Edam Burger, diharapkan dapat menyerap lebih banyak angkatan kerja dan menekan angka kemiskinan. Implikasinya bukan hanya untuk perkuatan ekonomi mikro dan kecil, namun juga perkuatan ekonomi nasional.

Serbuan China Pukul Telak UKM

Produk China menyerbu pasar Indonesia Hal Itu dapat dilihat di pasar Tanah Abang. Jakarta. DI pasar tekstil dan produk tekstil terbesar di Indonesia Itu. produk-produk China kian mudah ditemukan. Apalagi saat menjelang bulan Ramadhan. Dampak buruk keiiadlran produk-produk China Itu sangat dirasakan oleh pengusaha UKM.

Isu membanjirnya produk tekstil China kembali mengemukan dalam sesi sharing komunitas bisnis Tangan Di Atas (TDA) di kediaman Badroni Yuzinnan. belum lama Ini. Saat Itu. sejumlah anggota TDA wilayah Jakarta Barat berkunjung ke rumah pendiri TDA untuk menimba Ilmu dan pengalaman Roni dalam mengembangkan usaha busana muslim "Manet".

Dalam bulan Ramadhan tahun Ini, kata Roni. mungkin ada sekitar 60 persen produk China yang menguasai pasar produk TPT dan sepalu. alias meningkat dibandingkan tahun sebelumnya- Untuk menghadapi tantangan bisnis Itu. para pengusaha UKM dituntut bekerja kbih keras untuk survive dan berkembang lebih lanjut.

"Kondisi itu makin dipersulit dengan tidak menentunya harga bahan baku TPT. Harga bahan baku cenderung meningkat seiring dengan naiknya harga kapas di pasar internasional." ujar Roni.

Ditambahkan, kenaikan harga kapas dunia, selain karena adanya gagal panen Juga disebabkan oleh tindakan spekulasi China dengan menumpuk stok kapas. Kekurangan pasok bahan baku tekstil dunia Itu mengakibatkan harga kapas menjadi naik dari waktu ke waktu.

Tapi, semua anggota TDA sepakat sekalipun kondisi pasar begitu ketat, peluang bagi pasar untuk produk-produk UKM masih terbuka lebar, asalkan kita kreatif, baik dalam menciptakan produk-produk baru maupun dalam memasarkan produk-produk kita.

Umumnya, dalam memasarkan produknya, hampir sebagian besar anggota TDA sudah memanfaalkan multi chanel marketing, termasuk lewat internet dan media sosial lainnya, seperti, Jacebook. niitter, dan sebagainya.

M. Agung Budi Priyambodo, pengusaha muda yang sukses mengembangkan Toko Bunga Online Net/BungaHati.Com. kabarnya sedang membina beberapa anggota TDA wilayah Jakarta Barat menggarap bisnis online. Tidak sekadar Itu. Agung Juga tengah membina lima peserta galhenny Warta Kota. belum lama ini. untuk dibimbing menjadi wirausaha.

Mereka dibimbing step by step untuk mengembangkan toko-toko online. Bidang usaha yang dikembangkan Juga beragam mula) dari busana muslim hingga produk-produk herbal.

Roni, pendiri TDA sangat mengapresiasi perkembangan tersebut "Memang yang penting action. Setelah mengikuti se-miruir di Wana Kota, langsung mengembangkan usaha. Praktik di lapangan. Itu sudah betul Jangan cuma Ikut seminamya saja." tambahnya.

Sementara anggota TDA Jakbar yang mulai merintis usaha toko online melaporkan perkembangan usaha yang mengembirakan. Imam, pengusaha muda yang sukses mengembangkan bakso "Cak Man* di Mal Semanggi, mengaku, mulai fokus mengembangkanrokoKerudunp.com.

Menjelang Ramadan ini, omset saya bisa mencapai Rp 4 Juta per hari. Padahal saya masih terbilang pendatang bara Temyata ibu-ibu yang menggunakan busana muslim adalah mereka yang sangat suka berbelanja. Makanya, pasar busana muslim masih terbuka luas. Terima kasih kepada pak Budi yang telah memperkenalkan saya pada toko online,* ujar Imam.

Di samping Imam, ada Juga Iwan, pengusaha muda lainnya yang sedang membangun toko online. Saat menjelang Ramadan ini. dia mulai panen. Belum lama Ini.*dia mendapat pesanan sekitar 300 unit busana muslim untuk Telkomsel. Iwan, grosir pulsa Ini. senang bisa menemukan bisnis baru. Apalagi saal bisnis pulsanya sedang menurun gara-gara Telkomsel menerapkan regulasi baru yang membatasi ruang gerak grosir. Dengan adanya sistem zoning, grosir hanya bisa memasarkan pulsanya di wilayahnya masing-masing (per kecamatan-Red)

Sukses Menyulap Bubur Kertas menjadi Panel Dinding

Setetah di-PHK dari pekerjaannya lantaran krisis ekonomi, Sumarsono beralih menjadi wirausaha. Setelah hampir tujuh tahun belajar secara otodidak membuat panel atau ornamen dinding penghias ruangan dari kertas bekas, pemilik Laxvin Art itu kini bisa mencatatkan omzet hingga Rp 60 juta per bulan.

Krisis ekonomi tahun 1997 meninggalkan pengalaman pahit bagi Sumarsono. Pemilik usaha pembuatan panel atau ornamen dinding berbahan kertas penghias ruangan berbendera Laxvin Art ini menjadi salah satu korban krisis ekonomi itu. Ia menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di salah satu perusahaan periklanan di Jakarta.



Lebih "dua tahun Sumarsono bertahan hidup berbekal uang pesangon. Pada tahun 2000, ia memutuskan bekerja serabutan dengan cara menjual benda-benda seni seperti patung dan lukisan.

Keahlian dalam bidang seni ia peroleh dari keluarganya yang kebanyakan seniman. "Kebetulan saya besar dari dari keluarga seniman pematung," ujar pria kelahiran Banyumas tahun 1970 silam itu.

Sembari memperjualbelikan benda seni itulah, Sumarsono bereksperimen mengolah koran bekas menjadi bubur kertas. "Saya yakin, koran bekas itu bisa diolah menjadi kerajinan yang bernilai tinggi," kata Sumarsono.

Namun, upaya Sumarsono pertama kali membuat bubur kertas dari koran bekastu berujung sia-sia lantaran ia belum paham dengan takaran air dengan takaran kertas agar menghasilkan bubur kertas yang seimbang.

Namun, pria yang belajar mengolah kertas secara otodidak itu pantang menyerah. Kegagalan demi kegagalan ia lewati, hingga akhirnya tahun 2007 Sumarsono sukses membuat bubur kertas sekaligus mengolah-- nya menjadi panel atau ornamen hiasan dinding.

Modal yang terbatas, ia pun nekad menjual sepeda motor serta meminjam modal dari kerabat untuk memulai usaha panel. "Saat itu, modal saya kumpulkan Rp 60 juta," kata Sumarsono yang membuka usaha di Cilebut. Bogor, Jawa Barat itu.

Modal kerja itu. ia gunakan untuk membeli peralatan daur ulang. hanan baku kertas koran, cat serta biaya operasional. "Modal itu untukmembiayai produksi pertama," ungkap Sumarsono.

Dari situ, Sumarsono bisa memproduksi 11 unit panel yang siap jual. Panel itu dipasarkan di salah satu pasar di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hanya dalam waktu dua jam saja, sembilan lembar panel ukuran 85 centimeter (cm) x 120 cm itu laris terjual. "Omzet pertama saya waktu itu capai Rp -1 juta," urainya.

Mengetahui karyanya bisa

"Peminatnya juga dari perkantoran,hotel danrestoran," kata

Sumarsono

li.iuiil Sumarsono memutuskan menambah produksi. Produk panel miliknya kemudian dikenal di Cibinong. Bogor dan juga Depok. "Peminatnya juga dari perkantoran, hotel dan restoran" tutur Sumarsono.

Karena sering mendapat pembeli dari perkantoran, membawa Sumarsono berkenalan dengan pejabat pemerintah. Ia bahkan sempat dipercaya menjadi pembicara dalam acara kewirausahaan di salah satu kementerian.

Hingga kini, pria yang hobi jalan-jalan itu bisa menjual panel berukuran 45 cm x 45 cm sebanyak 400 buah per bulan. Untuk setiap panel, Sumarsono menjualnyaseharga Rp 150.000 per panel.

Dalam sebulan, Sumarsono bisa meraup omzet hingga Rp 60 juta. Dari total omzet tersebut, ia mengaku mendapatkan margin usaha hingga 50%. "Labanya bisa mencapai Rp 30 juta," ujarnya terus terang.

Dalam bekerja. Sumarsono dibantu oleh tiga orang karyawan. Tugas mereka adalah untuk membuat bubur kertas, proses cetak, penje-muran hingga pengecatan panel. "Proses penjemurandan pengeringan cat menggunakan tenaga matahari," jelas Sumarsono

Sukses dalam meniti karir bukan berarti Sumarsono lupa diri. Belakangan ia sibuk memberikan motivasi kepada orang lain untuk melakukan wirausaha seperti dirinya.

Ia mengaku tidak pdn dalam membagi dan memberikan ilmu cara mengolah kertas menjadi panel dengan benar. Saya akan mengajarkan mereka yang mau belajar," ujarnya.

Minuman Herbal Instan Jadi Andalan Pasuruan

Kreativitas penggiat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memang perlu diperhitungkan. Tak sedikit wirausaha Indonesia yang mampu menghasilkan produk inovatif dan berkualitas. Menariknya, produk yang dihasilkan tersebut ada yang berasal dari bahan-bahan sederhana.

Tengok sepak terjang Haryani (44) dari Desa Kesiman, Sukoreno, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Bermodal Rp 50.000, perempuan kelahiran 16 November 1967 ini mampu membangun usaha minuman herbal instan. Usaha bisnis minuman herbal instan ini mulai digeluti Karyani pada 2000.


Awalnya, Karyani secara tidak sengaja menyadari banyaknya hasil bumi di daerahnya yang terbuang sia-sia karena dipandang bernilai rendah. Di antaranya, temulawak. kunyit, jahe, dan sebagainya. Karyani pun memutuskan untuk mengolah hasil bumi tersebut menjadi minuman herbal instan. Dengan modal awal yang minim. Karyani membeli 10 kilogram gula pasir dan temulawak dari petani setempat kemudian mencoba mengolah minuman herbal.

Perjalanan panjang

"Saya membutuhkan waktu yang tidak sebentar sampai membuahkan hasil yang bisa diterima oleh pasar," tutur Karyani.

Mula-mula, Karyanimemasarkan temulawak instan tetangga sekitarnya. Proses pembuatannya masih manual dan dikerjakan sendiri Minuman herbal instan ini dikemas sederhana dengan ukuran 250 gram dengan harga Rp 4 ribu.

Setiap harinya Haryani dapat memproduksi sekitar satu kilogram minuman temulawak. Seiring berjalannya waktu, usaha Karyani pun bertambah besar. Walaupun begitu. Karyani tidak ingin berpuas diri. Berbagai inovasi terus dilakukan dengan berbagai produk minuman herbal instan haru, seperti kunyit asam, kunci sirih, mahkota dewa, dan lain-lain.

Karyani juga mengikuti berbagai pelatihan hingga ke Nganjung dan Malang, dari dinas pertanian daerah setempat agar mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan aman. Karyani berharap dapat terus memperluas usahanya. Sayangnya, masalah pemasaran masih menjadi kendala.

Untungnya, pada tahun 2005. Karyani bergabung dengan Pusat Pelatihan kepada Kewirausahaan (PPK) Sampoerna. K;iryim mendapatkan ilmu baru berupa pelatihan-pelatihan terpadu seperti pelatihan strategi pemasaran, desain kemasan, hingga perencanaan keuangan. Selain itu, untuk menyosialisasikan dan mempromosikan produk-produknya. Karyani mengikuti PPK Sampoerna Expo 2011 yang bertajuk Wirausaha Tanpa Batas pada 22-24 Juli 2011 di Desa Gunting. Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan. PPK Sampoerna Expo juga merupakan forum bagi pelaku usaha untuk bertemu dengan pedagang atau investor yang mencari peluang lebih berani lagi dalam menumbuhkan usahanya.

Karyani mengaplikasikan ilmu baru dari PPK Sampoerna untuk mengembangkan usaha minuman herbal instan yang dia beri nama Kesiman Jaya, terinspirasi dah tempat tinggalnya. Desa Kesiman. Dengan nama Kesiman Jaya. Karyani berharap dapat mengangkat desanya menjadi lebih sejahtera.

Setelah bergabung dengan PPK Sampoerna, bisnis Kuryanl berkembang pesat. Total ada sebelas produk minuman herbal instan diproduksi hingga kini. Perubahan terbesar muncul dari segi kemasan menjadi botol plastik dengan desain label menarik berukuran 250 gram. Situlah kemasan dan label diganti, produk Keiiman Jaya dijual Rp 13.000-Rp 15.000 per botol.

Tadinya. Karyani hanya memasarkan produknya di daerah Pasuruan dan sekitarnya. Sekarang Kesiman Jaya sudah merambah Bali, Jakarta, yogyakarta, dan Surabaya dengan distributor tetap di setiap daerah tersebut

Dengan usaha yang semakin berkembang, Karyani pun menggaet enam orang tetangganya untuk membantu usahanya. Kini, Kesiman Jaya mampu menghasilkan lebih dari 200 botol minuman herbal instan ptr hari dengan alat-alat yang lebih modern Daerah yang paling besar menyerap produk Kesiman Jaya adalah Bali. Setiap bulannya, Bali mampu menyerap 600 hingga 700 botol produk Kesiman Jaya.

"Sebagai bagian dari deta Kesiman. saya mengerti kesulitan para petani di daerah ini. Sebagai pengepul hasil bumi, saya berupaya memberikan harga yang menguntungkan kedua belah pihak," kata Karyani

Karyani bertekad untuk terus memperluas daerah pemasaran serta menciptakan produk inovatif lainnya. Harapannya saat ini. produk K. Jaya dapat merambah ke luar negeri dan dapat mengangkat perekonomian di daerah sekitarnya.

Kerja keras Karyani berbuah mania Karyani mampu mengangkatpcrekonomian keluarga dan desa. Sebagai informasi, Karyani pun baru saja mendapatkan penghargaan pertama berupa IKM Award untuk kategori Micro Enterprise, yaitu Social Impact and Environment Care, penghargaan bagi pelaku IKM Kabupaten Pasaman yang tergabung dalam l KM Center.

Friday, July 29, 2011

Mencari Laba sekaligus Ama llewat Sabun

Jika pengusaha berusaha mengejar untung, hal itu sudah biasa, Akan tetapi, bagaimana jika pada saat bersamaanmereka berusaha mengejar amal? Hasilnya ialah social enterprise.

Sabun mandi sangat mudah ditemui di pasaran dan jenisnya pun ada ratusan. Namun, bukan berarti peluang mengawali usaha di bidang salah satu consumer goods ini tertutup. Asal ada inovasi dan sentuhan khusus, bisnis sabun bisa menghasilkan kabar harum. Seperti yang dilakukan tiga pervmpuan ini, Nadya Saib, Fitri Yuanita, dan Amirah Adi ia. Pada mulanya mereka ingin mandiri dalam karier tanpa harus jadi pegawai.


Ketiganya bertemu saat masih berstatus sebagai mahasiswa Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung dan punya minat yang sama terhadap kosmetik. Pilihan produk untuk dibisniskan akhirnya jatuh kepada sabun mandi. Alasan mereka sederhana, itu merupakan kebutuhan yang digunakan setiap orang dan setiap hari.

Awalnya kita berbisnismemang hanya memikirkan keuntungan, tapi sekarang kita bisa memberikan dampak sosial bagi masyarakat lewat usaha kita."

"Kita pikir ini adalah fast moving consumer goods yang dipakai lebih dari sekali. Jadi, ini selalu dipakai," terang Nadya yang menjabat sebagai Direktur di Wangsa Jelita, nama perusahaan sabun tersebut di Bandung, beberapa waktu lalu.

Sebagai kegiatan usaha yang baru dirintis, mereka ingin produk tersebut berbeda dari produk sejenis yang sudah ada. Dengan berbekal pengetahuan semasa kuliah, mereka mencoba memformulasikan sabun dengan menjadikan minyak zaitun sebagai bahan dasarnya.

Hal itu berbeda dari pembuatan sabun yang umumnya memasukkan minyak zaitun hanya untuk mendapatkan wanginya saja. "Kita mulai penelitian pada Oktober 2008. Rumah Fitri dan kosku dulu yang jadi tempat untuk membuat sabun," kenang Nadya.

Modal untuk membeli peralatan penelitian dikumpulkan dari tiap anggota. Besar modal tersebut Rp500 ribu, yang didapat dari uang jajan mereka sendiri. Jumlah itu masih terus bertambah karena mereka butuh bahan-bahan lain pembuat sabun.

"Dari semua bahan, minyak zaitun itu yang paling mahal. Untuk bahan-bahannya itu, kita nyisiliin lagi dari uang jajan masing-masing," sambungnya.

Produk pertama mereka hanya dua varian, yakni sabun teh hijau dan sabun u/s/i/c (minyak zaitun murni). Setiap produk hasil uji coba kemudian dibagi-bagikan kepada kenalan mereka untuk mendapat masukan soal kualitas.

Kegiatan tersebut berlangsung hingga 2009, saat mereka memutuskan siap untuk menjualnya dengan nama Sapo, yang berasal dari kata saponin. "Kita jual dengan sistem reseller. Harganya dulu bervariasi, mulai RplOribu hingga Rp15 ribu. Bentuknya masih palel kotak yang kita potong-potong kecil," tuturnya, sembari menunjukkan bentuk awal sabun yang mereka jual.

Keputusan untuk menjual itu disebabkan pula keikutsertaan dalam ajang Pekan Mahasiswa Wirausaha di kampus mereka. Saat itu, varian sabun yang coba diproduksi mulai bertambah. "Di tahun 2009 itu, kita bikin lima jenis sabun, yakni COStile, teh hijau, apel, kuin it. sama kita sempat nyobain cinnamon (kayu manis)."

Atas inovasi produk itu, mereka berhasil menjadi pemenang pertama dan mendapat sejumlah uang dari ajang tersebut. Uang itu selanjutnya dijadikan modal untuk membesarkan usaha yang dirintis, termasuk memikirkan desain yang lebih atraktif untuk menarik minat konsumen.

Fitri kemudian menarik Heliana Lubis, teman semasa SMA. untuk membantu mempercantik produk. Tawaran itu pun disambut Ina, panggilan Heliana, mengingat permintaan itu masih sejalur dengan bidang yang ditekuninya, yakni desain komunikasi visual.

"Bentuknya memang harus diperbaiki. Kita harus menuruti pasar dengan packaging yang lebih baik dan ramah lingkungan," tukasnya.

Terketuk oleh petani mawar

Varian sabun yang di|ual kini terdiri dari tiga jenis, yakni castile, teh hijau, dan kunyit. Tak hanya puas dengan tiga jenis itu, mereka pun berpikir untuk menambah varian baru.

Slrmibeny kemudian menjadi varian pilihan mereka, mengingat sentra produksi terletak tak begitu jauh dari Kota Bandung, yakni Lembang. Di tengah-tengah pencarian bahan baku, inereka menemukan sesuatu yang lebih menarik.

"Kita bertemu dengan teteh-teteh petani mawar. Mereka cerita ada masalah. Penjualan mereka sebenarnya terbantu oleh adanya bandar, tapi itu hubungan satu-satunya ke pasar. Tidak ada bargaining power," tuturnya soal pertemuan diakhir 2009 itu.

Ketiadaan daya tawar petani mawar itu berdampak pada pengenaan harga yang tak setara pada mawar yarig dihasilkan. Nadya menjelaskan mawar terbagi dalam tiga tingkatan.

Tingkat A, tangkai mawar lebih dari 60 cm dihargai paling tinggi. Mawartingkat B ialah mawar dengan panjang tangkai 40-60 cm. Mawar ringkat C ialah mawar yang bertangkai kurang dari 40 cm. Dengan tangkai yang lebih pendek, harga mawar jauh lebih murah, padahal tidak ada masalah dengan kualitas kelopak bunga.

Penghargaan yang murah itu diperparah lagi dengan kewajiban membayar biaya sewa lahan kepada pihak ketiga karena para petani tak punya lahan sendiri. "Saya hampir menangis mendengarnya karena seperti tidak adil buat mereka.

Kebanyakan anak warga di sini hanya menjangkau sekolah sampai SMP. Saya ingin mereka sekolah lebih tinggi," sahutnya.

Keinginan membuat sabun dengan wangi slrcnvberry akhirnya berubah menjadi sabun dengan wangi mawar. Sasaran mereka yaitu mawar yang dikelompokkan sebagai tingkat B dan C.

Mereka berusaha memberi harga 3091 lebih tinggi daripada harga yang diberikan tengkulak. Lntuk itu, Nadya nekat memasukkan proposal ke ajang Arthur Cuiness Fund pada 2009.

Juri pun menyatakan proposal tersebut sebagai pemenang dan mereka mendapat sejumlah modal. "Aw atnya kita berbisnis memang hanya memikirkan keuntungan, tapi sekarang kita bisa memberikan dampak sosial bagi masyarakat lewat usaha kita," cetusnya

Sabun beraroma bunga mawar pun kemudian coba diformulasikan. Amirahlah yang bertugas menghasilkan produk terbaik. Oleh teman-temannya, ia bahkan dijuluki profesor sabun.

"Harga sabun ini nantinya akan dipatok Rp25 ribu per 100 gram. Harganya memang mahal, tapi ada cerita di balik sabun itu. Ada nilai sosi.il yang terkandung. Jadi, kita ingin nanti penjual kita menjelaskan mengapa kita hargai itu mahal," tukas Nadya.

UKM Gratis Urus Sertifikasi Halal

Sekitar 40 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ini bisa mengurus sertifikasi halal secara gratis. Tujuannya untuk meyakinkan masyarakat bahwa bahan makanan yang diproduksi sudah sesuai standar. Ini merupakan program 100 hari wali kota untuk memaksimalkan sektor ekonomi mikro," kata Zulfuad, kepala Disperindag Kota Tangsel, Jumat (29/7).

Dia mengakui, untuk mengurus sertifikat halal tersebut tidak murah. Karena itu. pihaknya turut membantu dengan menggratiskan. "Agar produk yangdipasarkan oleh usaha mikro kecil dapat bersaing di pasar dengan label halal yang memberikan jaminan pada konsumen," kata Zulfuad.


Meski gratis, kata Zulfuad, proses untuk memastikan bahwa produk yang dipasarkan memang sesuai dengan standar tetap dilakukan, di antaranya pemeriksaan tempat produksi oleh tim pengawas serta pemeriksaan bahan baku kandungan.

Selanjutnya, baru diberikan legalitas sertifikasi halal. Menurut Zulfuad, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan memang mewajibkan untuk mencantumkan label halal.

Tidak hanya membantu proses pemberian label halal, kata Zulfuad, pihaknya juga telah melaksanakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen soal pengawasan peredaran barang dan jasa.

Sandal Lokal Diinjak Sandal China

Handoyo Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan kondisi para perajin sandal di Desa Wedoro di Sidoarjo. Belum usai dihantam kenaikan bahan baku, kini mereka harus bersaing dengan sandal dari China yang harganya jauh lebih murah.

Masalah seperti tiada henti mendera para perajin sandal di Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, .Jawa Timur. Setelah merasakan pahitnya kenaikan harga bahan baku, kini, perajin sandal di Wedoro harus berhadapan dengan membanjirnya sandal buatan China


Maklum, sandal made in China itu telah menggerogoti pasar sandal di Surabaya dan sekitarnya yang selama ini dikuasai para perajin sandal dari Wedoro. Produk sandal buatan Wedoro ini kalah telak karena sandal dari China memiliki banyak pilihan namun dengan harga nan murah meriah.

Data impor alas kaki di Kementerian Perdagangan menyebutkan, impor alaskaki (termasuk sandal dan sepatu) tahun lalu naik 96,76%, dari sebesar US$ 3,4 juta pada Januari 2010 menjadi sebesar USS 6,69 juta di Januari 2011. "Produk kami semakin tersisih," keluh Soliqah, perajin sandal di Wedoro.

Efektifnya kerjasama perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade Agrement (ACFTA) pada 2010 lalu, ternyata juga berdampak pada pedagang sandal.

Lihat saja, sekarang ini banyak pedagang sandal yang lebih suka menjual sandal impor China ketimbang menjual sandal buatan para perajin dari Wedoro.

Penyusutan penjualan perajin berdampak pada penurunan pendapatan. Kondisi itu diperparah oleh kenaikan biaya produksi akibat harga bahan baku meroketkeluhan sama dirasakan Muhammad Haris, juga perajin sandal di Wedoro. Sejatinya nasib Haris tak jauh beda dengan Soliqah. Pasar sandal buatan Haris juga keropos digerus sandal impor dari China. "Tiga toko sandal yang menjual produk saya di Surabaya sekarang beralih menjual produk China saja," kata Haris.

Haris bilang, sebelum sandal China marak dijual di pasaran dalam negeri, saban minggu, Haris mampu menjual 200-300 kodi sandal tiap nunggu. "Sekarang sandal buatan saya hanya terjual 20 kodi saja," keluh Haris, masgul.

Tentu saja, kekalahan produk laris atau Soliqah dengan produk sandal uan China juga memangkas laba Haris. Sebelum pasar sandal dalam negeri kebanjiran produk China. Haris ma.sih bisa mengutip laba 40% dari omzet. "Sekarang cari laba 10% saja sulit," sambung Haris.

Haris menggambarkan sepinya order. Menurut dia, tahun lalu, juga menjelang Ramadhan adalah waktu kerja terpadat para perajin di desa Wedoro. Banyak pedagang sandal memesan sandal untuk kebutuhan lebaran. "Dulu sulit untuk bersantai, tapi sekarang kanu banyak santainya," kata Haris.

Tentu Haris juga tak tinggal diam melihat pasar sandalnya yang terus menciut. Dia pun membuat kreasi sandal baru dengan desain yang mengikuti perkembangan jaman. "Sekarang saya bikin sandal desain tokoh kartun Ipin Upin," kata Haris,

Hal serupa dirasakan perajin sandal lainnya, seperti Surokan. Ia mengaku, sejak sandal China membanjir, peminat sandal miliknya menurun. Tak hanya itu. laba yang ia hasilkan juga kian menipis. "Laba tidak bisa naik, sementara biaya produksi naik," kata Surokan.

Karena tak henti dilanda masalah, para perajin kini enggan mewariskan usahanya itu kepada anak-anak mereka Padahal, usaha produksi sandal itu sudah menjadi usaha turun temurun. "Bisnis ini tidak menjanjikan lagi. Kalau dulu pembeli yang mencari kami, kalau sekarang pembeli lebih suka mencari sandal impor," kata Haris.

Vanda Douglas dari Tangsel

Namanya. Vanda Douglas. Dia cantik, memikat hati banyak orang, dan mendatangkan uang. Berkat Vanda Douglas pula, wajah Niman Sant (45 tahun) terusberseri-seri. Maklum saja, dia bisa meraup Rp 9 juta hingga Rp 12 juta tiap bulan. "Alhamdulillah, kini, saya juga bisa membuka usaha lain, katanya seraya menunjuk pemancingan sebagai usaha barunya. Penasaran dengan Vanda Douglas? bukan, dia bukan seorang pendatang baru di dunia hiburan Tanah Air.

Awalnya, ketika dia sempat berjualan sayur selama tiga tahun di dekat Pasar Bunga Rawa Belong. Jakarta. Ketika berjualan sayur, ia selalu menyempatkan diri untuk mampir di sebuah rumah yang tak jauh dari pasar. "Saya lupa nama pemiliknya, kata ayah satu anak itu.


Namun, sejak itulah dia mengenal Vanda Douglas, nama satu jenis bunga anggrek. Setelah merasa cukup menimba ilmu, Niman pun bertekad membuat usana budi daya anggrek. Berawal dari 15 ribu pohon anggrek jenis Vanda Douglas, Niman nekat membudidayakan bunga cantik ini di halaman rumahnya di sudut Kampung Parakan, Kelurahan Pondok 8enda, Pamulang, Tangsel.

Di atas tanah peninggalan orang tua, Niman memulai usaha budi daya anggreknya. "Dengan modal Rp 15 juta hasil menabung dari berjualan sayur dan dengan pengetahuan seadanya, saya nekat menggeluti usaha anggrek," tutur Niman.

Rupanya, tidak mudah untuk membudidayakan anggrek. Dalamtiga tahun pertama, rencana menuai keuntungan tak jua dirasakan Niman. Kendati demikian, dia tetap berani menggeluti usaha tersebut. "Saat itu, untuk menambah modal usaha, saya bekerja menjadi mekanik listrik di sebuah perusahaan swasta, kata Niman. Selama bekerja menjadi mekanik listrik, Niman berhasil menabung guna menambahkan modal usahanya. Dan, lihatlah wajah Niman yang tampak cerah ceria. Kim, bukan hanya Vanda Douglas yang menjadi koleksinya. Niman juga melirik Aranthera James Storied. "Saya beserta dua adik membudidayakan Aranthera. Ini karena Jenis tersebut memiliki harga jual lebih mahal ketimbang Douglas," tutur Niman.

Harga satu tangkai anggrek jenis Aranthera James Storied minimal Rp 100 ribu. "Kadang, bisa sampai Rp 150 ribu, ujar Niman.

Maka, pemandangan indah berupa bentangan warna ungu anggrek anggrek itu memenuhi sudut mata ketika menyambangi lokasi budi daya anggrek milik Niman. Di atas lahan sekitar satu hektare, Niman dan dua adiknya giat menggeluti usaha tersebut.

Kebijakan Pemerintah Hambat Usaha Rotan

Kebijakan pemerintah dinilai menghambatu paya peningkatan kesejahteraan untuk 10 juta petani pemungut, perajin, dan pengusaha rotan di Indonesia. Kebijakan pemerintah justru sudah mencekik 10 juta orang pelaku usaha di sektor rotan ini. Kondisi ini terjadi akibat kian maraknya peredaran produk berbasis rotan plastik.

Wakil Ketua Bidang Bahan Baku Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Majedi Effendi mengatakan, kebijakan pemerintah seharusnya memperketat penggunaan rotan plastik sebagai bahan baku produk mebel. Keberadaan rotan plastik justru mengancam kehidupan petani dan industri berbasis rotan.


"Bila dibiarkan, maka dalam waktu 5 tahun ke depan rotan alam bisa punah. Sebaiknya pemerintah menetapkan kuota untuk produksi rotan plastik dan membatasi pemakaiannya," katanya di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, sebaiknya setiap produk rotan plastik juga dikenakan pajak lingkungan. Hasil dari pajak ini digunakan untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan budidaya rotan di dalam negeri

"Yang teriak agar rotan alam dilarang untuk diekspor dan ingin jadi pahlawan, sebenarnya pemilik pabrik rotan plastik. Mereka punya agenda tersembunyi ingin mematikan budidaya rotan alam. Sebagai produsen dari produk substitusi, produk rotan plastik akan berjaya bila rotan alam di Indonesia punah," tutur dia.

Majedi menjelaskan, seharusnya pemerintah mengijinkan ekspor berbagai jenis rotan alam. Ini mengingat rotan yang ada di Indonesia bervariasi, baik dari ukuran maupun fungsi Bila ekspor semua jenis rotan diizinkan, tentunya akan memberikan manfaat bagi petani maupun pekerja di usaha rotan. Apalagi ketentuan wajib pasok ke dalam negeri sebagai sarat ekspor membuat posisi pengusaha rotan terjepit.

"Pembayaran ke petani dan pengusaha rotan sering ditunda berbulan-bulan. Bahkan sering tidak dibayar. Seharusnya ketentuan ini (wajib pasok ke dalam negeri) diikuti dengan ketentuan wajib beli. Jadi tidak benar bila dikatakan tidak ada stok rotan untuk industri di dalam negeri. Kalau mereka bayar, barang pasti ada," ucapnya

Di lain pihak, sektor kehutanan membuka kesempatan bagi tumbuhnya wirausahawan baru seiring peluang bisnis yang terbuka lebar dan ditunjang dengan berbagai kemudahan. Demikian dikatakan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan usai membuka program pengem-bangan wirausaha sektor kehutanan dan pembenihan kewirausahaan bagi pramuka, mahasiswa, dan masyarakat di Cimanggis, Jawa Barat, kemarin.

"Berusaha kehutanan itu enteng. Sebab tidak perlu kemampuan khusus. Asal punya kemauan pasti bisa," ujar Menhut Dia menambahkan, meski tak perlu keahlian khusus, namun perlu ditumbuhkan jiwa wirausaha bagi mereka yang ingin terjun ke bisnis kehutanan.

Laba masih mengepul dari pembuatan pipa rokok

Usaha pipa rokok masih menyimpan peluang. Tak hanya untuk kaum perokok, pipa rokok juga sering menjadi buruan para kolektor. Bahkan, ada komunitas tertentu yang gemar mengumpulkan pipa rokok ini. Alhasil, permintaan pipa rokok tak pernah menyusut. Bahkan, seorang perajin pipa bisa meraih omzet hingga Rp 12 juta per bulan. 

Meski larangan merokok terlihat di mana-mana, tak menyurutkan usaha pembuatan pipa rokok. Maklum, selain dipakai oleh kaum perokok, pipa rokok sering menjadi incaran kolektor untuk dikoleksi. 



Terbukti, permintaan pipa rokok produksi CV Mekar Jaya tak pernah berkurang. Si empunya Mekar Jaya, Eduard Marivani, mengatakan, permintaan pipa rokok produksinya cenderung stabil sejak ia mengawali usaha ini pada 2004 silam. Karena itu, Eduard pun masih mampu meraup omzet berkisar Rp 10 juta hingga Rp 12 juta per bulan. 

Pipa rokok buatan Eduard berbahan baku dari tulang sapi. Supaya tampil menarik, ia mengukir tulang sapi itu. Itulah sebabnya, pipa berukir ini berbanderol relatif mahal, antara Rp 150.000 hingga Rp 750.000. 

Menurut Eduard, untuk menghasilkan pipa yang baik, kualitas tulang perlu diperhatikan. Nah, mutu tulang sapi yang baik berasal dari sapi berusia antara tiga hingga empat tahun. 

Lantaran jualannya tak pernah menurun, Eduard pun yakin, prospek bisnis ini masih cerah. Apalagi dia sudah memiliki komunitas penggemar pipa rokok yang setia mengumpulkan berbagai jenis pipa rokok. 

Selain Eduard, Koperasi Syariah Serba Usaha di Martapura, Kalimantan Selatan, juga memproduksi pipa rokok. Menurut Nurdin, Manager Operasional koperasi itu, koperasinya khusus membuat pipa rokok dari tanduk rusa. 

Harga jual pipa tanduk rusa terbilang mahal, sebatang harganya bisa mencapai Rp 500.000. Sama seperti pipa rokok tulang sapi, pipa rokok tanduk rusa ini juga diukir agar terlihat indah. Proses pembuatan satu pipa rokok butuh waktu hingga tiga hari. 

Menurut Nurdin, banyak orang menyukai pipa tanduk rusa lantaran lebih berkesan antik. Apalagi, tanduk rusa hanya terdapat di Kalimantan saja. "Kaum pelancong yang sangat menyukai pipa jenis ini," jelasnya. 

Tak hanya dijual langsung di Kalimantan, Nurdin juga menerima pesanan pipa rokok dari beberapa tempat di Indonesia. "Kalau pesanan, harganya tergantung dari ukiran dan panjang pipa rokok yang diminta " ujar Nurdin. 

Dalam sebulan, Nurdin bisa menjual 10 batang hingga 15 batang pipa rokok. Alhasil, dari penjualan pipa rokok ini koperasi bisa mengumpulkan omzet antara Rp 5 juta hingga Rp 7,5 juta. Nah, dari tiap batang pipa itu, koperasi bisa memperoleh untung antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000. 

Sayangnya, Koperasi ini tidak bisa memproduksi pipa dalam partai besar. Maklum, mencari tanduk rusa juga tak gampang. Apalagi, "Kami tidak berburu sendiri, tanduk rusa diperoleh dari pengumpul," jelas Nurdin. 

Biarpun mungil, pasar pipa rokok ini selalu ada. Bagi para perokok yang juga pecinta pipa rokok, mereka merasakan merokok pakai pipa ini lebih bermakna. Karena itu, menurut Eduard, prospek bisnis ini masih cerah karena memiliki pelanggan khusus.

Wayan Putera, pemilik Dedari Bali Gallery, pun sepakat dengan Eduard. "Selama orang Indonesia merokok, pasar pipa rokok tetap bagus," ujarnya. 

Putera sendiri baru memproduksi pipa rokok sejak setahun lalu. Ia memproduksi dua jenis pipa rokok, yakni dari tulang sapi dan tanduk rusa. 

Harga pipa rokok tulang sapi memang lebih murah, sekitar Rp 100.000 saja. Sementara, pipa rokok tulang rusa dibanderol Rp 300.000. "Tapi, motif dan ukiran juga menentukan harga," jelas Putera. Putera pun menawarkan banyak motif, seperti motif singa, naga, putri duyung, serigala, totem india, dan juga patra bali. 

Sampai saat ini, Putera masih mengerjakan pipa rokok sendiri. "Saya butuh waktu tiga hari untuk menyelesaikan satu pipa," ujarnya. Itulah sebabnya, penjualan pipa rokoknya dalam sebulan belum banyak. 

Untung Membara Berkat Bakso Bakar

Selama ini, sajian bakso identik dengan kuali kaldu nan gurih. Namun, kini ada juga bakso yang dibakar, layaknya memanggang sate. Namun, dalam penyajiannya, kuali gurih tetap melengkapi menu bakso bakar itu.

Belakangan ini penggemar bakso bakar terus saja bertambah. Tak heran, pengusaha bakso pun mengembangkan menu bakso bakar sebagai variasi menu mereka.

Salah satu yang juga menambah menu baru ini adalah Bakso Kaget Indonesia, pemilik usaha Bakso Kaget. Sejak enam bulan lalu, perusahaan berbasis di Bandung ini mulai menawarkan kemitraan Bakso Bakkar. Kini, sudah ada dua mitra yang bergabung, yakni mitra dari Cibubur dan mitra di Tangerang.


Menurut Sari Sumiati, Marketing Bakso Kaget Indonesia, salah satu keunggulan Bakso Bakkar terletak pada saos bakso. "Kami memiliki tiga jenis saos, yakni saos mayonai-se, lada hitam, dan saos kacang," ujar Sari.

Bagi Anda yang tertarik menjadi mitra, Bakso Bakkar, mengutip biaya investasi Rp 15 juta. Selanjutnya, perusahaan akan memberi mitra berbagai peralatan pendukung usaha, seperti booth, kompor, alat panggangan, banner logo, serta seragam operasional.

Jika kebanyakan pedagang menyajikan menu bakso kedalam sebuah mangkuk, Bakso Bakkar punya kemasan khusus berupa wadah kertas sekali pakai. Dengan mengusung konsep take away, mjt-ra pun tidak perlu menyediakan meja, kursi serta mangkuk.

Agar rasa bakso tetap terjaga kualitas dan rasanya, Sari menganjurkan mitra untuk membeli bakso dari pusat dengan harga Rp 900 per butir. Sedangkan untuk bumbu bakso bakar, biaya yang harus dikeluarkan oleh mitra sebesar Rp 40.000 untuk 150 porsi bakso. Sedangkan harga saos kacang dan lada hitam Rp 57.000, sedangkan mayonaise Rp 94.000.

Jikaingin menambah menumie, Bakso Bakkar juga menyediakan mn dengan harga Rp 6.000 per bungkus untuk 10 porsi.

Dalam penyajiannya, bakso bakar ini juga diberi tambahan daun selada serta irisan tomat. Namun mitra sendiri yang ha-rus menyediakan bahan-bahan ini.

Sistem pendukung

Satu porsi bakso bakar dibanderol dengan harga Rp 8.000. Dengan harga bersaing ini, Sari menargetkan mitra dapat menjual sekitar 80 porsi. Alhasil, mitra pun bisa me-raup omzet sekitar Rp 640.000 tiap harinya Dengan hitungan itu, modal mitra bisa kembali dalam kurun waktu tiga hingga empat bulan. Ia juga menyarankan, mitra menjual varian menu lainnya khususnya minuman, supaya modal mitra cepat kembali. "Kami memberi kebebasan pada mitra, jika mereka ingin menambah menu-menu baru," terang Sari.

Karena konsep usaha bakso bakar ini adalah kemitraan, maka bagi mitra yang bergabung nantinya juga tidak bakal dikenai pungutan berupa biaya royalti atau biaya manajemen.

Menurut Konsultan Wirausaha dan Praktik Bisnis, Kho-erussalim Ikhsan, dalam bisnis makanan ini yang paling sering menjadi masalah adalah support system. Makanya, ia menyarakan kepada calon mitra untuk berhati-hati, kare-nansaha Bakso Bakkar sendiri baru berjalan enam bulan. "Karena masih relatif baru, ada kemungkinan support systemnya masih rapuh," ingat Khoerussalim.

Namun, salah satu nilai lebih Bakso Bakkar ini karena mereka mendompleng nama besar perusahaan induk, Bakso Kaget Indonesia yang saat ini sudah mulai dikenal. "Brand perusahaan induk lebih mudah dikenal, sehingga mitra tidak perlu lagi membangun mulai dari nol," ujarnya

Wednesday, July 27, 2011

Menginovasi Keripik Singkong Pedas

Apakah  Anda penggemar keripik singkong pedas? Sekarang ini ada banyak pilihan, ketika ingin membeli kudapan tradisional tersebut. Bahkan, keripik singkong pedas sudah menjadi salah satu oleh-oleh khas Bandung saat ini.

Keripik singkong sebenarnya bukan kudapan baru. Makanan ini sudah lama ada. Hanya, mungkin tidak terlihat eksklusif, karena lebih sering dijajakan pedagang kaki lima. Usaha mikro kecil menengah (UMKM) kudapan keripik pedas bisa berkembang, manakala produsen bersangkutan memiliki inovasi. Bukan hanya mempertimbangkan rasa, tetapi juga kemasan, pemasaran, dan tak kalah pentingnya kualitas produk.


Yuiin Yuntari, produsen keripik pedas di Desa Cidahu, Kabupaten Bandung Barat, melihat inovasi, kemasan, dan pemasaran merupakan hal utama dalam menggeluti usaha di bidang makanan. Dia telah menjadi produsenkeripik singkong pedas sejak 2008.

Pada tahap awal, mantan kepala desa tersebut hanya mampu memproduksi keripik singkong pedas sekitar 5 kuintal. Saat itu, pria kelahiran 58 tahun silam tersebut, masih menjadikan keripik sebagai usaha sampingan. Ia masih fokus menjalankan usaha sebagai produsen kerupuk, yang sudah digeluti sejak 1999.

"Saya awalnya memproduksi kerupuk. Ketika bahan baku melambung tinggi, saya berhenti membuat kerupuk dan serius memproduksi keripik," katanya, baru-baru ini.

Sedikit demi sedikit, peluang pasar keripiknya terbuka, seiring dengan meluasnya jaringan pemasaran, terutama untuk luar wilayah Cimahi dan Bogor. Akhirnya, produksi keripik ayah empat anak tersebut mencapai 2 ton per minggu.

Sebenarnya, Yuyun mampu mengolah hingga 6 ton keripik singkong pedas per minggu. Hanya saja, ia mengalami kendala keterbatasan modal.

Untuk memacu produksi, Yuyun memperkerjakan 16 pegawai dengan memberdayakan masyarakat sekitar. Pada satu sisi, penambahan tenaga kerja membuat pro-duksi terus bertambah. Di sisi lain, Vtn vin merasa ditantang untuk menyejahterakan karyawannya, yang rata-rata ibu rumah tangga.

Tantangan itu dijawab dengan inovasi, untuk membuat keripik pedas aman dikonsumsi. Dalam hal pemilihan bumbu. Yuyun memutuskan menggunakan cabai rang telah dimasak, sehingga lebih higienis dibandingkan bubuk cabai instan. Alasannya, keripik pedas harus membuat konsumennya tetap sehat. Ia pun menjaga penampilan dan keunikan rasa keripiknya.

Tak sampai di sana. Yuyun juga segera membuat sertifikat pembinaan industri rumah tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan setempat. Melalui proses sertifikasi tersebut, secara otomatis kualitas bahan baku dan higienitas produk menjadi terjamin.

Melihat semakin besarnya antusias pasar, Yuyun membentuk pola pemasaran keripik dengan kualitas dan kemasan premium. Ia menggandeng pihak ketiga, yang memiliki jaringan dan visi pemasaran kreatif untuk bersaing di pasar. Untuk pasar premium, keripik singkong Suyun diberi merek Seuhah.

Wenina Iwen dan I lani Pur-wanti menangkap peluang tersebut. Dengan pola pemasaran modem, keduanya membuat keripik Seuhah menembus pasar premium dengan harga terjangkau.

"Pola pemasarannya dengar membangun pencitraan, antara lain dengan menggunakan situs jejaring sosial. Dunia maya penggunanya heterogen, sehingga bisa menyasar berbagai segmen konsumen sekaligus," kata Iwen.

Sejak empat bulan lalu, Iwen dan Hani telah menjual sekitar 2.000 kg keripik Seuhah dalam kemasan berbobot 200 gr per bungkus-nva. Pesanan terbanyak di dominasi dari Bandung dan sekitarnya serta Jakarta.

Strategi lain adalah dengan mengikutsertakan keripik tersebut pada sejumlah pameran untuk membangun brand awarness keripik Seuhah. Beberapa waktu lalu keripik tersebut menjadi salah satu peserta pameran Cooperative Fair 2011 di Lapangan Gasibu, Bandung.

"Salah satu kelemahan produk UM KM ialah dalam hal pemasaran. Oleh karena itu, perlu membuat pemasaran yang tidak tradisional," kata Iwen.

Sejahtera melalui Limbah Jamur Merang

Tingkat pengangguran yang masih tinggi merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi bangsa ini lantaran berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Jika tidak segera dicari jalan keluarnya, hal itu dapat membawa dampak sosial yang lebih besar.

Masalah ini tentu bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Setiap elemen bangsadituntut turut memikirkan dan melakukan aksi guna mengatasi atau setidaknya mengurangi pengangguran.

Bangsa ini memiliki banyak sekali potensi. Sayangnya potensi yang dimiliki belum dapat tergali secara optimal. Diperlukan upaya serius dan berkesinambungan untuk menggali setiap potensi derai meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


Pertamina melalui program pemberdayaan masyarakat berupaya secara serius dan berkesinambungan untuk menggali potensi melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dalam berbagai bidang

usaha pertanian dan peternakan, skala mikro. Salah satu upaya yang dilakukan Pertamina adalah dengan melakukan pembinaan terhadap Paguyuban Patra Mekar yang beralamat di Desa Rancabango.Kecamatan Patokbeusi, Subang, Jawa Barat.

Paguyuban warga desa pimpinan H Odeng Setiawan ini, melalui pembinaan yang dilakukan Pertamina, berhasil mengembangkan usaha produksi jamur merang. Usaha jamur merang yang dilakukan Paguyuban Patra Mekar bukan hanya telah menggali potensi yang disediakan alam, tapi juga membuat kehidupan eko-nomi wargamenjadilebihbaik. Pertamina memberikan bantuan modal secara bertahap kepada anggota paguyuban yang berjumlah 400 orang tersebut. H Odeng Setiawan menuturkan.ban tuan yang diberikan Pertamina berdampak besar bagi peningkatan kesejahteraan anggota paguyuban yang dipimpinnya. "Dulu kami susah memulai usaha, berkat bantuan modal Pertamina kami bisa mengembangkanberbagai usaha secara lebih baik," kata H Odeng kepada harian Seputar Indonesia ,Selasa(26/7).

Upaya Pertamina tidak berhenti sampai di sana. Untuk lebih meningkatkan kesejahteraan anggota paguyuban. Pertamina membina paguyuban untuk memanfaatkan limbah padat yang dihasilkan produksi jamur merang menjadi pupuk organik granul.

Melalui beberapa tahapan pengolahan dengan campuran bahan dasar ramah lingkungan lainnya, Paguyuban Patra Mekar mampu memproduksi pupuk granul dalam jumlah cukup besar,yakni mencapai 15 ton perhari.

Saat ini pupuk organik granul buatan Paguyuban Patra Mekar telah dipasarkan di wilayah Subang, Bandung, dan daerah-daerah sentra pertanian lain di Jawa Barat. Pupuk iniberbeda dengan pupuk berbahan kimia yang dapat berdampak mengurangi kesuburan tanah jika digunakan secara berlebih dan terus-menerus. Pupuk granul, selain tidak merusak kualitas tanah, ramah lingkungan, dan meningkatkan kesuburan tanah,harganya pun terjangkau bagi petani. Hanya Rpl.000 per kilogram (kg).

"Selain dipasarkan langsung kepada petani sekitar Subang, Bandung, kami juga melayani permintaan daridaerah luar berkat diikutkan Pertamina dalam event-event pameran," tambah H Odeng.

Berkat binaan Pertamina secara terus-menerus, Paguyuban Patra Mekar menjadi wadah mitra binaan yang berkembang dengan pesat. Pada medio Juni 2011 lalu, guna terus meningkatkan produksi pupuk granul, PT Pertamina EP Region Jawa memberikan bantuan dana Rpl23,750 juta. Dana tersebut dialokasikan untuk pengadaan mesin pen-cetak pupuk granul yang terdiri atas 2 buah mesin gra-nulator kapasitas 700 kglshift, mesin pengayak kapasitas 1.500 kg/jam, dan mesin pengering atau dryer rotary kapasitas 700 kg/jam.

Selain menyejahterakan masyarakat melalui bantuan untuk meningkatkan kapasitas produksi pupuk granul, PT Pertamina EP Region Jawa juga membantu paguyuban tersebut membuat berbagai produk olahan seperti keripik pisang aneka rasa, kacang listrik, keripik bonggol pisang, kerupuk bawang, olah an jamur merang, telur asin itik, dan beragam produk lain.

Bidang pendidikan pun tak luput dari perhatian Pertamina. Untuk mencerdaskan anak-anak warga Paguyuban Patra Mekar dan masyarakat sekitarnya, Pertamina membangun rumah pintar untuk anak-anak di sekitar Desa Rancabango.

Wagiran, Memberantas Kemiskinan dengan Budidaya Ikan

Menjadi mantan pecandu narkoba, bukan berarti karier juga berhenti berputar. Dengan modal semangat dan kegigihan, Wagiran memulai usaha budidaya ikan dan membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan Trunojoyo, di Kulonprogo, Yogyakarta. Dengan usaha itu, kini, ia berhasil mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat Kulonprogo.

Kemiskinan sudah jamak di negeri ini. Karena itu, pemberantasan kemiskinan menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Namun, mengatasi kemiskinan tentu tak melulu hanya dengan memberi sedekah. Harus ada upaya untuk mendampingi masyarakat pra sejahtera itu untuk mampu hidup mandiri i Ifi inan mengembangkan suatu usaha. Ya, hanya dengan mengembangkan usaha maka kemiskinan bisa terkikis.


Konsep itulah yang diyakini Wagiran, warga Wates, Kulonprogo, Yogyakarta. Melihat kemiskinan masih merajalela di desanya, ia mengajak masyarakat di sekitar rumahnya untuk berbudidaya ikan lele dan gurami. "Saya ingin melihat masyarakat lebih makmur dan terpenuhi kebutuhannya," tuturnya

Di usianya -11 tahun, Wagiran kaya akan pengalaman hidup. Sebelum menjadi pengusaha pembibitan lele dan guranu seperti saat ini, Wagiran telah merantau ke beberapa daerah di Indonesia Berbekal ijzah SMA, ia pergi ke Kalimantan.

Namun, di Tanah Mandau itu bukan pekerjaan layak yang didapatnya, Wagiran hanya diterima menjadi buruh kasar. "Apa saja saya lakoni, demi menyambunghidup," kenangnya.

Setelah tiga tahun hidup di Kalimantan, Wagiran memutuskan hijrah ke Bandung. Di Kota Kembang ini, Wagiran menemukan bisnis yang lumayan. Ia menjual baju sisa ekspor kepada kalangan mahasiswa

Dua tahun berdagang baju, Wagiran pun dekat dengan konsumen yang sebagian besar adalah mahasiswa. Namun, kedekatan ini justru menjadi petaka Ia malah terbawa arus dan terjerumus dalam kebiasaan menggunakan narkoba

Wagiran baru menemukan titik balik setelah rekannya sesama pemakai narkoba tewas akibat over dosis. "Itu membuat saya sedih luar biasa," tandas Wagiran.

Berangkat dari kejadian itu, ia memutuskan beralih profesi. Pilihan Wagiran jatuh pada sebuah yayasan bernama Al Arif di kota kembang itu. Di tempat itu Wagiran bekerja sebagai tukang bersih-bersih, "Walau gajinya sedikit, namun yang penting berkah," ujarnya

Ia menjalani pekerjaan itu hanya enam bulan. Wagiran lantas memutuskan kembali ke kampung halamannya di Yogyakarta Di kota kelahirannya, Wagiran pun kembali bekerja seadanya

Hingga suatu ketika, Wagiran bertemu dengan anak ketua yayasan Al Arif yang sedang kuliah di Yogyakarta Intuk membiayai kuliahnya, si anak menjadi pembudidaya ikan. "Dari situlah saya berpikiran bahwa temyata membudidayakan ikan bisa untuk membiayai kuliah," ingat Wagiran.

Tak butuh waktu lama, Wagjran pun segera memulai usaha perikanan ini. Dengan modal Rp 300.000, sisa gaji saat bekerja di yayasan, Wagiran memutuskan untuk langsung mencoba usaha budidaya lele.

Modal tersebul dipakainya untuk membangun kolam seluas 1,5 x 3 ni dan membeli bibit ikan lele sebanyak 500 ekor. Setelah menjalani usaha ini selama dua bulan, Wagiran pun bisa memanen hasil usahanya "Hasilnyacukup bagus," ujarnya

Karena melihat prospek yang cukup bagus, Wagiran mulai mengajak warga bergabung. Tak lupa, ia memperluas lahan pembibitan dan mengajari warga bagaimana cara membudidayakan ikan.

Karena peminat budidaya lele semakin banyak, pada tahan 1998, Wagiran memutuskan membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan Trunojoyo. Sekarang, menurut hitungan Wagiran, jumlah kelompok yang tergabung dalam kelompok Trunojoyo ini sudah berjum-lah sekitar 350 kelompok. Satu kelompok berjumluli 20 orang. Mereka memelihara ikan lele dan gurami di 1.2M petak kolam. Satu petak kolam pemeliharaan ini nn miliki ukuran 4x8 m-Berkat usaha budidaya ikan ini pula, cita-cita Wagiran untuk meningkalkan kesejahteraan warga Kulonprogo lerrap.il Kondisiekonomi anggota kelompok Trunojoyo boleh dibilang berbalik 18C derajat.

Mereka yang dulu serba kekurangan, kini mampu memiliki uang lebih untuk membeli berbagai keperluan-nya Tak heran, kini mereka juga memiliki rumah sendiri, kendaraan, bahkan mampu memperluas lahan budidaya

Karena kesuksesan mengangkat kesejahteraan warga lewat budidaya ikan, Wagiran pun mulai dikenal oleh berbagai kalangan. Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Trunojoyo ini pun kerap menuai permintaan agar memberi pelatihan tetang budidaya ikan lele dan gurami yang benar dari berbagai tempat. Salah satunya, di Lembaga Pemasyarakatan di Yogyakarta.

Tak hanya berbagi ilmu. Bagi warga yang tidak memiliki modal sama sekali. Wagiran juga memberikan bantuan permodalan. Ia memberi pinjaman bergulir.

Para petani yang menerima pinjaman ini untuk usaha pembudidayaan harus membagi keuntungan pada petani lain dan dirinya Teknis pembagian hasilnya,n keuntungan um nk petani pembudidaya, 1/3 untuk mengembalikan investasi, dan 1/3 sisanya untuk Wagiran. "Namun jika dalam pembudidayaan ini nantinya gagal, maka yang menanggung kerugian saya," jelas Wagiran.

Slain inemberi bantuan dalam pembibitan, perawatan dan permodalan, Wagiran juga tidak melepaskan para petani begitu saja dalam hal pemasaran. Ia masih ikut membantu petani menjual haafl pembudidayaannya "Saya punya banyak kenalan pengepul di Yogyakarta ungkapnya

Laba Mendaki dari Pembuatan Tenda dan Tas Bertualang

Maraknya kegiatan berkemah di alam terbuka ternyata bisa menjadi lahan bisnis yang menguntungkan. Bagi produsen tenda, tas ransel, dan juga kantong tidur (sleeping bag), tren ini menggembirakan. Saban bulan, produsen tenda bisa menerima 20 order.

Berkemah  atau camping memang menyenangkan. Apalagi jika berkemah dialam bebas yang g jauh dari kebisingan dan keramaian perkotaan. Tapi,kalau ingin berkemah, tentu harus punya keperluan berkemah, seperti tenda, kantong tidur (sleeping bag), las ransel atau tas punggung, dan lain sebagainya


Nah, karena peminat berkemah kian banyak, alat berkemah tentu jadi incaran.  Peluang inilah yang dilirik Said Zuhairi, produsen tenda dan tas ransel merek Lorr Adventure Gear di Sidoarjo, Jawa Timur.

Said melihat jumlah penghobi camping makin bertambah, terutama dari kalangan muda. "Berkemah I itu dilakukan saat mendaki gunung, outbond, juga wisata pantai atau pergi ke pegunungan," kata produsen yang membuka usaha sejak 2001 silam, ini. Nah, seiring kenaikan jumlah permintaan, mendaki pula usaha pembuatan perlengkapan kemah milik Said.

Saban bulan, laki-laki berusia 31 tahun itu bisa mendapatkan pesanan pembuatan 20 tenda. Said menjual setiaji nuda produksinya seharga Rp 400.000 - Rp 900.000.

Tenda made in Said adalah tenda jenis dome atau tenda kubah yang berdiri menggunakan rangka yang dibalut parasut. Said membuat tenda dome Itu ter ukuran 210 centimeter (cm) x 90 cm x 120 rn yang mampu memuat 4 hingga 5 orang. "Rangka tenda menggunakan bahan fiberglass dan bahan aluminium," kata Said.

Untuk membuat satu tenda, Said bisa mengerjakannya selama dua hingga tiga hari. "Sekarang ini tenda dome lebih populer digunakan berkemah," kata Said.

Sementara produksi tas ransel Said dibandrol seharga Rp 200.000 - Rp 300.000. Saban.bulan, Said bisa menjual 30 tas ransel. Agar lebih banyak variasi jualan, Said barui-baru ini juga memproduksi jaket pelampung yang dijual seharga Rp 176.000. "Pesanan pelampung memang belum terlalu banyak, karena ini produk baru," terang Said.

Dalam memasarkan produk, Said hanya mengandalkan internet. Ia balikan tidak berencana membuka toko sendiri yang mahal operasionalnya. Apalagi, meski hanya dijual di dunia maya, Said bisa mendulang omzet Rp 30 juta per bulan. Produsen perlengkapan kemah lainnya adalah Arnold Simanjuntak. Pemilik www.tendaku. nel ini memproduksi tenda dan kantong tidur di Bandung. Khusus tenda, Arnold memproduksi tenda dome berkapasitas dua hingga 10 orang seharga mulai dari Rp I juta-Rp 4 juta. "Untuk kantong tidur tidur harga Rp 175.000 per kantong," kata Arnold.

Arnold mulai produksi perlengkapan kemah sejak 1998. Hingga kini pria berusia 38 tahun itu mendulang omzet Rp 20 juta per bulan. Omzet itu berasal dari penjualan 10 tenda dan 10 kantong tidur. "Selain menjual, kamijuga menyewakan tenda," kata Arnold.

Bea Masuk Ulat Sutera Diminta Dihapus

Demi mendukung petani ulat sutera dan perajin sutera. Kementerian Perindustrian meminta bea masuk (BM) untuk telur ulat sutera dari China dihapus.

Dirjen Industri Kecil Menengah Kemenperin Euis Saedah mengatakan bea masuk ulat sutera saat ini dikenakan RplOO ribu per boks. Di lain hal, harga jualnya Rpl25ribu per boks. "Ini berarti BM-nya hampir dua kali lipatnya," kata Euis ketika ditemui di Jakarta, kemarin.


Ia meminta kepada Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mengajukan penghapusan BM ke Kementerian Keuangan. Permintaan penghapusan tersebut harus lewat Kemenhut karena masih berbentuk telur ulat sutera.

Kemenperin juga meminta Kemenhut mempercepat proses pengecekan kesehatan telur yang prosesnya memakan waktu hingga dua tahun. Tahap awal 152 boks telur sutera masuk Mei kemarin, butuh sampai tiga tahun Ini kan terlalu lama," papar Euis. Untuk kebutuhan telur ulat sutera tahun ini dan tahun depan, Indonesia masih mengimpor 1.200 boks telur ulat sutera.

Kehutanan berpotensi lahirkan 10.000 wirausaha baru

Sektor kehutanan diperkirakan mampu melahirkan sedikitnya 10.000 wirausaha baru tahun ini terutama pengembangan potensi hutan rakyat. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan dengan luas hutan 130 juta hektare, potensi wirausaha sangat besar. Karena itu Kemenhut meluncurkan program pengembangan wirausahakehutanan bagi pramuka, mahasiswa, dan masyarakat luas.

"Wirausaha kehutanan mampu menyerap tenaga kerja yang besar," tutur Zulkifli saat meresmikan program pengembangan wirausaha sektor kehutanan di Cimanggis, Depok, kemarin. Contohnya pengembangan hutan rakyat dapat menyerap 17,5 juta tenaga kerja. Peluang ini masih besar karena potensi pengembangan hutan rakyat 3.5 juta ha.


"Sekitar 2,9 juta ha di Jawa, sisanya di luar Jawa," kata Menhut di hadapan 40 anggota pramuka, 30 mahasiswa dan 50 petani. Program ini bentuk nyata pencanangan Gerakan Kewir.i usahaan Nasional pada tahun ini.

Wirausaha kehutanan dapat menyerap banyak tenaga kerja dari petani. Karena itu, petani jangan menanam semata, tetapi juga harus memiliki wawasan kewirausahaan. Petani harus me-mikirkan prospek usaha, perhitungan usaha, dan pasar hasil produksi. Kewirausahaan sekior kehutanan tidak perlu keahlian khusus, asal mau saja."

Ketua Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha Kreatif Handito Joewono optimistis wirausaha sektor kehutanan tumbuh pesat. Perkiraannya 10.000 wirausaha kehutanan baru tumbuh tahun ini. Jumlah ini, 2% dari target pertumbuhanjumlah wirausaha baru hingga 2015 yang mencapai 500.000.

"Optimis sebab sangat mudah jadi wirausaha bidang kehutanan. Hanya saja banyak orang yang belum sadar. Tinggal bagaimana menyosialisasikannya." Selain itu, kata Handito. tak sekadar pertumbuhan jumlah wirausaha. Tilik pentingnya kualitas. "Wirausaha haruslah memiliki kemampuan inovatif, kreatif, dan daya saing tinggi."

Industri Baju Muslim Jajaki Pasar Thailand

Salah satu subsektor dari industri kreatif yakni busana muslim saat ini menjajaki pasar Thailand. Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah mengatakan, fesyen Indonesia memiliki ciri khas dan selalu mengikuti tren mode yang terbaru.

"Imej busana muslim Indonesia yang dikagumi banyak negara, termasuk Thailand," kata Euis di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan, Kemenperin dan pemerintah Thailand sepakat untuk menjajaki kerja sama terkait minat pemerintah Negeri Gajah Putih terhadap busana muslim Indonesia.


Kerja sama itu diharapkan bisa memberikan fasilitas agar produk IKM busana muslim Indonesia bisa masuk pasar Thailand. Fasilitas tersebut antara lain kemudahan ekspor, promosi, dan akses masuk pusat-pusat perbelanjaan. Thailand akan memberikan 26 gerai untuk pameran internasional di Bangkok pada 26 April 2012..

"Ini kesempatan bagi IKM busana muslim memperluas pasar mereka di Thailand dan ASEAN, sekaligus untuk mendukung kampanye Indonesia sebagai kiblat fesyen muslimdunia pada 2020," ujarnya. Apabila busana muslim Indonesia bisa diterima di Thailand maka akan mudah masuk pasar Eropa dan TimurTengah.

Perwakilan dari Departemen Ekspor dan Promosi Kedutaan Besar Thailand untuk Indonesia, Vilasinee, mengatakan bahwa pihaknya siap membantu Indonesia untuk memperoleh bahan baku serta mempermudah logistik dan promosi

"Pelaku fesyen di Indonesia bisa menggunakan thai silk, sedangkan kami bisa menggunakan batik. Kami juga bersedia menjadi penghubung ke pasar yang telah kami milikiaksesnya," kata Vilasinee.

Menteri Perindustrian MS Hidayat menambahkan, melalui kerja sama tersebut, kedua negara bisa membangun industri busana muslim. "Dana bisa berasal dari kedua pihak, tapi tempatnya mesti di Indonesia untuk selanjutnya di ekspor ke Thailand dan Eropa," katanya. Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) mencatat, baju muslim Indonesia lebih banyak di ekspor ke Timur Tengah.Turki, Malaysia, Dubai, dan Brunei Darussalam.

Di sisi lain, Euis mengatakan bahwa Kemenperin meminta Kementerian Keuanganmenghapus bea masuk (BM) untuk telur ulat sutera dari China. Selain itu, Kemenperin juga meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mempercepat proses pengecekan kesehatan telur. Saat ini seluruh proses tersebut memakan waktu hingga dua tahun.

BM telur ulat sutera saat ini adalah sebesar Rpl00.000 per kotak, sementara harga jualnya mencapai Rpl25.000 per kotak. Pada tahun ini dan tahun depan, kata Euis, Indonesia masih membutuhkan sekitar 1.200 kotak telur ulat sutera yang diimpor dari China.

Tuesday, July 26, 2011

UKM Industri Kreatif Depok Sulit Kembangkan Usaha

Tim Ahli Enterpreunership Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Meswantri mengatakan para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) Industri Kreatif di Depok mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.

Pasalnya dalam menjalankan usaha tersebut mereka tidak mendapatkan bantuan pembinaan dari pemerintah kola Depok. Bahkan mereka kebingungan bagaimana usahanya bisa tercatat di Pemerintah Depok. "Mereka masih bingung, apalagi harus mendaftar ke UKM dan Disperindag," tegasnya dalam kegiatan bertajuk pemberdayaan ekonomi, Selasa (26/7).


Padahal, kata dia, pelaku UKM Industri Kreatif memiliki peluang yang bagus di kota Depok. Secara geografis Depok tidak jauh dari Jakarta dan cukup potensial secara ekonomi Hanya saja, mereka masih sulit mengembangkan usahanya, diantaranya pengembangan produk dan pemasarannya.

"Kalau sudah memiliki jiwa interpreuner, bantuan dana itu bukanlah hal yang utama. Tapi. bagaimana dalam pengembangan produk maupun pemasarannya bisa berjalan dengan baik," ungkapnya.

Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Kota Depok, Supariyono menyatakan wajar jika pelaku UKM Industri Kreatif masih kebingungan dalam mengembangkan usahanya. Pasalnya, industri kreatif merupakan hal yang masih baru di Depok dan berbeda dengan daerah lain seperti Yogjakarta yang dinilai sudah lebih dulu berkembang. Menurutnya, UKM industri kreatif harus melakukan edit value dalam menghasilkan produknya.

sumber : Pelita

Impor Bahan Baku Sepatu Akan Dipermudah

Pemerintah akan berusaha menghilangkan hambatan regulasi untuk mendorong perkembangan industri sepatu di dalam negeri. Salah satunya, impor bahan baku kulit pun akan dipermudah agar ndak tertahan lama di karantina.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat, saat pembukaan Pameran Produk Kulit Indonesia di kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Jakarta, Selasa (26/7).

"Itu bahan baku kulit seringkali kita impor dan ada masalah di karantina, sehingga menjadi lama dan mahal. Masalahnya, karaina itu bukan ada di kita (Kementeri Perindustrian), itu adanya di (Kementerian) Pertanian," katanya.


Karena itu, menurut dia, pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, untuk membicarakan masalah tersebut agar ada sebuah regulasi baru yang mempermudah impor bahan baku kulit. Kemenperin pun menunggu adanya tindakan dari Kementerian Pertanian untuk melaksanakan kajian terkait masalah tersebut.

Hidayat menjelaskan, perajin kulit dan sepatu di dalam negeri semakin sulit mendapatkan bahan baku, salah satunya karena hambatan itu. "Kami sedang me-review itu untuk memajukan industri dalam negeri. Seperti sektor kulit ini kan, isunya sekarang kehabisan bahan baku," katanya.

UKM Dipajaki

Sementara itu. Hidayat mengaku pasrah soal rencana Ditjen Pajak mengenakan pajak penghasilan badan (PPh badan) untuk usaha kecil dan menengah (UKM) sebesar 3-5%. "Kami belum bisa melakukan pemberian potongan pajak. Saya mengajukan pasti ditolak. Musti cari cara lain bagaimana bisa efisien," kata Hidayat.

Hidayat melanjutkan, pemerintah kini sedang membutuhkan tambahan pemasukan dari pajak-pajak yang berasal dari industri kecil dan menengah (IKM), yang umumnyamemproduksi produk-produk untuk kalangan masyarakat menengah bawah.

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan Tiongkok, yang justru memberikan potongan pajak sehingga produknya bisa lebih murah. "Karena produksi massal Tiongkok dapat tax discount, biasanya dikasih potongan sekitar 13%. Kalau kita tidak mungkin karena masih membutuhkan revenue," imbuhnya.

Produk UKM Tiongkok, lanjut dia, juga umumnya unggul karena desainnya yang lebih baik. Sebagai contoh, produk sepatu yang low segment Aan sekarang menguasai pasar di Indonesia berasal dari Negeri Th rai Bambu.

Hidayat menambahkan, IKM di Tanah Air saat ini perlu membuat penelitian tentang sektor-sektor yang berpotensi dikembangkan untuk menguasai pasar di dalam negeri. "Sektor-sektor seperti batik dan kulit cocok untuk menguasai pasar dalam negeri," imbuhnya.

PPK SAMPOERNA EXPO 2011

Berawal dari yang kecil, ungkapan yang dilontarkan Yos Adiguna Ginting, direktur PT HM Sampoerna Tbk, pada pembukaan Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna Expo 2011, di PPK Sampoerna, Sukorejo, Jawa Timur. Jumat (22/7).

Tak jauh-jauh. Yos pun mencontohkan industri rokok Sampoerna yang sayap bisnisnya kini menggurita. "Sampoerna berawal dari industri rumahan yang dibangun oleh Liem Seeng Tee pada 98 tahun silam dengan produknya rokok kretek lintingan. Kini Sampoerna mampu mempekerjakan 90 ribu tenaga kerja. Keuletan, ketekunan, dan kerja keras telah mengubah semuanya itu," ungkap Yos.


Direktur HM Sampoerna ini tentu tak sedang mempromosikan produk yang dihasilkan salah satu perusahaan rokok terbesar itu. Dengan mengusung tugas dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR), Sampoerna, menurut Yos. ingin terus berkomitmen mendorong, memberi dukungan, dan memacu . keberanian wirausaha muda untuk mengembangkan usahanya.

"Melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, kami ingin menciptakan masyarakat korporasi," tukas Yos A Ginting.

Basis Kekuatan Ekonomi

Berlangsung selama tiga hari, 22-24 Juli. PPK Sampoerna Expo 2011 dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf, dan dihadiri Wakil Bupati Pasuruan H Eddy Paripurna serta tokoh masyarakat setempat.

Sebanyak 90 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hadir dan menggelar berbagai produk yang mereka hasilkan. Para UMKM tersebut berasal dari Pasuruan, Surabaya, Malang, dan daerah lain di Jawa Timur, dan 90% adalah UMKM binaan Sampoerna. Berbagai produk yang mereka tawar-kan, antara lain, produk makanan dan minuman, obat-obatan herbal, hasil pertanian, dan hasil-hasil kerajinan tangan.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengakui sangat terbantu dengan kegiatan yang dilakukan PPK Sampoerna. Kehadiran UMKM di Jatim, yang kini berjumlah sekitar 4,5 juta, tidak hanya mampu menyerap tenaga kerja tapi juga menghidupkan denyut nadi perekonomian kawasan itu. "Lebih dari 52% PDRB Jawa Timur berasal dari para pelaku UMKM. Tanpa mereka, ekonomi Jatim pincang," ungkap Syaifullah Yusuf.

Dengan posisinya itu, menurut Syaifullah, masalah yang dibutuhkan UMKM sekarang tinggal bagaimana meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk agar bisa bersaing di pasaran.

"Selama produk UMKM punya daya saing, dia takkan ke mana-mana. Karena itu, kita harus mampu meciptakan banyak little winner agar bisa menjadi pemenang dalam memperebut daya saing produk." tukas Syaifullah Yusuf.

Yos A Ginting menambahkan, pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan menciptakan dan mengembangkan UMKM merupakan salah satu pilar kegiatan Corporate Social Responsibility yang dijalani PT HM Sampoerna Tbk. "Kami yakin sektor UMKM dapat memacu pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional," ungkap Yos A Ginting.

UMKM Award

Seperti tahun-tahun sebelumnya. Expo 2011 juga meluncurkan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan di PPK Sampoerna. Pada kesempatan kali ini PPK Sampoerna menampilkan hasil penelitian mi pelangi dan melon kotak yang dikembangkan tim ahli dari Prima Kelola Agribisnis-Agroindustri Institut Pertanian Bogor (IPB).

Bersamaan pameran produk UMKM, ada serangkaian workshop, seminar serta klinik konsultasi untuk meningkatkan keterampilan para pelaku UMKM. Pembi-cara yang hadir dalam acara ini antara lain Jamil Azzaini (trainer dan inspirator). Deddy Dahlan dan Nukman Luthfie yang berbicara tentang strategi pemasaran online.

Namun, berbeda dengan penyelenggaraan tahui) sebelumnya, PPK Sampoerna Expo 2011 ini memberikan pula penghargaan kepada pelaku UMKM terbaik. Pengusaha minuman herbal instan, Hj Karyani, terpilih sebagai pemenang Small Medium Enterprise - "Best Grow and Environment Care".

Karyani, salah satu mitra binaan Sampoerna, mengaku mengalami perubahan tingkat kesejahteraan setelah menggeluti usahanya itu. Bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga para petani tanaman herbal di daerahnya seperti jahe, temu-lawak, pace, kunyit putih, lidah buaya, mahkota dewa, dan berbagai tanaman berkhasiat lainnya.

Semenjak bergabung dengan PPK Sampoerna, kini produksinya terus meningkat seiring semakin meningkatnya permintaan dari berbagai kota, seperti Jember, Yogyakarta, Denpasar, dan Jakarta.

"Masih banyak impian yang belum terwujud. Namun, dengan bergabung ke PPK Sampoerna ini, saya yakin impian saya akan segera terwujud," ungkap Karyani.

Sejak mulai beroperasi pada 2007. PPK Sampoerna telah menyelenggarakan sejumlah program pendidikan dan pelatihan guna mendorong pengembangan usaha kecil yang berada di sekitar pabrik Sampoerna dan beberapa daerah lain di jawa Timur dan Lombok.

Saat ini, PPK Sampoerna telah beroperasi di atas lahan seluas 27 hektare, yang dilengkapi fasilitas terpadu, di antaranya ruang pelatihan, bengkel otomotif, lahan peternakan, dan pertanian.

PPK Sampoerna merupakan program yang khusus dilakukan oleh Sampoerna sebagai bagian dari aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), terutama terkait dalam pilar pemberdayaan ekonomi masyarakat

Menengok tawaran waralaba kursus tiga program pendidikan COME

Setiap orangtua berttu ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi buah hati mereka. Maklum, menurut orangtim. pendidikan adalah pintu menuju masa depan.

Untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik, tak jarang orangtua rela mengeluarkan biaya ekstra Termasuk membiayai anak ikut pendidikan nonformal seperti kurus, bimbingan belajar hingga les privat. Keinginan para orangtua itu pula yang dilirik PT Come Indonusa. Perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan ini menawarkan tiga jasa pendidikan yakni; kursus bahasa Inggris, pelatihan komputer, dan bimbingan belajar dengan merek COME (course make easy).


COME menawarkan jasa pendidikan nonformal pertama kali pada 2008 silam dengan mengambil lokasi di kawasan Bendungan Hilir. Jakarta Pusat. Setelah tiga tahun beroperasi, tepatnya Maret 2011 lalu, barulah COME menawarkan waralaba ke publik. Saat ini, COME sudah memiliki 10 cabang milik sendiri dan empat cabang berstatus terwaralaba

Ibnu Dwi Lesmono, General Manager PT Come Indonusa bilang, COME memiliki keunggulan karena menawarkan tiga paket usaha pendidikan sekaligus; kursus bahasa Inggris, pelatihan komputer dan bimbingan belajar. "Investasinya satu saja, tapi mendapat tiga usaha," kata Ibnu.

Walaupun banyak kompetitor, Ibnu mengaku optimistis dengan tawaran investasi dari COME. Ia melihat, COME masih punya peluang karena masyarakat sudah jenuh dengan lembaga pendidikan non formal yang ada "Kesempatan masih terbuka," tegas Ibnu.

Ibnu menawarkan dua paket investasi kepada para calon terwaralaba Pertama paket investasi komplit senilai Rp 200 juta. Jika mengambil paket ini, terwaralaba mendapat seluruh peralatan pendidikan seperti komputer, kursi, meja, dan tenaga pengajar.

Dengan investasi Rp 200 juta, Ibnu menjanjikan balik modal sekitar dua tahun. Itu dengan catatan omzet yang diperoleh Rp 25 juta-Rp 30 juta per bulan. Omzet itu dapat diperoleh dari 50-60 siswa yang ikut kursus dengan bayaran Rp 500.000 per anak.

Selain investasi awal, terwaralaba juga membayar royalti fee sebesar 15%. Royalty fee dikutip COME pada bulan ketujuh setelah terwaralaba mengoperasikan lembaga pendidikan tersebut

Pola investasi kedua sebesar Rp 50 juta berupa kemitraan. Bila mengambil paket, mitra hanya mendapatkan kewenangan menggunakan merek COME, serta mendapatkan tenaga pengajar. Ibnu bilang, dari empat mitra COME, tiga mitra memilih investasi yang pertama

Erwin Halim, Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting, menilai, tawaran waralaba COME ini menarik sebab program ini dijual saling terkait satu sama lain. "Konsep ini, memiliki pasar yang bagus," kata Erwin.

Tiga program pendidikan nonformal dalam satu atap, menurut Erwin bisa mengancam waralaba kursus yang sudah ada. Namun demikian, Erwin menyarankan COME mengedukasi masyarakat tentang jasa yang mereka tawarkan. "Ini penting guna merebut pa-sar yang selama ini diambil pemain lama," saran Erwin.

Kata Erwin, pendidikan adalah pasar franchise terkuat kedua setelah makanan karena paket COME ini tetap menjanjikan, asalkan masyarakat mengerti dan menerima konsep COME ini.

Wanginya Laba Kerajinan Anyaman Berbahan Daun Pandan

Tak hanya menjadi penambah aroma pada makanan, daun pandan juga bisa jadi bahan baku kerajinan. Setelah dianyam, daun pandan bisa dibentuk aneka jenis kerajinan, seperti tikar, tas, dan keranjang. Kerajinan daun pandan ini juga berprospek cerah. Selain harga bahan baku murah dan mudah didapat, pasarnya sudah meluas hingga ke luar negeri.

Daun pandan sudah lama dikenal sebagai penumbuh aroma pada produk makanan, produk kecantikan, hingga produk kesehatan. Namun, saat ini, daun pandan juga bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan tikar, tas, dan berbagai suvenir lainnya. Tentu saja, nilai ekonomis kerajinan pandan tni juga tinggi.


Ketersedian bahan baku untuk usaha ini pun tak susah. Lihat saja, daun pandan gampang dibudidayakan sehingga sangat mudah diperoleh di Indonesia

Tak percaya? Inilah pengalaman Rianni Herlina, pemilik CV Karya Bunda, salah satu perajin daun pandan. Sejak lima tahun lalu, wanita asal Deli Serdang, Sumatera Utara ini aktif membuat dan menjual aneka kerajinan tangan berupa tikar, tas, keranjang, dompet, sandal, kotak pensil dan kotak tisu dari anyaman pandan.

Dengan mengusung merek Karya Bunda, produk-produk anyaman pandan ini berhasil menembus pasar ekspor. Setiap bulan, Rianni mampu mengumpulkan omzet hingga Rp 40 juta.

Bagi wanita berusia 39 tahun ini, keahlian menganyam diperolehnya secara turun-temurun dari keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya Dari dulu, keluarga Rianni sudah terampil menganyam rotan. Selain itu, sebagian besar perempuan di kampungnya punya pekerjaan sampingan sebagai pengayam.

Meski bukan pelopor kerajinan anyaman pandan, Rianni rajin menggerakkan perempuan di daerahnya untuk memanfaatkan daun pandan. "Saya melihat potensi pasar dengan banyaknya daun pandan di daerah kami." ujarnya

Membiakkan pandan memang mudah. Pandan bisa tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun, tanaman pandan yang tumbuh di pinggir pantai memiliki karakteristikdaun lebih tebal untuk mengurangi penguapan. Nah, daun pandan yang tebal inilah yang baik dijadikan bahan baku anyaman.

Saat ini, produk anyaman daun pandan yang menjadi andalan Rianni adalah tikar. Rianni menawarkan tiga jenis ukuran tikar, yakni tikar berukuran 1,5 meter x 2 meter dengan harga Rp 125.000. Kemudian tikar berukuran 2 meter x 2 meter yang dibanderol dengan harga Rp 150.000 dan tikar dengan ukuran 3 meter x 3,5 meter senilai Rp 350.000.

Tikar pandan ini pun sudah dikirim ke Malaysia dan Singapura. Dalam sebulan, Rianni mampu mengekspor 250 gulung tikar. Tak hanya di dua negara itu. Mulai akhir 2011 ini, Rianni berencana memasok tikamya secara rutin ke Arab Saudi. Sementara, untuk pasar dalam negeri, biasanya Rianni melempar produknya ke Jakarta, Bandung, dan Semarang.

Karena ia mengambil nafas khas Melayu dalam kerajinan anyaman pandan ini, Rianni pun hanya menggunakan motif-motif Melayu. Bentuk motif Melayu ini antara lain, tiga dara, semut beriring, itikpulang petang dan sapu tangan.

Bagi Rianni, usaha ini mendatangkan banyak keuntungan. Selain bisa menjadi mata pencaharian para tetangganya, mereka juga bisa melestarikan kebudayaan Melayu.

Sejatinya, anyaman daun pandan tak hanya dari Deli Serdang saja Kerajinan anyaman berbahan baku daun pandan terlihat pula di Bogor. Dengan mendirikan CV Pandan Lestari, NuruJ Lestari pun terjun dalam usaha kerajinan anyaman pandan. Hanya saja, ia fokus pada dua produk, yakni tas perempuan dan keranjang.

Meski baru mulai berusaha sejak tiga tahun silam, namun Nurul sudah mampu menangguk omzet hingga Rp 20 juta per bulan. "Dari perolehan omzet itu. saya mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 12 juta," tegasnya

Ia bisa memperoleh margin keuntungan yang besar karena bahan baku daun pandan sangat murah. Nurul mendapatkan daun pandan dengan harga Rp 3.000 per kilogram.

Hargajual produk CV Pandan Lestari ini berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 200.000. "Yang paling diminati adalah tas perempuan," tambah Nurul.

Tas perempuan dari daun pandang ini. lanjut Nurul. banyak diminati oleh perempuan di kota-kota besar. Terutama, mereka yang memiliki kepedulian terhadap bahan baku ramahlingkungan. Nurul pun memberi jaminan, produknya awet Bisa bertahan lebih dari tiga tahun lamanya.

Nah, untuk mendapatkan bahan pembuatan tas dan keranjang yang awet itu, sebelum dianyam, daun pandan harus diproses melalui beberapa tahapan. Setelah pandan dipanen kemudian dibersihkan dan dibuang duri-durinya. Kemudian, daun pandan dipotong sesuai ukuran anyaman, yakni mulai 1 sentimeter | nn i hingga 3 cm.

Potongan-potongan tersebut lantas direbus hingga 30 menit. Proses perebusan ini bertujuan untuk menghilangkan getah daunnya. Kemudian, daun pandan dikeringkan di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari. "Jika tertimpa sinar, daun itu bisa menggulung," jelas Rianni.

Setelah didiamkan srkinir enam jam. baru daun itu ditemaskan dan direndam dalam mr ii;ls;i selama empat jam. Baru kemudian dtyeinur di terik matahari hinggaberwarna keputihan. Setelah itu, daun pandan itu siap dmarnai. Setelah pn pewarnaan yang berlanjut pengeringan selesai, daun pandan siap dianyam.

Bagi Rianni dan Nurul, bisnis pembuatan aneka kerajinan anyaman pandan memiliki prospek baik. Namun, perajin harus kreatif dalam pemasaran. Selain mengandalkan langganan dan pemesanan via dunia maya, mereka juga aktif mempromosikan lewat ajang pameran kerajinan.

Pembuatan Boks Sepeda Motor

Berkembangnya bisnis yang menyediakan layanan antar (delivery order) membawa berkah bagi usaha pembuatan boks motor. Tahun ini saja, usaha pembuatan boks naik 10% ketimbang tahun lalu. Perajin boks berbahan fiber itu bisa meraih omzet hingga ratusan juta rupiah.

Menjamurnya bisnis yang melayani sistem layanan antar atau delivery order membawa berkah bagi produsen boks tempat menaruh pesanan, atau sering disebut boks motor. Pesanan membuat boks ke perajin di bisnis ini terus membesar.

Indra Paulus, pemilik usaha Box Delivery Motor di Tangerang mengaku, tahun ini. terjadi kenaikan jumlah pesanan boks hingga 10% ketimbang tahun lalu. "Banyak pengusaha yang membuka layanan antar," kata Indra menganalis kenaikan pesanan.


Boks motor biasanya terbuat dari polyjiber reinforced plastic (PFRP) atau fiber glass yang biasa dipakai untuk membuat molor boat atau kapal motor. Bahan dari serat kaca ini tidak mudah pecah meski terbentur atau terkena goncangan yang keras. "Fiber glass untuk pembuatan kapal ini tidak mudah pecah dibanding darifiber biasa," terang Indra.

Boks berfungsi untuk menaruh makanan, minuman, loundry atau cucian, hingga jasa lainnya, tergantung usaha si pemesan boks. Untuk memudahkan mobilitas, boks ini umumnya ditaruh di bagian tempatduduk belakang sepeda motor atau tepatnya di boncengan.

Indra sudah menekuni pembuatan boks motor sejak 2006. Pertama kali produksi, boks karyanya hanya dipesan perorangan. Namun, seiring waktu pesanan datang dari pemilik restoran atau pengusaha waralaba

Setelah usaha berjalan lima tahun, nama Indra pun kian dikenal. Boks karyanya sudah berseliweran di Jabodetabek, bahkan semakin banyak pula boks buatan Indra ini yang sudah keliling di daerah.

Pemesan boks dari luar Jabodetabek datang dari Balikpapan, Banjarmasin, Aceh, hingga Papua Agar boks tidak pecah dalam proses pengiriman, Indra mengemas dalam kardus pilihan.

Soal harga boks, Indramembanderolnya, mulai harga Rp 1 juta hingga Rp 1,8 juta per unit. Saat ini, Indra mempekerjakan 10 karyawan untuk memproduksi 20 boks motor dalam sehari. Taruh kata, saban hari, Indra bisa membual 20 boks seharga Rpjuta, ia bi.sa mengantongi onizel Kp 600Juta, dengan nusa jualan 30 lian.

Selain Indra, produsen boks motor yang kecipratan rejeki udalah Neni SW, pemilik PT Putraprasendo Berjaya, di Jakarta Neni sudah memproduksi boks motor sejak (HM). "Pertama kali produksi ada mencapai 200 boks," kata Neni.

Dalam sebulan, Neni bisa menjual sekitar 40 boks dengan berbagai bentuk dan ukuran. Jumlah itu meningkat dibandingkan pejualan tahun lalu yang cuma 30 boks per bulan. Oh, ya, pejualan itu termasuk pesanan dari daerah juga, lo. Neni menjual boks motor mulai harga Rp 1,7 juta hingga Rp 3,8 juta, tergantung model atau besar kecilnya boks. "Dari hargajual itu saya ambil untung antara 10% sampai 15% saja," ujar Neni

Agar mampu bersaing, kami memproduksi boks yang tahan panas hingga 90 derajat Celcius Selain itu, kami menggunakan bahan baku fiber yang tahun hingga 10 tahun.

Setiap boks memiliki berat 10 kg -15 kg. Seorang karyawan untuk membual sebuah boks rata-rata butuh waktu selama seminggu. Agar menarik minat konsumen, Neni mempersilakan konsumen membuat desain sendiri namun kena biaya tambahan Rp 3,7 juta.

Monday, July 25, 2011

Belahan Kayu Hasilkan Miliaran Rupiah

Siapa yang dapat menyangka setiap belahan kayu kelapa (atau disebut glugu) dapat memunculkan ribuan motif titik. Dialah, M Amin, yang dapat berkesempatan melihatnya dan menjadikannya sebagai motif batik. "Saya tiap hari lihat papan yang saya belah, terinspirasi dari situ, cita-cita saya (waktu lihat belahan papan itu), bagaimana bisa jadi motif fashion," ungkap M Amin, pemilik usaha Batik Glugu Abadi, kepada Kompas.com, di sela-sela pameran busana yang diselenggarakan oleh Bank BRI, Jakarta, akhir bulan Juni lalu.


Motif batik glugu miliknya memang terbilang unik. Berbeda dengan motif batik pada umumnya. Siapa menduga usaha batik yang baru sah berdiri 14 Mei 2010, telah meraih omzet sebesar Rp 1,5 miliar per Desember 2010.

Motif ini sebenarnya dia amati semenjak memulai usaha mebel dari tahun 1999. Namun, usaha yang telah digelutinya selama belasan tahun ini untuk sementara ditinggalkannya demi menjalankan usaha batiknya. "Satu gelondong kayu bisa 10 motif. Tergantung kita belahnya seperti apa," sebutnya.

Hingga kini Amin telah memiliki koleksi sekitar 3.500 motif. Oleh karena banyaknya motif tersebut, batiknya pun banyak dipesan sebagai seragam kantor dan sekolah di wilayah Boyolali hingga ke daerah Yogyakarta.
Batiknya pun kini telah memiliki hak paten, yang didapatnya tanggal 7 Februari 2010, dan hak cipta (4 Februari 2010).

Sebelum sukses menjual batik seperti sekarang, Amin yang mengaku tidak memiliki keterampilan membatik ini, melakukan uji coba selama sepuluh tahun. "Saya foto motif kayu, saya fotokopi. Kemudian, saya minta ke sejumlah tempat untuk buatin baju dengan motif yang saya bawa. Tidak ada yang bisa," ceritanya.

Akhirnya, ia pun mencoba sendiri dengan bantuan penggunaan aplikasi CorelDraw, yang digunakan untuk "memainkan" motif-motif yang diperolehnya dari belahan kayu kelapa tersebut. Setelah itu, selama enam bulan sebelum usaha batik sah berdiri, ia melakukan uji coba yaitu dengan memproduksi pakaian dengan sejumlah motif yang diciptakannya sebanyak 20 kodi. "Itu saking bahagianya. Mau lihat pantes apa tidak dipakai," jawabnya terkait alasan mengapa menggunakan begitu banyak pakaian.

Karena tidak punya bekal keahlian membatik, ia pun memakai tenaga kerja yang sudah ahli, yang saat ini berjumlah 18 orang tenaga tetap. "Sekarang ini saya masih terus belajar batik," tuturnya.

Ia mengaku, batik glugu miliknya dapat beradaptasi dengan motif batik-batik lokal. "Kan, batik itu maknanya titik. Kalau sudah ada titik, ya sudah batik namanya," sebutnya, di mana motif batik glugu cenderung berupa titik, dan garis-garis kecil, seperti halnya guratan dalam belahan kayu kelapa.

Saat ditanya mengenai modal awal membuat batik ini, Amin enggan menyebutkannya. "Saya menilai prestasi itu kan butuh perjuangan. Jadi dana yang saya punyai saat itu tersedot ke usaha ini," jawabnya terkait modal awal.

Satu hal yang pasti, ia belum pernah meminjam dana sampai ke bank. "Filosofi saya, manusia dan alam jika disatukan itu menuju kekuatan yang tidak terbatas," ungkapnya.

Batik glugu pun dipasarkan dengan harga yang cukup terjangkau. Bahan katun dihargai sekitar Rp 70.000 per dua meter. Dengan ukuran yang sama, bahan sutra dihargai sekitar Rp 300.000. "Kebahagiaan kita kalau hasil karya disenangi orang, jadi nggak usah mahal-mahal," tuturnya, yang memakai rumahnya sebagai tempat pembuatan dan penjualan.

Satu hal yang diharapkannya adalah ketika orang melihat motif batik hasil belahan kayu kelapa tersebut, maka orang dapat langsung menilai, "Itu batik glugu," tuturnya singkat.                              

Dulu Berbahan Kulit, Sekarang Spons

Sejak tahun 1960-an, Desa Wedoro di Kabupaten-Sidoarjo, Jawa Timur terkenal sebagao sentra produksi sandal. Hampir 80% warga Wedoro menggantungkan hidup berbisnis sandal. Mulai dari perajin, pedagang bahan baku, perkakas kerja hingga menjadi bakul sandal ke luar daerah.

Alas kaki terus mengalami evolusi model menyesuaikan zaman. Namun, satu hal yang tak berubah yakni alas kaki dibutuhkan untuk semua rutinitas harian. Ini sebabnya, alas kaki menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seseorang.


Ini pula yang menjadi sebab bisnis alas kaki terus bertumbuh. Salah satunya desa Wedoro, kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Warga di sana seperti berlomba memproduksi alas kaki, utamanya sandal.

Perajin sandal di desa Wedoro sudah ada sejak 1960-an. Hingga kini, perajin tersebar di sembilan rukun tetangga (RW), antara lain RW Wedoro Madrasah dan RW Wedoro Sukun.

Jumlah perajin disetiap RW mencapai ratusan orang. Untuk satu desa, jumlah perajin sandal bisa mencapairibuan orang. Selain perajin, ada juga pedagang sandal yang memasarkan sandal hingga ke pelosok tanah air.

Saat memasuki desa ini, tampak mobil bak terbuka sarat muatan sandal lalu lalang masuk maupun keluar desa Wedoro. Pemandangan ini akrab bagi warga Wedoro, khususnya perajin. Memproduksi 1.000 pasang sandal tiap hari, mobil-mobil inilah yang bersliweran mengambil sandal untuk dikirimkan ke daerah lain.

Selain mobil yang penuh muatan, desa ini lumayan bising. Dari kejauhan, suara bising yang cenderung mendengung sudah terdengar. Suara ini dihasilkan oleh mesin-mesin yang sedang digunakan perajin untuk membuat sandal.

Tak hanya itu, aroma lem yang menyengat terasa menganggu saat semakin jauh memasuki desa ini.  Meski begitu, perajin tetap ramah menyambut tamu. Mubin, salah seorang perajin bilang, pembuatan sandal di desa Wedoro sudah menjadi mata pencaharian utama warga. "Bahkan usaha ini sudah turun temurun," kata Mubin yang mewarisi usaha orang tuanya ita

Mulanya, perajin di desa Wedoro membuat sandal dari balian kulit hewan. Namun saat harga kulit melangit di tahun 1994, perajin beralih memakai bahan spons atau bahan dari karet yang menyerap air. "Dulu sandal kulit dibuat dengan paku, sekarang kami menggunakan perekat," kata Mubin.

Proses pembuatan sandal di Wedoro juga cenderung tradisional. Namun begitu, pengerjaan sandal mampu menyerap temaga kerja dalamjumlah yang lumayan. "Apalagi, kebayakan dari kami tidak bergantung padamesin," kata Muhanunad Haris, perajin yang mewarisi usaha orang tuanya itu.

Selain menjadi perajin sandal, warga Wedoro ada juga yang berprofesi sebagai pedagang bahan baku spons, lem dan perkakas kerja hingga pedagang sandal kr . luar daerah. "Hampir 80% warga hidup dari sandal," kata kata Haris.

Bisnis sandal ibarat magnet bagi warga Wedoro. Tak jarang ada warga yang memilih berbisnis atau menjadi perajin sandal ketimbang meneruskan sekolah. "Seperti saya ini, hanya tamat SD," kata Mubin. Walupun tamat SD, Mubin mencatat omzet dari penjualan sandal hingga Rp 20 juta perbulan. Adapun Haris mendulang empuknya omzet sandal hingga hingga Rp 500 juta per bulan.

Perajin Batik Harapkan Pabrik Kain Setempat

Sejumlah perajin batik tulis lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mengharapkan adanya sebuah pabrik kain di daerah setempat, karena selama ini para perajin memperoleh bahan baku kain dari luar daerah, sehingga harganya relatif mahal.

Sekretaris Klaster Batik Tulis Lasem, Maksum Ahadi, di Rembang, Selasa, mengatakan keberadaan pabrik kain di daerah setempat akan membantu perajin untuk bisa berkompetisi lebih ketat karena bisa mendapatkan bahan baku kain dengan harga yang relatif lebih rendah.


"Selama ini perajin memperoleh bahan baku kain dari luar daerah dengan harga relatif tinggi, terutama karena jarak yang jauh sehingga timbul biaya-biaya ikutan seperti ongkos transportasi, biaya angkut, dan biaya risiko. Keberadaan pabrik kain di Kabupaten Rembang tentu akan sangat membantu perajin," katanya.

Maksum menyebutkan saat ini harga bahan baku kain berada pada harga tinggi di angka Rp8.600 per yard untuk jenis prima (biasa), Rp13.000 per yard untuk jenis primis (sedang), dan Rp28.000 per yard untuk jenis kereta (super).

"Karena harga bahan baku kain yang relatif tinggi tersebut, para perajin biasanya berserikat dalam melakukan pembelian bahan baku kain agar mendapatkan harga yang sedikit lebih murah karena kuantitas pembelian yang banyak," katanya.

Santosa Hartono, seorang perajin batik tulis lasem mengatakan harga bahan baku kain mengalami perubahan secara secara cepat sejak 2010 lalu.

"Pada 2010 lalu, harga bahan baku kain jenis prima hanya sekitar Rp5400 per yard, jenis primis hanya Rp8.700 per yard, dan jenis kereta hanya Rp14.600 per yard. Perajin sudah cukup lama berharap, ada investor yang membangun pabrik kain di daerah ini. Minimal kami bisa menekan biaya transportasi, biaya angkut, dan biaya risiko pembelian kain dari luar daerah," katanya.

Santosa mengatakan saat ini pengrajin hanya mengerjakan pesanan sesuai permintaan dan tidak terlalu berani membuat persediaan lebih.

"Kami pun juga belum berpikir untuk menaikkan harga batik tulis lasem," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang Waluyo mengatakan akan berupaya mengomunikasikan keinginan para perajin tersebut kepada pemerintah kabupaten setempat.

"Secara simultan, kami juga akan melakukan komunikasi dengan pihak ketiga untuk menentukan apakah dengan jumlah perajin batik tulis lasem sebanyak 47 orang dan permintaan pasar batik tulis yang cenderung sangat tinggi, cukup dijadikan alasan bahwa pembangunan pabrik kain layak atau tidak," katanya.

Ia mengatakan pihaknya memang kerap menerima keluhan dari para perajin mengenai perubahan harga bahan baku kain di pasaran yang berlaku sangat cepat.

"Keberadaan pabrik kain jelas akan sangat membantu perajin untuk bisa berkompetisi lebih ketat. Hanya, persoalannya kembali pada investor tentang layak atau tidaknya mendirikan pabrik kain di daerah ini," katanya.