This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, August 25, 2011

Sampah Plastik Itu Kini Digemari Pembeli Asing


Berawal dari melihat sampah yang berserakan setelah terjadinya gempa di Bantul, Yogyakarta, yang terjadi pada tahun 2007, Agustina Sunyi, tergerak untuk mengolah barang yang tidak berguna itu menjadi berbagai macam kerajinan yang menarik. "Saya baru mulai Juni 2009. Belum pernah usaha sebelumnya. Pernah kerja sebagai karyawan di Gramedia," tutur Agustina, pemilik dari usaha Kreasi Limbah Plastik "Sumber Rejeki" kepada Kompas.com, dalam pameran kerajinan di Jakarta Convention Centre, Senayan, beberapa waktu yang lalu.

Ia menyebutkan, awalnya hanya sekadar iseng. Keisengannya ini pun akhirnya mampu dikembangkannya melalui sebuah proses. Agustina yang juga merupakan kader gizi posyandu di wilayahnya, bersama dengan kader yang lain, mengadakan kunjungan ke tempat pengolahan sampah (TPS) pada  2008.

Di TPS itu, ada juga pengolahan sampah yang menghasilkan berbagai produk kerajinan, di antaranya tas yang dibuat dari bekas plastik-plastik kemasan produk. "Saya beli tas (dari kemasan) Molto di tempat pengolahan sampah. Saya pun tertarik untuk buat. Sayangnya, saya enggak bisa jahit," cerita dia.

Nah, meskipun ia tidak mampu menjahit, ia pun tidak putus asa. Kemudian, ia mengajak ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya untuk, pertama, pilah-pilah sampah. Baru setahun kemudian, yaitu tahun 2009, ia mempunyai niat untuk kursus menjahit. "Nyoba-nyoba belajar nyambung dulu, seperti buat produk taplak, yang mudah," ujarnya.

Akhirnya, ia pun mengajak teman-temannya yang bisa menjahit. Ada tiga orang yang membantunya untuk menjahit. Modal atau bahan bakunya pun didapatkan dari mengumpulkan sampah dari rumah masing-masing. "Barang yang sudah dibuat, saya pakai waktu ada pertemuan di kelurahan. Ya, pamer buatan sendiri. Terus ada yang minta buatin," sebutnya sembari tertawa.

Alhasil, ia pun mendapatkan kenalan untuk menjualkan produknya. "Akhirnya punya semangat untuk nambah koleksi, seperti tempat tisu, dompet, dan lainnya," tambahnya.

Ia yang bertempat tinggal di Bantul ini, akhirnya dapat memasarkan produknya sampai Jakarta. Pesanan pun terus membanjir. Bahkan, karena usahanya yang semakin besar ini, ia diajak pengurus di kecamatannya untuk pameran di Benteng Vredeburg, di Yogyakarta pada Juni 2009.

Karena pameran tersebut, ia pun menambah lagi produksinya. Bahan bakunya pun ia tambah dengan cara membeli dari TPS. "Waktu pameran, ternyata ada penjual produk yang sama. Tapi saya lebih laris, karena variasi produknya lebih banyak dan saya kasih harga promosi," ujar ibu dari tiga anak ini.

Dari pameran itulah, mulai banyak pemesanan, bahkan konsumen yang berkunjung langsung ke rumah untuk melihat proses produksinya. "Dari situ berdatangan pembeli, termasuk  buyer dari Jerman. Ada 18 item yang dibeli. Satu item dibeli dengan jumlah dua lusin," tambah dia.

Akhirnya, ia pun menambah jumlah pekerjanya termasuk tenaga penjahit menjadi 20 orang. Tidak hanya itu, pembeli pun banyak memberikan ide untuk menambah kreasi produknya. "Bahkan, ada sampel produk saya yang sudah dikirim ke Kanada," ujar dia.

Ada juga, lanjut dia, buyer yang membeli sekitar 500 buah produk, tapi dia kurang tahu akan dijual ke negara mana. Sekalipun menambah jumlah pekerja, ibu ini pun tidak tinggal diam. "Saya harus buat juga. Saya harus bisa," imbuhnya.

Memang, ia yang enggan menyebutkan detail berapa hasil penjualannya ini hanya berujar pendapatannya pasang surut. Penghasilannya besar jika ada pameran atau pesanan partai besar.

Kini, usahanya pun berhasil menarik perhatian para mahasiswa untuk belajar mengelola sampah. Rumah usahanya pun pernah dikunjungi oleh mahasiswa dari Universitas Tulang Bawang, Lampung. Dengan pekerjaannya ini, ia berhasil membantu suami untuk menyekolahkan anaknya yang kini telah menginjak perguruan tinggi dan sekolah menengah atas. Bahkan, ia pun telah membuat buku panduan untuk mengolah produk buangan, dan sering diajak untuk memberikan pelatihan.                              

Trik Bisnis Saat Mudik


Bagi banyak pelaku bisnis, mudik menjelang Lebaran memang bukan sekadar acara tahunan. Bukan pula ritus lazim belaka.

Pergelaran mudik selalu terkait dengan trik-trik bisnis untuk memperkenalkan sekaligus makin menguatkan merek garapan para pelaku bisnis tersebut. Catatan Kompas.com menunjukkan, tiap tahun perusahaan yang menyelenggarakan aksi mudik bertambah. Setidaknya, hingga Selasa (9/8/2011), ada sepuluh perusahaan yang ikut ambil bagian dalam acara mudik antara lain Bank BRI, Honda Motor, Yamaha Motor, XL Axiata, Indofood, dan Holcim Indonesia.


Satu institusi pemerintah yang berpartisipasi adalah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Rencananya akan disediakan 190 bus bagi 10.360 orang, khusus warga Jateng.

Sementara itu, sebagaimana disampaikan Presiden Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat, kemarin, pihaknya akan menggelar mudik gratis yang ke-22 pada Kamis (25/8/2011). Menurut Irwan, penyelenggaraan mudik ini adalah yang ke-22 kali sejak penyelenggaraan pertama pada 1991. Awalnya, kegiatan mudik yang disokong oleh produk Kuku Bima Ener-G ini hanya untuk para pedagang jamu bersama keluarganya. Namun, seiring waktu berjalan sejak tahun 2004 bersamaan dengan adanya divisi baru, yakni divisi food di Sido Muncul, mudik gratis juga diikuti oleh pedagang asongan yang menjual produk-produk Sido Muncul.
Sementara, seperti juga diakui secara tak langsung oleh Group Product Manager Kuku Bima Linawati Suteja, tetap ada trik-trik bisnis dalam pergelaran acara mudik. Setidaknya, dalam kesempatan itu, terang Linawati, pihaknya menggelontorkan pemudik dengan produk-produk bersangkutan. "Kami juga memasang spanduk dan melakukan publikasi," imbuhnya di sela-sela peluncuran iklan terbaru Kuku Bima Ener-G seri melestarikan pencak silat sebagai beladiri asli Indonesia pada Jumat (19/8/2011).

Alhasil, terang Lina, dengan trik seperti itu, nama produk memang makin kuat dikenal khalayak banyak. "Brand memang semakin kuat," katanya.

Lebih lanjut, Linawati menerangkan, lantaran trik seperti itu, pihaknya terhitung berhasil menjual hingga 1,8 miliar bungkus Kuku Bima Ener-G hingga Agustus 2011. Meski diakui, pada masa puasa Ramadhan, penjualan minuman berenergi biasanya mengalami penurunan hingga 20 persen. "Soalnya, selain waktu orang minum berkurang, minuman berenergi bukanlah minuman utama saat orang berbuka puasa," katanya.
Berangkat dari situlah, pihaknya memang membuat strategi agar penjualan tidak turun drastis. "Caranya banyak, termasuk penyelenggaraan mudik," katanya.

Sementara, masih menurut Linawati, pada mudik kali ini, pihaknya juga memperkenalkan produk terbaru minuman untuk mengobati panas dalam. Strateginya dengan menempatkan produk baru ini pada produk yang sudah lama dikenal. "Jadi produk baru akan ikut dikenal juga dengan cara seperti itu," lanjut Linawati sembari menambahkan produk terbaru bernama Alang Sari ini baru diproduksi 2 juta bungkus.

Sentra Kain Cigondewah


Potensi Terhambat Kondisi Jalan Sempit

Walau sudah ditetapkan sebagai salah satu kawasan perdagangan di Bandung, namun kondisi jalan di Cigondewah dari hari ke hari kian parah. Tak hanya sempit, beberapa ruas jalan di situ juga rusak sehingga menyebabkan kemacetan parah.

Sentra kain Cigondewah, Bandung, terus berkembang dari hari ke hari. Jika dulu pedagang hanya membuat toko seadanya di rumah mereka sendiri, sekarang di situ sudah dibangun toko-toko khusus penjualan kain.

Kawasan pertokoan yang dibangun pada 2006 itu tentu menarik perhatian pedagang lain di luar pedagang asli Cigondewah. Jika pada awal 90-an hanya ada lima pedagang, saat ini melonjak menjadi 60 toko pedagang.

Perkembangan Cigondewah semakin cepat setelah Pemerintah Kota Bandung menetapkannya sebagai kawasan industri dan perdagangan pada tahun lalu bersama sentra-sentra industri lain, seperti Sentra Sepatu Cibaduyut, Sentra Rajut Binong Jati, Sentra Jeans Cihampelas, dan Sentra Sablon Surapati-Cicaheum.

Walaupun sudah ditetap-kan sebagai kawasan industri dan perdagangan, namun mayoritas pedagang di Cigondewah masih mengeluhkan minimnya pembangunan infrastruktur pendukung kawasan oleh pemerintah. "Jalan yang sempit dan akses yang susah menjadi kendala terbesar," kata Yosi Gaos, pedagang kain di Cigondewah yang juga menjadi pengurus Kawasan Tekstil Cigondewah (KTC).

Kondisi jalan di sentra Cigondewah memang sempit karena hanya cukup dilalui satu mobil di tiap jalurnya Beragam jenis kendaraan, mulai dari truk pengangkut, mobil pribadi, sepeda motor, dan juga sepeda yang lalu lalang di kawasan itu semakin membuat suasana semrawut. Sehingga, jika ada satu mobil saja parkir di pinggir jalan pasti jalanan bakal macet.

Dengan kondisi jalan yang sempit, bahkan di beberapa ruas juga rusak, tentupengendara maupun pejalan perlu berhati-hati kalau . melintas di kawasan itu. Apalagi, dalam dua tahun belakangan ini, kemacetan di Cigondewah makin menjadi-jadi. "Dampaknya tentu ke pedagang juga karena banyak pedagang yang mengeluhkan penurunan omzet liingga 30%," ujarnya.

Jalan menuju sentra ini juga tak nyaman. Untuk menuju Cigondewah, akan lebih mudah jika menggunakan sepeda motor dibanding mobil. Menurut Yosi, banyak pengunjung asal luar kota yang mengaku tersesat untuk ke Cigondewah. "Rambu penunjuk jalan dari Pasir Koja sangat kurang, sehingga banyak yang tersesat," ungkapnya

Sebenarnya, keluhan pedagang kain Cigondewah sudah disampaikan kepada Pemerintah Kota Bandung. Namun sampai saat ini, janji pembenahan jalan dan kawasan belum terealisasi.

Pemerintah daerah berdalih anggaran pembangunan yang terbatas, terutama untuk pembebasan lahan guna pelebaran jalan. Rencana revitalisasi kawasan juga berhenti karena keterbatasan dana tersebut.

Padahal kalau pemerintah mau membenahi, sentra kain Cigondewah memiliki potensi ekonomi yang besar. Nah, untuk mengembangkan potensi itu, pedagang ingin pembenahan infrastruktur segera dilakukan sehingga kawasan ini bisa diakses dengan lebih mudah, terutama oleh pembeli dari luar kota Bandung.

Dina Sulaiman, pemilik Toko Rizki Ilahi, menimpali, perbaikan jalan itu harus menjadi prioritas. Apalagi pedagang kain di kawasan ini terus bertambah dari tahun ke tahun. "Kalau tidak segera diperbaiki akan semakin semrawut," keluh Dina

Wednesday, August 24, 2011

Mengangkut Laba dari Jasa Pindahan


Pindah rumah ataupun pindah kantor tentu merepotkan. Namun, bagi yang jeli melihat peluang, situasi ini justru bisa menjadi lahan bisnis yang menggiurkan. Nah, bisnis pindahan inilah serius digarap Raja Pindah sejak 2004 lalu.

Raja Pindah menyediakan jasa layanan pindahan mulai dari pengepakan, pengangkatan barang hingga pengiriman, penurunan, pembongkaran, barang serta memberikan jaminan keselamatan barang sampai di tujuan.

Raja Pindah berkantor pusat di Jakarta dengan dua cabang di Surabaya dan Balikpapan, plus satu agen di Makasar. "Peluang usaha jasa pindahan ini masih terbuka," kata Panca Firdaus, Business Develop-Un miner Raja Pindah.

Terbukanya peluang inilah yang kemudian membuat Raja Pindah menawarkan warala-ban sejak sebulan lalu. Panca mengklaim, tawaran waralaba ini yang pertama di Indonesia. Walau baru sebulan ditawarkan sudah ada dua terwaralaba di Semarang dan Kelapa Gading yang bergabung.

Raja Pindah menawarkan tiga paket waralaba. Yakni paket franchise reguler dengan nilai investasi Rp 30 juta, tanpa biaya sewa atau pembelian truk angkut.

Dengan investasi sebesar itu, terwaralaba hanya mendapatkan satu unit meja kursi beserta satu set komputer lengkap dengan soflwa re yang terintegrasi dengan sistem tracking dan tracing kantor pusat. Terwaralaba juga mendapatkan seragam karyawan, papan nama Raja Pindah, perlengkapan promosi, material packing awal, termasuk pelatihan operasional.

Paket kedua adalah regular plus dengan nilai investasi Rp ma, tanpa biaya sewa truk. Dibandingkan paket pertama, paket kedua akan mendapatkan jasa layanan MAX Logistic untuk pengiriman ekspor maupun impor.

Sedangkan paket terakhir adalah paket master senilai Rp 110 juta tanpa biaya sewa truk. Paket ini memiliki kelengkapan usaha lebih banyak, berupa dua set komputer untuk administrasi dan marketing, 15 seragam karyawan, terpal truk branding Raja Pindah, serta satu txlly roda tiga.

Pemegang paket master juga memiliki hak membantu terwaralaba lain dalam pelayanan, termasuk penyewaan truk. "Karena itu untuk paket master disarankan memiliki truk sendiri," kata Panca.

Setelah surat perjanjian diteken, masing-masing terwaralaba akan terikat kontrak kerjasama selama lima tahun. Selama itulah, mereka harus membayar biaya royalti 5% dari total omzet per bulan. Selama setahun pertama, kantor pusat akan mengirimkan satu orang sales representative untuk membantu operasional dan membuka pasar.

Omzet didapatkan dari jasa layanan pindahan sebesar Rp 125.000 per meter kubik untuk lokal area. Konsumen akanmendapat jasa layanan pindahan mulai pengepakan barang, pengiriman, hingga bongkar muat di tempat tiuu-an. Sedangkan untuk jasa pindahan luar kota tak dipatok harga pasti. "Biaya tergantung jarak," katanya. Walau begitu panca menghitung, balik modal untuk paket reguler selama 10 bulan, paket reguler plus setahun, dan paket mas-ter 18 bulan. Erwin Halim, pengamat wa-ralaba dari Proverb Consulting, melihat tawaran Raja Pindah cukup prospektif. Namun yang perlu diperhatikan adalah strategi pemasaran untuk menarik pelanggan. "Perlu promosi gencar," saran Erwin.

Raja Pindah

Jln. Tanjung Barat Raya nomor 168 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12530 Telp 085885123687

Laba Bisnis Pembuatan Mousepad Masih Tetap Ciamik

Laba Bisnis Pembuatan Mousepad Masih Tetap Ciamik

Kian populernya komputer tablet yang tak perlu mouse tidak menganggu pasar mousepad atau alas mouse komputer. Mousepad masih banyak dipesan korporasi yang mengandalkan personal computer untuk bekerja. Selain itu, mousepad juga banyak dipesan untuk suvenir.

Meningkatnya jumlah pengguna komputer tablet yang tak perlu mouse temyata tidak menyurutkan penjualan aksesoris komputer, seperti mousepad alias alas tempat mouse.

Walaupun mousepad bukan kebutuhan primer komputer pribadi atau perconal computer (PC) dan laptop tetapi fungsi mouse-pad cukup penting untuk membantu kinerja ynouse I menggerakan kursor komputer.

Salah satu segmen pasar yang membutuhkan mouse-pad tersebut adalah perkantoran. Mereka butuh mouse-pad lantaran masih banyak perangkat kerja berupa PC dan juga laptop. Karena itu, "Pasar kami masih tetap ada," luar Veronica Wong, Direktur V Solutions, salah satu perusahaan produsenmousepad di Tanggerang.

Nah, untuk tetap mempertahankan pasar, Veronica pun tak keberatan melayani pesanan mousepad dengan desain sesuai pesanan. Veronica sendiri selain melayani perusahaan lokal juga melayani pelanggan dari perusahaan asing.

V Solutions sudah memproduksi mousepad sejak 2003 silam. Perusahaan ini membuat mousepad dari bahan kertas dan juga bahan karet.

Selain digunakan untuk kebutuhan perkantoran, banyak perusahaan memesan mousepad untuk dijadikan suvenir atau cinderamata. "Dan kami melayani pesanan mousepad untuk suvenir itu minimal 5.000 buah," kata Veronica

Mengenai penjualan dan kapasitas produksi, Veronica enggan merincinya Ia hanya bilang, dalam setahun ia bisa menjual 300.000 mousepad dengan beragam bentuk, desain, dan ukuran.

Menurut Veronica, di awal tahun bi-sanya terjadi kenaikan pesanan mousepad. Sebab, saat itu banyak perkantoran yang melakukan pengadaan termasuk mouse-pad untuk karyawan.

Soal hargajual mousepad juga bervariasi, mulai dari Rp 4.000 hingga ada yang seharga Rp 60.000 per buah,tergantung bahan yang diinginkan klien.

Selain Veronica, produsen inniisi pad lainnya adalah Dinimon Suvenir milik Andun Ri si 11 wahyuni di Jakarta. Andini sudah memproduksi mousepad sr jak 2008 lalu. "Meski pesanan tidak ban tapi klien biasanya sering belanja lagi." kata wanita berusia 28 tahun itu.

Seperti halnya Veronica Andini juga mengakui kenaikan penjualan komputer tahlil terbukti tidak menurunkan penjualan mousepad. Tahun ini penjualan mousepad milik Andini di dunia maya maupun di gerai miliknya di Jakarta Timur malah naik. "Jumlah pesanan saya tahun ini malah naik hingga mencapai 50% ketimbang tahun lalu, kata Andini

Dengan hargajual Rp 20.000-Rp 60.000 per buah. Andini mampu menjual 200 buah mousepad dalam sebulan atau sebanyak 2.400 mousepad setahun.

Manampin Girsang, mantan pramuwisata yang sukses jadi eksportir mebel


Jika tidak bermodal nekat, Manampin Girsang tidak akan pergi ke Bali dan sukses menjadi eksportir mebel. Bermodal Rp 1,5 juta dan bahasa Inggris, ia dipercaya mengelola bisnis mebel antik dan akhirnya sukses membuka bisnis sendiri.

Sukses sering berawal dari sebuah pertemanan atau kemitraan. Itu juga yang dialami Manampin Girsang. Berawal dari bekerja sama dengan seorang pedagang barang antik, kini pria kelahiran Brastagi, Sumatra Utara, ini berhasil menjadi eksportir mebel antik ke Eropa, Amerika Serikat, hingga Timur Tengah.

Dengan menggunakan merek Gabe International, produk mebel Manampin sudah dikenal sebagian pengusaha hotel atau vila di luar negeri. Sejak 20 tahun silam, ia memasok mebel antik ke beberapa hotel dan vila mewah di Cayman Island, Kepulauan Fiji, Bahama, dan Mauritius. Tiap bulan, ia mengekspor setidaknya enam hingga delapan kontainer. Nilai tiap kontainer ukuran 40 kaki antara US$ 20.000–US$ 25.000.

Saat ini, selain memiliki gerai mebel di Bali, Pipin, panggilan akrab Manampin, juga mempunyai galeri,workshop, dan pabrik di Jepara, Jawa Tengah. Maklum, beragam produk yang diekspornya, dari meja, bufet, kursi, hingga dipan, semuanya diukir, dipahat, dan dikerjakan para perajin di Jepara.

Semua produk itu rata-rata diekspor tanpa merek, terutama jika pemesannya adalah perusahaan. Berdasar informasi dalam situsnya, klien Pipin antara lain Soneva Hotel, Club Med, serta Great Bay Hotels and Casino. Selain korporat, pelanggan mebel Gabe adalah para pemilik rumah atau vila.

Pipin, kini berusia 42 tahun, tidak menyangka bakal menjadi eksportir mebel seperti sekarang. Sejak kecil, ayahnya yang bekerja di PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengarahkannya untuk belajar teknik. Setelah masuk Sekolah Teknik Mesin (STM) di Brastagi, ia lantas kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Indonesia.

Tapi, sebenarnya, anak keempat dari tujuh bersaudara ini lebih menyukai bahasa ketimbang teknik. Saat masih sekolah di STM, ia senang memandu turis yang datang ke Brastagi. Nah, lantaran orientasinya berbeda, Pipin tidak lulus di UI. Alhasil, ia memilih merantau ke Bali pada tahun 1989. “Saya kabur karenadrop out,” katanya.

Saat itu, dengan bekal duit Rp 1,5 juta dan kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris, Pipin ingin mencari kerja di Bali. Sementara masih lontang-lantung, ia lebih banyak bergaul dengan para turis dan acap memandu mereka. Lewat seorang teman dari Kanada yang dikenal saat masih di UI, ia bertemu Giovanni, pria asal Italia yang berbisnis di Bali.

Nah, oleh Giovanni, Pipin ditawari menjual bikini aspal. Artinya, merek terkenal tapi palsu. Celakanya, usaha ini tidak berjalan lama. Dia ditangkap oleh petugas keamanan lantaran tidak menjadi anggota paguyuban penjual. “Karena saya bukan anggota mereka, saya dianggap ilegal,” katanya.

Akibatnya, Pipin masuk dalam daftar hitam untuk berjualan dan beroperasi di kawasan Kuta. Giovanni menawari Pipin bisnis lain, yakni berjualan barang antik. “Orang Italia memiliki selera yang bagus untuk seni,” ujarnya. Ia melihat kebutuhan mebel di Bali sangat besar. Giovanni langsung percaya, dan memberi modal kamera dan uang agar pria yang pernah ingin menjadi tentara angkatan laut ini bisa berburu mebel antik.


Berjualan mebel antik

Nah, naluri bisnis Pipin tidak meleset. Ia berburu mebel antik ke Madura dan Jepara. Produknya dijual di Indonesia maupun diekspor ke luar negeri. Sebelum dijual, kadang ia harus memoles, mengecat, dan memperbaiki sendiri mebel antik itu. Pipin mendapat bagian 10% dari hasil penjualan mebel itu.

Karena hasil kerjanya bagus, akhirnya, Pipin mendapat modal Rp 30 juta dari Giovanni untuk membangunworkshop di Jepara. “Jepara memiliki banyak talenta dan mebelnya bagus,” katanya. Ia juga mendapat hak untuk mencari pembeli sendiri, di luar pelanggan Giovanni. Tahun 1991, ia resmi mendirikan Gabe International. “Gabe berasal dari nama malaikat, Gabriel,” katanya.

Untuk memperluas pemasarannya, Pipin membuat website. Ia rela merogoh kocek Rp 2,5 juta untuk menyewa jasa pembuat situs. Nah, dari situsnya itu, para pembeli (buyers) berdatangan, kebanyakan dari luar negeri. “Berbisnis lewat internet juga bisnis kepercayaan. Karena itu, saya menjaga kualitas mebel yang saya kirim,” kata Pipin yang sering terjun sendiri menjual produknya.

Mulai tahun 2003, Pipin mengembangkan bisnis sendiri, lepas dari Giovanni yang sedang terbelit masalah keuangan. Saat itu, ia tidak ada persoalan dengan modal lantaran punya simpanan dalam dolar AS yang setara dengan Rp 1,7 miliar. Berbekal itu, Pipin menggenjot penjualan lewat website.

Lantaran selalu menjaga kepercayaan pemesan, pelanggan mebel antik buatan Pipin semakin banyak. Hampir semuanya memesan lewat internet.

Saat ini permintaan ekspor mebel tetap bagus. Ia bahkan menargetkan, dalam beberapa tahun ke depan, nilai ekspornya mencapai Rp 1 triliun per tahun. “Saya juga ingin punya merek sendiri,” katanya. Maklum, ia ingin mengharumkan nama produk asal Indonesia.

Laba penyewaan mobil ikut ngebut menjelang Lebaran


Berkah Lebaran ternyata mengalir ke usaha mobil sewaan alias mobil rental. Banyak pemudik rela menyewa mobil untuk melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman. Banyak mobil milik usaha penyewaan mobil habis dipesan pemudik. Alhasil, omzet penyewaan mobil naik hingga 50% di musim Lebaran ini.


Agus Setiawan, penyedia jasa penyewaan mobil Sewamobil.com, di Cawang, Jakarta Timur, mengaku, pada Lebaran tahun ini pesanan mobil sewaan miliknya naik 50% dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu. "Pemudik menggunakan mobil rentalkarena turunnya kualitas layanan bus dan kereta api," kata Agus yang sudah buka usaha penyewaan mobil sejak 2005.


Usaha penyewaan mobil Agus memang berkembang pesat. Kalau tahun lalu ia baru memiliki 10 mobil untuk disewakan, tahun ini Agus sudah menyediakan 20 unit mobil sewaan. Dari jumlah itu, separuhnya sudah dipesan. "Pemintaan sekarang ini masih ada, karena ada saja yang menanyakan mobil sewaan," terang Agus.


Dalam menawarkan jasa penyewaan mobil, Agus mematok tarif Rp 500.000 per hari. Jika seluruh mobil milik Agus itu tersewa selama sepekan, Agus bisa mendulang omzet Rp 70 juta. Sayang, Agus enggan berkomentar soal laba. "Laba tentu naik dari tahun lalu," ungkap Agus.


Kenaikan pesanan mobil sewaan juga dirasakan oleh Mia Aleeta, Manager Marketing WIT Rent Car, usaha penyewaan mobil yang terletak di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Namun, kenaikan sewa mobil milik WIT Rent Car pada Lebaran tahun ini justru menurun ketimbang pesanan pada Lebaran tahun lalu. "Kenaikan pesanan Lebaran tahun ini hanya 50% dari hari biasanya, padahal tahun lalu kenaikan pesanan bisa 70%," jelas Mia.


Mia menduga, ada penurunan minat pemudik menggunakan mobil sewaan. Selain itu, ia juga menduga pemudik banyak yang pulang kampung dengan kendaraan umum. "Banyak yang mudik pakai bus atau kereta api," kata Mia yang berbeda pandangan dengan Agus itu.


Menurut Mia, dari 50 mobil yang disediakan, baru 27 mobil sewaan yang tersewa. Padahal, untuk kurun waktu yang sama pada Lebaran tahun lalu, angkanya sudah lebih dari 27 mobil. Namun , Mia masih menyimpan harapan. "Masih ada harapan, terutama sepekan jelang Lebaran," harap Mia.


Untuk menambah minat calon penyewa, WIT membuat paket sewa mobil mingguan dan paket sewa 10 hari dengan tarif masing-masing Rp 3,8 juta dan Rp 4,5 juta. "Harga berlaku untuk semua jenis mobil, kecuali mobil premium," kata Mia.


Jika ingin disertai pengemudi, perusahaan mengenakan biaya tambahan senilai Rp 200.000 per hari. Mia memperkirakan, musim mudik tahun ini, perusahaan bisa mengantongi omzet Rp 80 juta. Omzet itu lebih rendah ketimbang tahun lalu. "Tahun lalu lebih tinggi, tapi saya lupa angka," dalih Mia.


Tak hanya di Jakarta, bisnis penyewaan mobil di Surabaya, Jawa Timur, juga meriah. Hadi, pemilik mobil rental Pramana Rent Car mengaku ada kenaikan pesanan mobil sewaan di masa Lebaran tahun ini ketimbang Lebaran tahun lalu. "Bahkan 15 mobil saya sudah habis terpesan," ungkap Hadi yang sudah delapan tahun menggeluti usaha rental mobil itu.


Pada Lebaran tahun ini, Hadi mematok tarif sewa mobil sebesar Rp 375.000 per hari, dengan jarak tempuh maksimum 200 kilometer. Jika penyewa ingin memakai jasa sopir, Hadi mengenakan biaya tambahan sebesar Rp 150.000 per hari. 


Hadi mengaku, kalau semua mobilnya tersewa, ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 52,5 juta. "Omzet ini melonjak 50% ketimbang hasil sewa mobil di hari biasa," kata Hadi. 

Sunday, August 21, 2011

BMT Jadi Solusi Bagi UMKM


Baitul Mal waat Tamwil (BMT) dapat menjadi solusi bagi usaha mikro, Kecil, dan menengah (UMKM) untuk mendapatkan akses perbankan dalam mengembangkan usahanya.

"UMKM biasanya kesulitan untuk mendapatkan akses perbankan, terutama terkait dengan agunan sehingga Baitul Maal wa-at Tamwil (BMT) bisa menjadi alternatif bagi mereka. kata Ketua BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Misbahul Anwar di Yogyakarta, Sabtu (20/8).

Menurut dia, BMT pada dasarnya merupakan salah satu bentuk penguatan perekonomian masyarakat kecil, seperti UMKM. UMKM sebenarnya memiliki potensi usaha, tetapi terbatas akses perbankan.

"Lembaga keuangan selain bank semacam BMT bisa menjadi media bagi UMKM dalam mendapatkan akses perbankan guna memperoleh modal usaha, demi menunjang perkembangan usaha mereka. Dengan demikian, BMT benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat. katanya.

Ia mengatakan, begitu pula dengan BMT UMY yang memberikan kemanfaatan bagi internal dan eksternal kampus. Untuk internal kampus, BMT UMY mendukung kegiatan akademik melalui magang mahasiswa atau kegiatan lainnya.

Wanita dibalik Populernya Mahkota Dewa


Kalau menyebut nama Mahkota Dewa berarti identik dengan Ning Harmanto. Kalangan pemerhati dan pengguna pengobatan alternatif terutama sudah mengenalnya sebagai tokoh yang mempopulerkan tanaman obat mahkota dewa.  Bahkan bisa disebutkan Ning Harmanto identik dengan mahkota dewa.

Ia dikenal sebagai tokoh yang berhasil memperkenalkan mahkota dewa menjadi salah satu tanaman obat berkhasiat yang populer di Tanah Air dan luar negeri. Setidaknya ia sukses memproduksi obat herbal berbahan baku mahkota dewa yang jadi andalan banyak orang menyembuhkan aneka penyakit. Ia juga mengelola klinik herbal dan pengobatan tradisional. Lalu jadi konsultan kesehatan tradisional. Dan yang tak kalah ditunggu banyak orang adalah jadi pembicara seminar.

Dalam hal menjadi pembicara, Aning mungkin sudah jauh meloncat meninggalkan banyak pembicara lain yang berkutat dengan pola “tradisional” yakni bicara di depan forum. Aning sudah bisa memanfaatkan perkembangan teknologi baru berbasis Internet. Ia terbiasa online (chatting) menjawab aneka pertanyaan dari berbagai pihak di berbagai belahan Tanah Air, bahkan mungkin dunia.

Dimulai dari Bisnis Rumahan
Kepakan bisnis Aning dimulai dari kegiatan para ibu-ibu rumah tangga yang mendirikan usaha kelompok. Nama usahanya  KWT (Kelompok Wanita Tani) Bunga Lili, yang didirikan pada tanggal 1 November 1999. KWK ini berdiri di kawasan Jakarta Utara dengan mengelola penanaman tanaman obat dan mengolahnya menjadi produk obat tradisional. Salah satu tanaman obat  yang dikembangkannya adalah mahkota dewa. Ternyata produk obat mereka mendapat banyak perhatian.

Produk obat tradisionalnya termasuk salah satu yang banyak dicari. Usaha mereka pun maju.
Untuk menambah layanan, pada 3 November 2002 Ning (saat itu) mendirikan klinik sendiri dengan nama Klinik Herbal Ny. Ning Harmanto (d/h Klinik Tradisional Mahkota Dewa) di Rawa Badak, Jakarta Utara. “Tujuan utama pendirian klinik ini yaitu agar kami dapat memberikan pelayanan secara intensif kepada masyarakat dengan memberikan jasa konsultasi terhadap penderita penyakit, menerangkan kegunaan tanaman obat serta khasiatnya terhadap suatu penyakit,” paparnya.

Setelah mendapat pengakuan luas, ia melihat usahanya bisa dikembangkan lebih jauh. Hal inilah yang memutuskannya mendirikan PT Mahkota Dewa Indonesia pada 1 Januari 2003. Perusahaan ini, kata Aning, merupakan organisasi wadah kegiatan operasional kelompoknya dengan bidang usaha pelayanan kesehatan dan penyedia konsultasi. Salah satu kegiatannya adalah memberikan informasi, sarana dan menyediakan jamu olahan yang berasal dari tanaman obat (herbal) sebagai pengobatan alternatif.

Aning pun makin menggebu mengembangkan usahanya. Ia kemudian melihat kota kelahirannya Yogyakarta sebagai kota ekspansi pertamanya. Di sana Aning membuka Klinik Mahkota Dewa sekaligus menjadi cabang di luar kota pertamanya. Cabang ini melayani area pemasaran DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Setelah itu berdirilah cabang-cabang lain. Kliniknya sendiri kini sudah berkembang menjadi lebih dari 20 outlet di berbagai kota. Ia juga merangkul berbagai pihak untuk bekerjasama mendirikan klinik serupa dengan dukungan produk dan layanan dari PT Mahkota Dewa.

Menurut catatan Aning, total pasien kliniknya sudah mendekati 15.000 orang sejak berdiri. “Dari tiga Klinik Tradisional Mahkota Dewa yang saya pimpin (Jl. Soka BB 16 Jakarta Utara, ITC Cempaka Mas  Jakarta Pusat dan Jl. MT. Haryono 46 Yogyakarta) tercatat kurang lebih 10.000 pasien yang datang” katanya. Mereka, ujar Aning, datang dengan membawa beraneka macam penyakit. “Di antara penyakit yang paling banyak adalah asam urat dan rheumatik (Asratik) yang menduduki urutan keempat,” katanya. Penyakit berat lain yang ditanganinya adalah kanker, diabetes, dan darah tinggi. Entrepreneurship yang terpupuk seiring pengalaman dan kebutuhan pasar, sekaligus banyak menolong orang.

Bravo.

Klinik Herbal Ny. Ning Harmanto
http://www.ningharmanto.com
call:021 43912313
sms 08161991957,087882505899

Monday, August 15, 2011

Ubah Derita Jadi Bisnis Omzet Miliaran


Tahun 2000, perempuan muda yang bernama Diah Andini Sorjopoetri ini, dipaksa meninggalkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran karena jantungnyabocor dan kemudian depresi akut. Kondisi ini, tak membuat semangatuntuk sembuh dan maju berhenti. Dia mampu bangkit dan menjalani usahapembuatan kue kering dari bawah. Kini usahanya beromzet ratusan jutarupiah per bulan.

SAAT itu dia sedang sibuk menjalani masa coass di Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran Bandung. Karena sakit Itulah yang menyebabkan semua aktivitasnya sebagai orang muda, seperti menjalani kuliah dan bersosiaUla, menjadi terganggu. Dini hanya bisa berada di rumah dan sebagai rentetannya dini mengalami depresi akut

DI Rumah orangtuanya di Jalan Lembah Tubagus Ismail Bandung. Dini hanya bisa termenung sambil terus berusaha melakukan penyembuhan. Apalagi saat itu. Dini tinggal tanpa kehadiran kedua orangtuanya. karena pasangan suami Isteri Djoko Poerwanggono dan Ida Sartlka. sejak 1995 telah bertugas di Burma. Nikah muda

Tahun 2000 itu pula. Dini membuat keputusan yang berani yaitu menikah dengan kekaslhnya Faisal Yunus. Faisal adalah seroang sarjana arsitek yang kelak sangat diandalkan dalam masalah pengemasan produk-priduk kue kerlngnya.

Setelah menikah, tak banyak hal yang bisa dilakukan Dini. Melihat kondisi putri kesayangannya seperti Itu. sang ibu. Ida sartlka. ingin memberi kegiatan yang positif bagi putrinya, la pun meminta Dini untuk melanjutkan usaha kue keringnya, "Kue Bu Djoko", yang tak beroperasi lagi sejak dia tinggalkan ke Burma menemani suaminya pada tahun 1995.

Instruksi ibunya

Tahun 2001. Ida memberikan Instruksi" kepada Dini agar mengoperasikan lagi usaha kuenya. Demi menyenangkan hati sang Ibu. Dini pun melangkah dengan apa adanya. Sejumlah mantan karyawan yang pernah bekerja pada Ibunya diajak bergabung kembali untuk menjalani usaha "Kue Bu Joko".

Sebenarnya. Dini sendiri bukan pribadi yang asing dengan dunia kuliner. Sejak kecil putri ketiga dari empat bersaudara Ini sudah mengenal usaha pembuatan makanan karena usaha kue Ibundanya dilakukan di rumah. Hampir setiap hari bersama kakak-kakaknya Dini Ikut terlibat dalam kegiatan usaha orang tuanya tersebut Pada saat menginjak masa remaja. Dini sudah mampu membuat berbagai Jenis kue.

Setelah melakukan persiapan. Tahun 2011. Dini langsung menjalankan "instruksi" Ibunya itu. Namun sayang, kegiatan ini tak bertahan lama. Upaya melanjutkan usaha pembuatan kue pun terhenti. Setelah terhenti beberapa bulan. Dini bangkit kembali. Atas Inisiatif sendiri, perempuan muda Ini menjalani lagi usaha pembuatan kue keringnya. Kali Ini tanpa melibatkan orang tuanya. Dmi ingin mandiri.

Mulai berani pinjam bank

Tahun 2002. Dini dan Faisal pindah rumah dari Lembah Tubagus Ismail Bandung ke Bojong Koneng. Kabupaten Bandung. Ia membawa sebagian peralatan milik Ibunya agar bisa melanjutkan usaha kue keringnya di tempat baru. Temyata usaha yang bermodalkan Rp 50 Juta Itu berkembang. Hanya dalam waktu empat bulan, Dini sudah mampu membeli peralatan sendiri seharga Rp 40 Juta. Dengan peralatan Itu. Dini memulai usahanya dengan lebih serius di bawah bendera usaha CV Dlfa Jay dengan nama merek dagang yang dipakai Dini adalah Dlfa Cookies. Difa adalah singkatan dua nama Dini dan Faisal.

Tahun 2003, Dini yang didukung penuh suaminya, mulai membangun mini factory seluas 60 meter persegi. Usahanya pun berkembang. Terbukti tahun 2004 Dlfa Cookies sudah mampu menambah bangunan pabrik rotinya menjadi dua tingkat. Setelah pabrik mininva berkembang. Dini mulai memberanikan diri mencari tambahan modal ke bank.

"Setelah saya merasa Dlfa benar-benar berkembang. saya baru mulai berani pinjam modal ke bank. Sebelumnya saya termasuk orang yang takut berutang, kecuali kepada orang tua hehehe" katanya kepada Warta Kota di Bandung.

Tahun 2005 orang tuanya kembali ke Tanah Alr. Dini tak menyia-nyiakan kedatangan mereka. Djoko dan Ida. yang masing-masing memiliki pengalaman panjang dalam dunia bisnis, pun kemudian terlibat dalam manajemen Dlfa Cookies yang mula) mekar Itu. Sejak berdiri Difa Cookies memproduksi berbagai Jenis kue kering.

Dari berbagai produk yang dihasilkan Itu Difa memiliki sejumlah produk unggulan seperti Kastengel Spesial. Gouda Cheese. Keju Kotak. Sagu Keju. Coklat Batang.

Black Coco. Coklat Mede Lemon, Almond Cheese. Coklat Mede Jala. Produk-produk Ini paling banyak diminati pelanggannya, terutama pada saat hari-hari besar seperti Lebaran. Natal dan Tahun Baru.

Tahun 2010. Difa Coockies semakin berkembang. Jumlah oven dan loyang pun yang menjadi alat utama di dunia pembuatan kue kering bertambah, yang semula berjumlah 30-an unit, kembali mendapat tambahan satu unit oven besar yang kapasitasnya sama dengan 30 unit oven biasa.

Resep pun berkembang

Kunci sukses Dini adalah selalu berinovasi, berbekal kepiawaian membuat kue kering sejak remaja membuat dirinya terus berkreasi dengan melakukan pengembangan produk. Jika pada saat mengawali usaha pada 2001. baru menguasai dan mempraktikkan sembilan resep, pada 2010. Dini Mah menciptakan dan mempraktikkan \00 resep pembuatan kue kering.

Dlfa Cookies kemudian mewujudkan resep-resep itu menjadi produk andalan. Sesudah Itu kami melakukan pemeringkatan dengan sistem bintang. Misalnya produk Castangel kami bert bintang satu dengan 30 nama. Bintang dua untuk kue nastar dengan 40 nama dan seterusnya tutur Dini.

Tahun 2011 Dlfa Cookies mulai mengoperasikan oven besar. Kehadiran peralatan besar ln) membual produktivitas Dlfa menjadi semakin tinggi. Tapi, meskipun oven besar sudah beroperasi secara efektif, kami tetap mempertahankan cara pembuatan kue yang konvensional dengan proses mixing, katanya.

Dengan beroperasinya oven besar telah diikuti peningkatan produksi usaha Ini. Biasanya, satu oven biasa hanya menghasilkan empat lusin kue dalam waktu delapan Jam. Tapi dengan satu oven besar yang memiliki kapasitas produksi yang sama dengan 30 oven biasa, hasilnya bisa 30 kali lipat. Selain Itu. waktu yang diperlukan pun lebih pendek, yakni dua hingga empat jam saja.

Kini sebagai usaha berskala kecil dan menengah (UKM) Difa Cookies telah tampil sebagai usaha pembuatan kue kering yang punya nama. Namanya tidak hanya berkibar di Bandung, melainkan Juga di Jakarta dan sejumlah kota di Indonesia.

Apalagi dengan didukung 40 karyawan tetap dan 140 karyawan musiman, mengantarkan Dlfa Cookies mampu meraih hasil penjualan hingga Rp 230 Juta per bulan atau Rp 2.8 miliar per tahun. Keuntungan bersih yang diperoleh bisa mencapai Rp 250 Juta - Rp 280 Juta per tahunnya.

Buka peluang usaha

Bahkan, kini Difa Cookies telah membuka kantor distribusi dan memiliki puluhan agen besar di Bandung dan Jakarta. Dari merekalah Dlfa memberikan peluang kepada siapa saja yang Ingin menjalani usaha di bidang penjualan kue kering, balk sebagai agen maupun reseller. Meskipun telah berkem I m balk. Difa Cookies tak InginberhenU hingga di sini untuk selalu mencari terobosan baru. Terobosan ini tidak hanya diwujudkan dalam bentuk terciptanya resep baru, melainkan Juga dalam sistem kemasan . pemasaran, dan sistem menajemen yang lebih modern.

Untuk masalah kemasan. Dini mengaku merasa beruntung. Faisal Yunus, suaminya adalah arlsltek yang memiliki klpiawalan membuat kemasan produk Dlfa Cookies menjadi menarik. Berbagai model kemasan ini Ikut mendongkrak penjualan. Bahkan ketika tahun 2008 Dini memperoleh kesempatan menglkuU pameran Industri menengah makanan di Jepang, penampilan produk Dlfa Cookies banyak mendaptakan pujian.

Sementara untuk pemasaran. Dini menempuh berbagai model promosi. Selain tetap melakukan pemasaran dari mulut ke mulut dan pintu ke pintu. Dini dan Faisal rajin membawa Dlfa Cookies ke berbagai pameran. Selain itu. Dini juga memanfaatkan media seperti brosur dan laman serta sistem distribusi yang lebih modern.

Dapat pujian di Jepang

Dini Juga i.ik hanya melakukan promosi di dalam negeri. Pada November 2008. misalnya. Difa Cookies yang memperoleh kesempatan tampil di Jepang dalam pameran Industri makanan kelas menengah, mencoba memasarkan produknya di Jepang. Selama pameran Ini. model kemasan yang dibuat Difa Cookies mendapatkan pujian dari para praktisi dan profesional.

Waktu Itu penampilan produk Dlfa Cookies saya buat serba berbau Jepang. Itu mulai dari brosur sampai kemasan. Kebetulan suami saya memiliki kemampuan sebagai trouble shoooter. Jadilah dalam waktu sekejap kami tampil dengan baik. Sampai-sampai mereka menyatakan Ingin ke Indonesia untuk melihat proses pengemasan yang kami lakukan, kata Dini seraya mengaku bangga atas prestasi yang dicapainya dalam pameran Itu.

Namun Dini yang hobi traveling, berkawan dan chatting ini kini adalah jenis pribadi yang tak mudah puas. Pemilik hobi diving dan golf ini terus belajar, terutama agar usahanya yang masih tegolong usaha keluarga Ini menjadi bisnis yang lebih modem. Oleh karena liu dia rela mengeluarkan biaya dan waktu berapa pun untuk selalu belajar. Saya tidak pernah malu dan takut untuk belajar dari siapa pun demi pengembangan diri. Sebab kalau saya dan Difa berkembang, maka usaha Ini juga akan memiliki manfaat bagi orang banyak." demiklam Dini alias Dini S Faisal ini mengakhiri perbincangannya dengan Warta Kota.

Meraup Berkah dari Penyelenggaraan SEA Games


SEA Games XXVI yang akan digelar pada 11 November 2011 di Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel), tidak hanya menjadi ajang persaingan para atlet negara-negara di Asia Tenggara, tetapi juga para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bahkan, persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar pelaku UMKM loka] Sumsel, tetapi juga pelaku UMKM Tanah Air dan luar negeri.

Saat ini, Pemerintah Sumsel menerima lebih dari 600 UKM dalam negeri sena 25 UKM asing, antara lain dari lerman, China, Singapura, dan Jepang, untuk meramaikan SEA Games XXVI. Pada ajang SEA Games nanti, kesemua pelaku UKM itu akan memamerkan produk-produk unggulan mereka. Menurut Kepala Dinas Kope-rasi dan UKM Provinsi Sumsel Abdul Shobur, untuk menguji kualitas produk-produk UKM yang a-kan meramaikan SEA Games tahun ini, pihaknya berencana menggelar Expo dan Pameran Sriwijaya Internasional serta pameran produk UKM SEA Games.

"Saat ini seluruh provinsi sudah menyatakan ikut serta. Selain itu ada pula sekitar 25 UKM asing, baik dari Asia Pasifik maupun Asia Timur, termasuk juga dari Eropa," papar Shobur, di Palembang, beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan melalui kegiatan itu diharapkan produk-produk dari pelaku UMKM lokal dapat bersaing dengan UKM dari luar negeri, baik dari sisi kemasan maupun pemasaran. "Saya optimistis para pelaku UMKM Sumsel bisa bersaing dengan pelaku UKM luar karena kami te-lah melakukan persiapan serta memunyai produk-produk khas, seperti pempek, kerupuk, dan songket," kata Shobur.

Dalam acara ekspo dan pameran tersebut, bakal ditampilkan aneka kerajinan serta ragam kuliner dari tiap-tiap daerah.

Lebih lanjut, Shobur menu-turkan pelaksanaan ekspo yang bersamaan dengan ajang SEA Games serta lokasi yang berdekatan dengan area penyelenggaraan berbagai pertandingan olah raga itu merupakan tantangan sekaligus kesempatan baik bagi para pelaku UMKM. Dikatakan peluang, kata Shobur, karena dengan banyaknya ajang berskala nasional dan internasional, produk-produk dari Sumsel bisa lebih dikenal, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Hal tersebut tentu saja menguntungkan, mengingat selama ini Sumsel tidak dikenal sebagai daerah tujuan wisata. "Untuk itu, para pelaku UMKM harus selalu meningkatkan kemampuan manajemen, kualitas produk, sena strategi pemasaran untuk menarik konsumen," ujar dia.

Terkait strategi pemasaranyang diterapkan para pelaku UMKM, Ulia, pengelola UKM Center Sumsel, mengatakan pihaknya terus-menerus melakukan pembinaan. Saat ini UKM Center telah membina 140 pelaku UMKM di bidang teknologi pemasaran.

"Banyak pelaku UMKM yang belum mengenal teknologi Internet, namun alhamdulillah, saat ini sudah ada sekitar 140 pelaku dapat memanfaatkan teknologi tersebut sebagai sarana promosi," ujar Ulia.

Lebih lanjut, dia mengatakan selain memberikan edukasi tentang teknologi Internet, UKM Center memberi bantuan pemasangan jaringan komunikasi bagi para pelaku UMKM tanpa dipungut bayaran. Hal itu diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM lokal menghadapi persaingan global.

Arif Rahman bawa Tabalong jadi sentra madu berkualitas


Arif Rahman, pria berusia 33 tahun, tidakmenyangka akan menjadi saudagar madu di Tabalong, Kalimantan Selatan. Dalam usianya yangrelatif muda, dia mampu mengembangkan usahaproduksi dan penjualan madu yang dirintis olehorang tuanya dalam tempo dua tahun.

Di tangan Arif, pengolahan dan pemasaran madu hasil lebah dari hutan Tabalong ternyata bisa menjadi usaha yang menjanjikan. Dengan menggunakan merek Tiga Wanyi, madu yang diproduksinya berhasil menarik penikmat madu dari luar Kalimantan.

Kunci sukses Arif adalah bagaimana menyajikan kualitas produk dan menjalin relasi dengan pelanggan secara baik. Arif percaya dengan kualitas dan ciri khas madunya yang baik, serta memperlakukan pelanggan sebagai mitra, pelanggan akan merekomendasikan madunya ke orang lain.

Arif sudah merasakan keman-juran resep itu yang terbukti dari pengakuan pelanggan yang datang ke s/iouroom-nya. Pada umumnya, para pelanggan baru yang sebagian besar berprofesi sebagai pekerja tambang dan wisatawan-mengaku mendapatkan informasi soal madu Tiga Wanyi dari orang yang sebelumnya pernah membeli produk tersebut.

"Sistem marketing saya adalah dari mulut kemulut" ujar Arif sambil tertawa. Dia pun pantas berbangga kare na sebagian besar pelanggan biasanya membeli madu dalam jumlah besar, satu kali pesan bisa 2-5 liter. Madu Tiga Wanyi dikemas dalam dua ukuran yaitu 500 ml seharga Rp60.000, dan 1.000 ml atau 1 liter yang dijual Rp 120.000. Dalam satu hari Arif bisa menjual 40 liter madu di showroom-nya yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani, Tanjung. Dari hasil penjualannya itu. Arif bisa mengantongi laba sekitar 20-25 % dari harga atau total keuntungannya bisa mencapai Rp 800.000 - Rp 1 juta per hari.

Usaha penjualan madu mumi khas Tabalong ini bermula dari keprihatinan hidup orang tua Arif yang memiliki tiga orang anak. Ayah Arif, Haji Hamidan bekerja sebagai petani perkebunan dan ibunya berprofesi sebagai guru sekolah dasar.

Saat itu, yang dipikirkan kedua orang tua Arif adalah bagaimana menyelesaikan sekolah ketiga putranya, mengingat mereka tidak memiliki tujangan keuangan yang memadai- Ibu Hamidan kemudian memutar otak untuk mencari tambahan uang bagi keluarganya. Dia kemudian memutuskan untuk menjual madu eceran yang dibelinya dari tukang puai atau pengumpul madu hutan di pasar Tabalong.

Tabalong merupakan salah satu Kabupaten yang terletak Kalimantan Selatan, salah satu lokasi di mana PT Adaro Indonesia, produsen barubara ramah lingkungan atau envirocoal, beroperasi pada 1984.

Selepas mengajar. Ibu Hamidan mulai memasarkan madunya kepada para pekerja tambang dan keluarganya. Bukan hanya untuk diminum sehari-hari, para pekerja tambang yang akan pulang kampung juga membeli madu hasil puai Ibu Hamidan untuk oleh-oleh ke-luarga mereka yang ada kota lain, seperti Jakarta, Surabaya, Palembang, dan Makasar.

Bersakit-sajdt dahulu, bersenang-senang kemudian. Kondisi itu benar-benar dirasakan Ibu Hamidan. Perlahan-lahan usahanya membuahkan hasil, dimana permintaan madunya semakin banyak. Keuntungan 1 dari usaha madu itu pun bisa I digunakan untuk menyeko-I lahkan ketiga anaknya hingga meraih gelar sarjana.

Perbaiki kualitas

Arif sebagai putra sulung berkeinginan membesarkan usaha yang dirintis orang tuanya tersebut. Yang pertama kali ada di benaknya adalah bagaimana memperbaiki kualitas madu. Untuk mendapatkan madu yang kental, akhirnya dia rela mengumpulkan sendiri madu dari sarang lebah wanyi di pedalaman hutan Meratus dan Ta-nahon. Kalimantan Selatan.

Tak jarang Arif harus berjalan bermil-mil dan bermalam berhari-hari di hutan bersama tukang puai, sebutan bagi orang yang mengambilmadu dari sarang lebah. Rasa waswas kadang menderanya kala di tengah hutan dengan penerangan lampu pijar yang sewaktu-waktu mati tertiup angin. Belum lagi ancaman ular berbisa dan binatang lainnya, hingga perampokan.

Namun rasa was-was tersebut, hams diabaikan. "Saya sudah masuk ke hutan, dan tidak akan kembali tanpa hasil. Saya harus mendapatkan madu yang bagus!" tegasnya.

Kegigihan dan usaha keras Arif perlahan membuahkan hasil. Pada tahun 2009, PT Adaro Indonesia mulai melirik potensi usaha madu Arif. Melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dibentuk tim CSR Adaro, dia mendapat bantuan untuk pengembangan usahanya.

Selain bantuan modal dengan bunga yang relatif kecil, Arif juga mendapat pembinaan berupa pengemasan madu yang higienis dan sesuai dengan ketentuan dari badan POM. Pengakuan dari badan ini sekaligus menunjukkan bahwa madu ini layak di konsumsi.

Dia juga mendapatkan pembinaan pembuatan nama merek atau brand agar pelanggan lebih me-ngenal madu wanyi ini. Pada 2010, Adaro membantu mengurus madu yang diberi nama madu Tiga Wanyi ini untuk mendapatkan perizinan dalam bentuk usaha perdagangan dari Badan POM setempat.

Tak berhenti dalam pembinaan dan dukungan permodalan, PT Adaro Indonesia juga memberikan alat pengurang kadar air seni-lai Rp5O juta, dan pengukur kadar air senilai Rp6 juta supaya produk madunya kental tanpa busa. Dengan bantuan tersebut, madu yang dihasilkan Arif masuk katagori grade A dengan kadar air hanya 22%.

"Saya bersyukur dengan adanya alat ini, karena madu yang diproses hasilnya lebih bagus, kandungan airnya habis. Madunya benar-benar kental dan aroma .yang keluar lebih kuat. Rasanya jadi lebih alami," tuturnya.

Dengan rasa madunya yang lebih alami dan kekentalan madu yang optimum, pelanggan Arif terus bertambah. "Setiap hari ada saja pelanggan baru yang datang. Sekarang, saya memiliki lebih dari 100 pelanggan setia, belum termasuk perusahaan, pemerintahan, dan in-stitusi lain".

Untuk menunjang pemasaran, Adaro memberikan hibah showroom seluas 16 meter untuk tempat memajang produk. Sejak menempati tempat itu, keberadaan madu Tiga Wanyi ini semakin terdengar oleh masyarakat luas.

Setiap harinya dia bisa menerima pesanan hingga 30-40 liter, sedangkan untuk lama proses produksi saja membutuhkan waktu dua hari dengan volume produksi sebanyak 200 kilogram atau sekitar 170 liter.

Permintaan madu Wanyi terus meningkat, meskipun Arif sering kesulitan mendapatkan pasokan madu akibat cuaca yang kurang baik atau kendala transportasi. Guna mengatasi kekurangan pasokan madu akibat keterbatasan transportasi, Arif kini berkeinginan membeli kendaraan khusus yang mampu menembus pelosok hutan untuk mencari madu.

Selain meningkatkan pendapatan keluarga, keberadaan UD Tiga Wanyi milik keluarga Arif ini mampu meningkatkan citra Tabalong sebagai penyuplai madu berkualitas. Perkembangan usaha tersebut juga mampu meningkatkan pendapatan para pemasok madu, baik yang berasal dari daerah sekitar maupun dari provinsi lain.

Arief kini memiliki sembilan pemasok madu yang masing-masing memiliki 5 sampai 10 orang anggota. Para pemasok ini rata-rata mampu mendapatkan madu sebanyak 500 liter per tahun.

Kisah sukses ini merupakan salah satu keberhasilan UKM yang dibina PT Adaro Indonesia melalui Lembaga Keuangan Mikronya. LKM ini berdiri sejak 2005 yang berfungsi memberi bantuan permodalan dan pembinaan bagi UKM-UKM di wilayah operasional Adaro. Sektor-sektor usaha yang dibina LKM antara lain dalam sektor perdagangan, jasa, pertanian, perkebunan dan peternakan, dan industri rumah tangga.

Sunday, August 14, 2011

Menikmati rezeki yang mengalir dari salon mobil

Bagi sebagian besar orang, mobil kini tidak hanya sekadar sebagai alat transportasi. Namun, juga menjadi bagian dari gengsi yang menunjukkan identitas penunggangnya.

Maka tak heran, jika mereka sangat memperhatikan penampilan mobilnya. Berbagai perawatan pun dilakukan, baik perawatan rutin seperti cuci mobil, hingga perawatan ke salon mobil. Kondisi ini jelas memberi peluang bisnis salon mobil.

Sejak tahun lalu, Auto Beauty, usaha salon mobil asal Semarang, mulai menawarkan waralaba. Kini, mereka sudah mendapatkan tiga calon terwaralaba, yang berasal dari Magelang, Kendal, dan Tegal.

Untuk bergabung dengan Auto Beauty, menurut Ahmad Sriyono, Manager Franchise Auto Beauty, calon terwaralaba harus menyediakan dana Rp 275 juta. Biaya investasi itu terbagi menjadi franchise fee sebesar Rp 150 juta dengan masa perjanjian lima tahun, serta biaya paket franchise senilai Rp 125 juta.

Dengan membayar biaya paket franchise ini, terwaralaba akan mendapatkan peralatan, bahan-bahan, training karyawan, brosur, konsultasi, dan kunjungan. Setiap bulan, mitra juga harus membayar royalty fee sebesar 10% dari omzet ke pusat.

Karena bisnis pencucian atau salon mobil ini sangat berkaitan dengan jasa, Ahmad menyarankan calon terwaralaba memperhatikan lokasi. Investor harus menyiapkan lahan seluas 500 m² hingga 1.000 m².

Lokasi lahan juga harus strategis, berada di pinggir jalan besar, lalu lintas mobil pribadi yang cukup padat atau sekitar 20-30 mobil dalam satu menit. Lokasi itu berada di sekitar perumahan kelas menengah ke atas, dekat kampus, perkantoran, kawasan ruko ataupun supermarket.

Dengan kualitas pelayanan yang memuaskan, Ahmad pun menjamin, pelanggan yang puas tak akan merasa keberatan dengan uang yang dibayarkan. Mereka akan selalu kembali, baik untuk cuci mobil atau melakukan perawatan di salon mobil.

Auto Beauty menawarkan beragam paket cuci mobil. Mulai cuci ekspress seharga Rp 20.000 hingga paket cuci pelangi seharga Rp 100.000. Untuk paket cuci ekspres, pelanggan dapat menikmati jasa pembersihan bodi luar dalam waktu 20 menit.

Sedangkan, dalam paket cuci pelangi, mobil bakal di guyur dengan campuran empat varian sampo dengan warna yang berbeda.

Dalam sehari Ahmad mentargetkan kunjungan 25 pelanggan. Dengan target itu, ia pun menghitung, terwaralaba bisa balik modal dalam waktu 16 bulan.

Menurut Ketua Dewan Pengarah Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia, Amir Karamoy, prospek bisnis salon mobil masih sangat terbuka. "Usaha yang berkaitan dengan otomotif mempunyai prospek sangat cerah," ujar Amir.

Ia pun berpesan, jika mengincar kalangan menengah atas, pemilik bisnis ini harus rajin mengikuti perkembangan teknologi peralatan salon serta pelayanan yang memuaskan. "Ini untuk membedakan dengan bisnis cuci mobil pinggir jalan," tambah Amir.

Bagi para calon terwaralaba, Amir juga mengingatkan, agar mereka tak terlalu tergoda dengan simulasi usaha yang ditawarkan. "Calon terwaralaba harus menelaah dengan baik, apakah hitungan itu masuk akal atau tidak," tandas Amir.


Auto Beauty Franchise
Car Wash & Auto Detailing
Jl. Soekarno Hatta No. 277
Tlogosari, Semarang, Jawa Tengah
Telp. (024) 6747030

Dari Usaha Batik Keluarga menjadi Pemain Ekspor

Gara-gara sering mengikuti pameran kerajinan, jalan hidup Indah Rahayu Indra berubah dari pengusaha kain batik keluarga menjadi eksportir batik kayu (wooden batik). Omzetnya pun kini puluhan juta rupiah setiap bulannya.

Dalam satu dekade terakhir, industri kerajinan di Tanah Air makin menggeliat. Hal ini terlihat dari frekuensi penyelenggaraan pameran produk kerajinan yang terus meningkat setiap tahun. Ajang pameran berskala nasional seperti Inacraft dan Kridaya menjadi daya tarik tersendiri yang menggambarkan miniatur produk kerajinan tangan dari seluruh penjuru Nusantara. Ragam produknya pun kian kreatif dan inovatif.

Nah, jika ada pengusaha kecil yang memetik manfaat dari pameran, Indah Rahayu Indra-lah salah satunya. Pertemuan dengan buyer pada sebuah pameran kerajinan tahun 1999 telah menjadi titik tolak menuju pengembangan usaha kerajinan batik bermerek "Rizki Ayu" yang dirintisnya di Kota Gudeg sejak 1995. Dari situ pula, wanita asli Yogyakarta ini mulai berkenalan dengan dunia ekspor-impor.

Dalam pameran kerajinan yangdigelardi Jakarta iru,stan "Rizki Ayu" didominasi produk kain-kain batik. Sebagai pemanis, Indah juga memajang sebuah topeng kayu bermotif batik karya dari rekannya sesama wirausaha batik. Tak disangka, keberadaan topeng batik itu menarik perhatian seorang buyer yang mampir di stan nya.

Nasib baik pun menghampiri Indah manakala sang buuer menantangnya untuk menyediakan produk batik kayu dalam jumlah banyak untuk ke-perluan ekspor ke Amerika, tepatnya ke California dan Louisiana. "Untuk ekspor itu kan dalam sekali kirim minimal harus ada satu kontainer. Akhirnya, saya berkolaborasi bersama tiga perajin lainnya sepakat menerima order itu," kenangibu dua anak ini.

Tak hanya dalam bentuk topeng batik, sang buuer juga meminta variasi produk kayu bermotif batik yang lebih fungsional seperti nampan dan mangkuk kayu bermotif batik. Maka, pada 2000, Indah dan beberapa karyawannya yang semula hanya memproduksi batik kain mulai berinovasi mengguratkan motif batik pada media kayu yang telah dibentuk menjadi perkakas rumah tangga.

"Saya tidak meniru, tapi justru tuntutan pasar yang mengajak saya menekuni batik kayu," ucap alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia itu.
Kendati bukan pemain pertama di bidangbatik kayu, di kota kelahirannya Indah termasuk jajaran pionir pengembangan batik kayu untuk keperluan fungsional (nondeko-ratif). Beberapa produknya adalah piring, mangkuk, nampan, tatakan gelas, cermin genggam, dan tempat tisu. Semuanya terbuat dari kayu yang diberi motif batik yang kental dengan warna natural dan tradisional. "MotifnyaYogya kombinasi. Dari motif asli batik seperti kawung, lereng, lurik, ceplok, kami kombinasi-

kan misalnya dengan motif bunga," tuturnya.

Demi keamanan konsumen, sang buyer juga mengajari cara fin ish ing produk dengan media nontoksik sesuai dengan standar internasional. Pasar ekspor pun kian berkembang ke beberapa negara seperti Jerman dan Spanyol. Kapasitas produksi bisa mencapai 1.500 keping setiap bulannya. Tak disangka, usaha batik Rizki Ayu yang didirikan dengan modal awal RpSjuta itu kini mampu meraih omzet lebih dari RpSO juta per bulan. "Produk batik kayu milik saya sekarang lebih banyak diekspor. Komposisinya 60% untuk ekspor, 40% lokal," jelas wanita yang menjabat sebagai wakil ketua I Dekranas Provinsi DIY itu.

Untuk memenuhi kuota ekspor, Indah bekerja samadengan 100 perajin batik asli yang tersebar di Yogyakarta dan Klaten. Caranya melalui kemitraan yang digalang oleh para karyawannya yang kini berjumlah 30 orang. Beberapa karyawan ditunjuk sebagai penanggung jawab yang mengoordinasikan satu kelompok pembatik yang terdiri atas 20 orang. Setiap item produk dijual dengan harga mulai Rp5.000 sampai yang termahal Rp 1 juta.

Menurut Indah, saat ini di Yogyakarta juga terdapat ratusan perajin kayu, beberapa di antaranya memiliki produk yang hampir sama dengan milik Indah. Kendati sempat sakit hati. Indah mengaku tetap optimistis, bahkan bangga karena motif batik kayu hasil karyanya lebih dari 10 tahun silam itu sekarang dijadikan tolok ukur dan menginspirasibanyak perajin. "Yang penting saya berkomitmen untuk terus berkreasi dan menjaga kualitas produk," tandasnya.

Indah menuturkan, untuk menjaga mutu, pembuatan produk batik kayu Rizki Ayu dilakukan melalui delapan tahapan. Mulai dari pembuatan sketsa manual di media kayu, pembatikan, perebusan, pemberian granit, pewarnaan, perebusan kembali hingga diakhiri dengan proses finishing menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan aman (tidak menggandung racun) yang diaplikasikan dengan tiga kali proses. Semua proses menghasilkan produk yang bertekstur amat halus saat dipegang seperti diselimuti kain batik. Tak seperti produk sejenis di pasaran yang bertekstur kasar saat diraba.

Garuda Bantu Perajin Kain Tenun


PT Garuda Indonesia Tbk memberikan bantuan untuk usaha Tecil dan menengah (UKM) nasional hingga Rp 6  miliar, di antaranya bantuan |untuk perajin kain tenun asal Bali dan Sambas, Kalimantan Barat. Alokasi anggaran itu diambil dari dana tanggung jawab sosial perusahaan {corporate social responsibility/CSR).

"Ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pelestarian warisan budaya bangsa, khususnya kain tenun Indonesia. Terkait hal ini, Garu- da Indonesia bekerja sama dengan Cita Tenun Indonesia (CTI) dan Metro Department Store melaksanakan kegiatan festival tenun bertema Keindahan dalam Keragaman," kata Direktur , Utama Garuda Emirsyah Satar pada acara Festival Tenun Bali dan Sambas di Jakarta, kemarin.

Festival tenun itu dilak-! sanakan mulai 29 Juli-29  Agustus 2011 di tiga lokasi, yakni Metro Department Store yang tersebar di Jakarta Selatan, yakni Metro Pondok Indah (periode 29 Juli-14 Agustus 2011), Metro Gandaria City (12-22 Agustus 2011), dan Metro Plaza Senayan (22-29 Agustus 2011).

Emirsyah mengatakan, dukungan kepada perajin nasional melalui program CSR merupakan upaya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. Total UKM mitra binaan Garuda saat ini mencapai 720 yang terus-menerus dibina. Dana yang disalurkan untuk UKM mitra binaan sudah mencapai Rp 6 miliar Anggaran CSR setiap tahunnya sebesar 2,5 persen dari laba bersih.

Melalui festival ini, Garuda Indonesia, Metro Department Store dan CTI berupaya untuk menyosialisasikan nilai dan makna kain tenun Indonesia. Kain tenun asli Indonesia nantinya akan dipasarkan di Metro Department Store.

Sementara itu, Ketua Cita Tenun Indonesia (CTI) Ok-ke Hatta Rajasa mengatakan, keberhasilan para mitra binaan untuk masuk department store merupakan ke-banggan sendiri bagi CTI. Ini berarti binaan berhasil me-menuhi kualitas mutu yang dipersyaratkan oleh department store, apalagi yang terkenal seperti Metro.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada Garuda dan Metro yang sudah mendukung. Ini akan meningkatkan kepercayaan diri para perajin untuk menghasilkan kain tenun yang berkualitas," tutur dia.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Metro Department Store Christine Barki mengatakan, dukungan bukan hanya terkait dengan kegiatan komersial perusahaan semata, melainkan juga untuk mewujudkan komitmen dalam pengembangan dunia fesyen di dajam negeri. Ini merupakan salah satu bentuk program CSR Metro.

Sejak awal 2009, perseroan bersama CTI telah bersama-sama melestarikan kain tenun dengan program pelatihan dan pengembangan perajin di berbagai daerah. Program sudah berlangsung dan masih berlanjut, yakni di Bali (2009), Sambas (2010-2012), dan Lombok

(2011-2012).

Friday, August 12, 2011

Mendesain laba dari supermaket bahan bangunan

Berdiri pada 1 Agustus 2006, Home Builders Center atau HBC menyediakan berbagai macam kebutuhan bahan bangunan, seperti semen, keramik, perlengkapan kebersihan atau sanitary, besi beton, hingga cat.

Memiliki gerai pertama di Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, saat ini HBC memiliki total 19 gerai tersebar di Jawa dan Sumatera. Dengan jumlah itu, HBC mengklaim menjadi supermarket bahan bangunan dan aksesori rumah terlengkap dan terbesar di Indonesia.

Di bawah manajemen PT Bangun Adi Perkasa, HBC terus mengembangkan bisnis ritelnya. Apalagi, mengingat kebutuhan sektor properti dari tahun ke tahun terus meningkat. "Kami memiliki pelayanan serta harga yang kompetitif," kata Ferry Setiawan, Store Plan Manager HBC.

Dengan keunggulan dan keinginan untuk mengembangkan bisnis ritel, HBC mulai Juni 2011 menawarkan kerja sama waralaba atau franchise. Walau belum lama, saat ini, HBC sudah memiliki lima calon terwaralaba pasti di Purwakarta, Cibinong, Bekasi, Kuningan, dan Purbalingga. Selain itu, ada tujuh calon mitra lagi yang siap bergabung.

Melihat respons positif tersebut, Ferry optimistis bisnis penyediaan kebutuhan bangunan masih cerah. Bisnis properti yang terus berkembang juga mendongkrak popularitas bisnis pengadaan bahan bangunan.

Bagi Anda yang ingin berinvestasi, HBC menawarkan tiga paket waralaba. Paket A untuk pembuatan supermarket seluas 200 meter persegi (m²) dengan nilai investasi sebesar Rp 300 juta. Paket B untuk supermarket seluas 450 m² dengan investasi Rp 425 juta, dan paket C untuk supermarket seluas 650 m² dengan investasi Rp 525 juta.

Selain luas bangunan supermarket dan nilai investasi, perlengkapan tiap paket investasi juga berbeda. Sebab, semakin luas ruang usaha berarti semakin banyak pula bahan bangunan yang bisa dijual dan di stok.

Itu merupakan angka maksimal investasi. Sebab, nilai investasi bisa berkurang jika terwaralaba memilih mencari perlengkapan toko dan barang dagangan sendiri. "Namun harus tetap dengan standar HBC," kata Ferry.

Nilai investasi sebesar itu belum termasuk biaya sewa tempat. Namun seluruh kebutuhan toko termasuk bahan bangunan yang dijual sudah disediakan, termasuk management fee selama enam tahun senilai Rp 44 juta untuk paket A, sebesar Rp 55 juta untuk paket B dan Rp 60,5 juta untuk paket C. Biaya renovasi toko, perizinan, perlengkapan toko, pelatihan serta gaji pegawai juga sudah ditanggung. "Mitra tinggal menyediakan tempat, dan HBC yang akan mengatur semuanya," kata Ferry.

Dengan sistem bagi hasil atau profit sharing, terwaralaba akan mendapatkan pembagian 3,5% hingga 6,5% dari omzet per bulan. Dengan target omzet mencapai Rp 300 juta per bulan, menurut Ferry, keuntungan bersih terwaralaba diperkirakan mencapai Rp 19,5 juta per bulan. Dengan demikian, balik modal diperkirakan selama 21 bulan.

Amir Karamoy, Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) mengakui bisnis bahan baku bangunan sangat cerah walau persaingan juga ketat. "Banyak yang menawarkan harga miring, tapi kualitas tetap bagus," ujarnya. Karena itu dibutuhkan promosi ekstra untuk bisa merebut pasar.


HBC
Jl. Boulevard Raya Blok L/3
Jakarta Utara
Telp: 02145843005

Meski ringan, bata ringan untungnya cukup berbobot

Permintaan terhadap bata ringan di kota besar terus meningkat. Produk ini menjadi incaran kontraktor atau pengembang perumahan. Ada peluang untuk berbisnis pembuatan bata ringan dengan modal ringan. Setahun bisa balik modal.

Harga bahan bangunan yang cenderung bertahan tinggi mendorong pengembang yang membangun rumah atau orang yang ingin merenovasi berupaya mencari cara agar lebih hemat dan efisien dalam mengeluarkan bujet. Sayang, tak banyak penghematan yang bisa dilakukan jika ingin tetap menjaga kualitas.

Salah satu cara penghematan yang bisa ditempuh adalah memilih bahan bangunan jenis “baru”. Walau harga lebih mahal, biasanya bahan bangunan jenis baru ini menjanjikan efisiensi lebih tinggi dalam pengerjaan maupun kebutuhan bahan baku pendukung. Rangka atap baja ringan misalnya, selain lebih awet ternyata bisa dikerjakan lebih cepat ketimbang rangka kayu.

Selain rangka atap baja ringan, bata ringan juga menjadi idola anyar para pengembang perumahan dan penghobi renovasi rumah. Batu bata berukuran lebih daripada batako, berwarna dominan putih atau krem ini semakin banyak dicari, baik oleh pengembang maupun orang yang ingin merenovasi atau membangun rumah.

Berbeda dengan batu bata atau batako, ukuran bata ringan ini jauh lebih besar. Ukuran bata ringan umumnya 60 cm X 20 cm x 10 cm. Sebagian orang menyebut bata ringan sebagai habel. Padahal, Habel sendiri merupakan nama beton ringan buatan PT Habel Indonesia. Spesifikasi bata ringan dan beton ringan buatan Habel agak beda. Bahan baku Habel adalah pasir silika, batu kapur, dan aluminium slury. Adapun bata ringan menggunakan bahan baku pasir, semen, air, dan zat kimia.

Menurut Syaiful Anam Manajer Pemasaran PT Mitracon, produsen bata ringan di Sidoarjo, bata ringan baru dikenal di Indonesia dua tahun terakhir. Di negara tetangga seperti Malaysia, bata ringan ini sudah dikenal sejak tahun 2000.

Meski baru dikenal di Indonesia, Junaidi Hasan, Manajer PT Sumber Rejeki Surya Makmur di Cakung, Jakarta Timur, bilang, permintaan bata ringan cukup berkembang. “Kami sampai kewalahan untuk memenuhi permintaan,” ujarnya. Ia menggambarkan, setiap hari, permintaan bata ringan bisa mencapai 220 meter kubik (m³). Padahal, kapasitas produksi di Cakung hanya 20 m³ per hari.

Persoalan yang sama juga dialami oleh Syaiful yang tergolong pemain baru di bisnis ini. Kini kapasitas produksi perusahaannya baru mencapai empat m³ per hari. Tapi, permintaan yang datang bisa sampai dua kali lipat. “Saya baru memulai bisnis ini sejak enam bulan lalu,” cerita dia.

Permintaan bata ringan ini biasanya berasal dari kontraktor yang akan membangun perumahan atau kantor dengan tiga sampai empat lantai. Tak sedikit pengembang rumah susun juga mencari bata ringan. Permintaan dari toko material juga tidak sedikit.

Biasanya, orang menggunakan bata ringan lantaran konsistensi ukurannya jauh lebih baik ketimbang bata merah. Maklum, proses pembuatan bata merah yang masih tradisional membuat ukuran bata tidak sama besar. Beda dengan bata ringan yang pembuatannya sudah menggunakan mesin, termasuk proses cetakannya.

Ukuran bata ringan yang jauh lebih besar dari bata merah juga membuat proses pembangunan lebih cepat. Pengangkutan bata ringan juga jauh lebih mudah lantaran sudah dikemas dalam jumlah tertentu. Selain itu, bangunan yang menggunakan bata ringan biasanya lebih tahan gempa. Menurut Syaiful, bata ringan tahan api empat sampai enam jam, sangat beda dari bata merah yang mudah terbakar.

Sayangnya, harga bata ringan ini jauh lebih mahal ketimbang bata merah. Syaiful bilang, harga bata ringan di Sidoarjo bisa mencapai Rp 680.000 per m³. Junaidi biasanya menjual bata ringan produksinya sekitar Rp 650.000 per m³. Nah, dengan kapasitas produksi yang mencapai 20 m³ per hari, Junaidi mengaku mampu mengantongi omzet Rp 325 juta per bulan. Asumsinya, ada 25 hari kerja. Adapun Syaiful yang hanya berproduksi 4 m³ mengaku mampu meraup Rp 68 juta per bulan dengan asumsi hari kerja yang sama.


Margin lumayan

Dengan nilai penjualan yang cukup besar itu, baik Syaiful dan Junaidi mengaku, harga pokok produksi bata ringan itu hanya sekitar Rp 400.000 per m³. “Itu sudah termasuk gaji pegawai dan listrik,” papar Junaidi. Artinya, margin laba dari usaha bata ringan per m³ ini bisa mencapai hampir 40%.

Tapi, Syaiful menghitung jauh lebih detail. Menurutnya, margin usaha pembuatan bata ringan itu hanya sekitar 10% - 15%. “Itu termasuk menghitung biaya penyusutan mesin produksi,” ujar dia.

Faktor lain yang juga harus dihitung adalah biaya sewa tempat. Junaidi bilang, lahan yang diperlukan untuk membuat usaha batu ringan ini minimal 500 meter persegi. “Tarif sewanya mungkin Rp 1 juta - Rp 2 juta per bulan,” kata dia. Tentu, besar kecilnya tergantung lokasi yang dipilih.

Produksi bata ringan juga membutuhkan beberapa bahan baku seperti pasir, semen, dan foam concrete sebagai generator. Untuk membuat 1 m³ bata ringan, butuh pasir sebanyak 400 liter, semen 250 kg, dan foam sebanyak 1 liter. Foam ini, menurut Junaidi, bisa diperoleh di internet atau beberapa toko kimia. Anda bisa memakai semua jenis merek semen, termasuk semen curah. Begitu pula dengan pasir.

Selain bahan baku, Anda juga perlu mesin pembuat bata ringan. Ada banyak yang menawarkan mesin pembuat bata ini. Junaidi bercerita, harga satu paket mesin sekitar Rp 170 juta. “Mesinnya ada macam-macam,” tutur dia. Ada foam refrigerator, mixer, screen, conveyor, cetakan plastik sebanyak 500 set, kompresor, frame cetakan 10 set, dan chem foam agent satu drum (isi 200 liter). Harga tersebut masih bisa nego lo. Junaidi juga bilang, selain menjual alat, “Kami juga mengajarkan proses produksi kepada pemula,” papar dia.

Syaiful mengaku mengeluarkan modal lebih besar untuk memulai usaha pembuatan bata ringan. “Total kebutuhan kami bisa mencapai Rp 600 juta-Rp 700 juta,” ujar dia. Sebanyak Rp 200 juta di antaranya habis untuk membeli mesin. Paket alatnya tidak jauh beda dengan yang ditawarkan oleh Junaidi. Sisanya untuk membeli lahan dan bahan baku.

Meski modal yang harus disiapkan cukup gede, Junaidi bilang, balik modal bisnis ini bisa kurang dari setahun. “Saya memperkirakan, balik modalnya bisa mulai tujuh bulan sampai 13 bulan,” ujar dia. Tentu, semua tergantung dari jumlah produksi dan penjualan bata ringan tiap hari.

Syaiful yang baru memulai bisnis selama enam bulan terakhir sudah yakin usahanya bakal balik modal kurang lebih setahun. Maklum, di daerahnya, produk bata ringan ini masih belum banyak yang tahu. Alhasil, ada potensi pasar besar meski di awal produksi, mereka harus menggencarkan promosi. Itu juga alasannya di awal usahanya ini, mereka belum memproduksi terlalu banyak.

Tapi, Syaiful yakin, dalam waktu dekat, produknya bakal dikenal luas. Sebab, para kontraktor dan pengembang properti mulai mencari alternatif bata ringan yang lebih murah dari produk merek terkenal.

Biasanya, produk ini lebih banyak dikenal di kota besar. Jika ingin memulai usaha di kota kecil, sebaiknya Anda melakukan survei pasar dulu. Selamat mencetak bata.

Thursday, August 11, 2011

Bisnis Mikro Usaha Donat Madu


Banyak cara yang ditempuh pengusaha kuliner agar masakan mereka cocok dengan lidah konsumen. Salah satunya dengan meracik donat menggunakan madu. Nah, donat madu yang diberi nama Donat Madu Cihanjuang besutan Ridwan dan isterinya itu laris manis. Kini, donat madu racik-annya telah berkembang dengan empat gerai terwaralaba dan tiga gerai mitra usaha.

Kue berbentuk bulat dan kadang-kadang dibuat dengan lubang di tengah itu atau dikenal dengan nama donat itu semakin populer di Tanah Air. Jumlah pelaku bisnis donat itu sudah tidak terhitung banyaknya Mulai dari pedagang kelas kaki lima, kelas gerai, hingga kelas restoran.

Ramainya penjaja donat itu juga menggambarkan ketatnya persaingan di bisnis ini Namun, bukan berarti tidak ada pemain baru di bisnis ini. Lihat saja yang dilakukan Ridwan Iskandar dengan isterinya Fanina Nisfulaily yang dengan beraniikut nimbrung di bisnis donat.

Namun suami isteri itu menekuni bisnis donat bukan dengan tanpa jurus baru. Pasangan ini punya racikan baru dengan menambahkan madu pada adonan donat. Butuh satu tahun bagi saya meracik donat dengan campuran madu itu," klaim Ridwan yang mengaku menggunakan madu asli Sumbawa

Setelah diuji coba dengan hasil meyakinkan, pasangan inipun memberanikan diri membuka gerai di Jalan Cihanjuang Nomor 158 A Cimahi, Jawa Barat, Mei 2010 lalu. "Karena itu donat kami berani nama Donat Madu Cihanjuang," tambah Ridwan.

Walaupun terbilang baru, Donat Madu Cihanjuang ternyata cocok di lidah warga Cimahi. Hingga kini, Ridwan telah memproduksi 27 varian donat, di antaranya rasa almotid, durian, pisang, abon, choco crispy, temon, dan lainnya

Setahun beroperasi, Ridwan memutuskan untuk mengembangkan usaha dengan cara kerjasama kemitraan. Tiga mitra pertama Donat Madu Cihanjuang mulai beroperasi April lalu, yakni di Depok, Bogor, dan Cinere.

Ridwan menilai, kemitraan perdana ini berjalan sukses. Sebagai bukti, tiga gerai itu semuanya ramai pengunjung.

Nah, dari situlah Ridwan kemudian ingin mengembangkan usaha ini dengan cara waralaba sejak Juli 2011 lalu. Ridwan membukawaralaba hanya dengan investasi sebesar Rp 10 juta. Nilai investasi itu untuk mendapatkan hak atas penggunaan merek Donat Madu Cihanjuang, pelatihan karyawan, serta biaya promosi.

Setelah beroperasi, investor nanti mesti membayar royalty fee 9% dari total omzet per bulan. Sedangkan untuk kebutuhan peralatan kerja, seperti mesin pembuat adonan, interior gerai, etalase donat dan tempat usaha harus disediakan oleh

Donat Madu Cihanjuang bisa balik modal dalam waktu 5-6 bulan.terwaralaba. Peralatan dan tempat sepenuhnya dari lnvestor," kata Ridwan. Untuk bahan baku donat, sepenuhnya disediakan Ridwan atau pemilik waralaba "Bahan baku dibeli Rp 7,5 juta untuk kebutuhan satu bulan," tambah Ridwan.

Dengan penawaran itu, saat ini Ridwan sudah mempunyai empat gerai waralaba. Keempat gerai terwaralaba Donat Madu Cihanjuang itu ada di Situ Gintung, Lenteng Agung, Cireundcu, dan Tanjung Barat.

Untuk menjaga kualitas dan cita rasa donat tetap prima, Ridwan mempersiapkan sistem manajemenkontrol untuk seluruh gerai Donat Madu Cihanjuang. "Kami mengontrol mulai dari kebersihan dan juga pelayanan di masing-masing gerai." kata Ridwan yang merekrut dua karyawan khusus bagian kontrol ini.

Dalam simulasi hitungan balik modal dari Ridwan, gerai waralaba Donat Madu Cihanjuang bisa baiik modal dalam waktu lima sampai enam bulan. Agar cepat balik modal, investor setidaknya mesti menjual empat paket adonan atau setara dengan 300 potong donat dengan omzet Rp 900.000 per hari atau setara dengan Rp 27 iuta per bulan. Setiap potong donat dijual seharga Rp 3.000per potong.

Rully Lamryana, pengelola gerai Donat Madu Cihanjuang di Bogor mengaku sudah blaa menjual sebanyak 600 donat dengan omzet Rp 1,8 juta per lian atau Rp 54 juta per bulan. "Sekitar 80% pemuli kanu sudah menjadi pelanggan tetap," terang Rully yang.

Dalam waktu dekat mi akan ada tujuh calon terwaralaba Donat Madu Cihanjuang lagi. Namun, Ridwan mengaku tidak mau gegabah mencari terwaralaba baru. Kami mesti memastikan lokasi dan tempat usaha mereka dulu," tegas Ridwan yang baru buka cabang milik sendiri di Tebet, Jakarta Selatan itu.

Produsen Keripik Singkong Harga Premium


Siswanto tak pernah membayangkan, usaha kecil-kecilan membuat keripik singkong berkembang pesat dengan omzet ratusan juta rupiah. Padahal, pemilik perusahaan keripik singkong Citra Rasa di Bekasi ini tetap memilih jalan tradisional dalam membangun usaha keripik tanpa mau "melibatkan" mesin perajang singkong.

Siapa yang tak kenal keripik singkong". Ya, penganan ringan atau snack ini, dengan berbagai variannya, memang menu yang populer. Apalagi di hati sanubari Siswanto, pemilik pabrik keripik singkong Citra Basa di Bekasi sejak 1998 lalu.

Betapa tidak, berkat insan tipis singkong tersebut lelaki paruh baya ini sampai pada gerbang kesuksesan. Di tengah padatnya pasar keripik singkong, khususnya di Jabodetabek, Siswanto mampu bersaing dan bahkan mampu keluar sebagai pemenang dalam persaingan.

Berbeda dengan produsen keripik singkong skala UKM kebanyakan yang menyasar segmen menengah ke bawah, Citra Rasa justru bermain segmen premium. Meski Siswanto ogah didaulat sebagai penghasil keripik singkong kelas alas, matanya keripik singkong buatannya dijual dengan harga dua kali lipat dan kebanyakan keripik singkong yang dipasarkan di pasar tradisional. Mika kebanyakan keripik singkong pasar tradisional dijual Rp 12.000 per kilogram, kami menjual Rp 24.000 per kilogram." tuturnya

Meski begitu, keripik singkong buatan Siswanto justru digemari dan mampu mengungguli keripik singkong lainnya, dengan harga lebih murah sekalipun Itu menam lak;ui seal i ajnilan harga bukan tolok ukur satu-satunya," tandasnya

Pria asal Magelang mi beralasan kenapa ia beranimei\jual harga keripik jauh di atas harga pasar. "Bahari baku singkong yang kami gunakan berkualitas prima. Selain tentunya aspek kesehatan menjadi nomor satu," ucapnya penuh semnagat.

Siswanto mengungkapkan, keripik singkong Citra Rasa menggunakan singkong jenis manggu yang dibelinya dengan harga Rp 1.200-Rp 1.300 per kilogram (kg.) dari petani singkong manggu di Sukabumi. "Sedangkan singkong yang lazim digunakan pengusaha keripik lain umumnya singkong biasa seharga Rp 700-Rp 800 per kg," ujarnya.

Omzet Siswantopun mencapai Rp 7 juta per hariatau Rp 140 juta per bulan. Lelaki 50 tahun ini menuturkan, dari berbagai pengalaman memilih singkong untuk banan keripik, singkong manggu adalah jenis terbaik yana enak dan lezat untuk dibuat keripik. Singkong ini mempunyai karakteristik permukaan yang agak kasar dengan warna lebih putih ketimbang singkong pada umumnya

Namun demikian, Siswanto mengakui, singkong manggu tak bisa bertahan lama, sehingga suplai bahan bakunya ini disesuaikan dengan kapasitas produksi Singkong ini biasanya datang sore dan malam hari.paginya mulai diproduksi dan selalu habis," ungkapnya

Untuk menjaga cita rasa, Siswanto masih mempertahankan pengolahan dengan cara-cara tradisional. Dia sengaja menghindari penggunaan mesin meski pemotongan singkong dengan mesin bisa memproduksi keripik lebih banyak- Siswanto lebih suka merajang singkong tipis dengan menggunakan tenaga-tenaga terampil.

Dengan sistem yang lebih padat karya itu, Siswanto mengaku mulai dari pemilihan singkong, pngupasan, penggorengan, hingga pengemasan hanya mengandalkan karyawannya yang kini berjumlah 12 orang.

Tak hanya itu, ia juga menggunakan minyak goreng dan plastik khusus untuk makanan yang sesuai dengan standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), untuk ongkos produksi saja memang lebih besar ketimbang keripik singkong lain, akunya

Meski digarap tanpa mesin.ia mengaku, saban hari dapat memproduksi 500 kg singkong untuk diolah menjadi 300 kg keripik. Dengan menjual dalam kemasan berukuran 125 gram dengan harga jual Rp 3.000, ia mengaku tiap hari hasil produksinya selalu ludes tak bersisa. Omzet Siswanto pun mencapai Rp "juta per hari atau Rp 140 juta per bulan. Sejauh ini. keripik singkong Citra Rasa buatan Siswanto tak hanya menghiasi pasar tradisional, tapi juga minimarket dan swalayan yang berada di Jabodetabek. Banten, dan kota-kota di Jawa Barat.

Siswanto merasa tak pernah gentar menghadapi persaingan dengan bermain di pasar premium, ia tak khawatir pasarnya tergerus harga keripik yang lebih murah. Beberapa saat mungkin orang jenuh pada keripik singkong, tapi tak lama kemudian mereka mencari lagi." ungkapnya

Perajin palembang Kurangi Produksi Miniatur Kapal

Para perajin miniatur kapal yang sering disebut telok abang yang biasanya menjual barang saat peringatan Hari Proklamasi Agustusan ini, mengurangi produksi karena saat ini bertepatan dengan puasa Ramadhan.

Salat satu perajin miniatur kapal, Iskandar, di Palembang, Jumat, mengaku mengurangi produksi kapal-kapalan dan miniatur kendaraan lain, seperti becak dan pesawat, mengingat perayaan hari kemerdekaan tahun ini bertepatan dengan puasa.

Kapal-kapalan yang dilengkapi dengan telok abang di atasnya tersebut, menjadi mainan yang biasa dipakai anak-anak di Palembang setiap kali memperingati Hari Kemerdekaan RI.

Dia menjelaskan, biasanya bisa memproduksi sedikitnya 500 unit miniatur kendaraan yang terbuat dari kardus, gabus dan kertas tiga dimensi tersebut. Namun, karena Agustusan tahun ini bertepatan dengan puasa Ramadhan, produksinya dikurangi menjadi hanya sekitar 300 unit miniatur kendaraan saja.

Iskandarmengaku, sehari-hari biasa mengayuh becak, dan saat Agustusan menambah penghasilan dari membuat dan menjual atribut mainan tersebut. Menurut dia, setiap Agustus mereka mendapatkan buah tahunan, karena bisa membuat dan menjual kapal-kapalan yang dapat menambah penghasilan.

Beragam miniatur kendaraan tersebut dibuat bersama anak laki-lakinya yang baru lulus sekolah kejuruan. Ia menyatakan, sejak lima tahun lalu pembuatan miniatur kendaraan yang setiap Agustus menjadi tradisi mainan anak-anak Palembang menjadi pekerjaan sambilannya.

Setelah jadi, mainan tersebut dijual di pinggir jalan protokol tidak jauh dari kediamannya di seputaran Jalan Merdeka. Istrinya, Era (50), bertugas menunggui dagangan tersebut di pinggir jalan. Harga mainan tersebut bervariasi, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan membuatnya.

Harganya mulai dari Rp10 ribu sampai Rp35 ribu per unit, dan biasanya selama Ramadhan ini paling banyak dapat terjual lima unit setiap harinya, kata Era pula. Dia menambahkan, sangat berharap mainan hasil karya suami dan anaknya itu dapat terjual habis, sehingga bisa merayakan lebaran dengan sukacita.

Selain untuk berlebaran, hasil penjualan miniatur kendaraan itu juga disisihkan guna menambah biaya kuliah anaknya yang sangat ingin melanjutkan pendidikan, ujar Era.

Bisnis Jamur Semakin Menjamur


Dari sekian banyak jenis kudapan, jamur adalah salah satu penyumbang protein terbesar. Tak heran, banyak orang kini mulai mengolah jamur sebagai camilan atau pelengkap masakan.

Semakin populernya jamur sebagai kudapan tentu membuat para pebisnis ingin meraup untung dari jualan jamur ini. Agar lebih laku dan rasa lebih lezat, para pebisnis itu melakukan berbagai inovasi dalam mengolah jamur.

Beberapa pewaralaba yang pernah diulas KONTAN pun mengaku terus berinovasi dalam pengolahan jamur. Mereka bilang, inovasi menjadi kunci sukses mereka mengembangkan waralaba.
Nah, untuk mengetahui perkembangan bisnis waralaba makanan berbahan jamur, berikut adalah ulasannya.


• Jamur Crispy 
Anto Sastrowidjojo, pemilik CV Haweka Media Utama di Bandung, mulai membuka usaha camilan jamur dengan merk Jamur Crispy sejak 2006 silam. Lantaran makin banyak permintaan kerjasama, ia pun mulai menawarkan kemitraan Jamur Crispy.

Penjelasan Anto kepada KONTAN pada awal 2010 lalu, dia baru memiliki dua cabang milik sendiri dan 200 mitra di berbagai kota di Indonesia.

Anto menawarkan dua paket kemitraan. Yakni, Paket Gerobak senilai Rp 8,8 juta dan Paket Kios seharga Rp 15,5 juta. Dalam setiap paketnya, mitra akan mendapatkan booth dan berbagai peralatan masak, pelatihan karyawan serta konsultasi usaha.

Perbedaan antara kedua paket kemitraan tersebut terletak pada kelengkapan peralatan masak. Pada Paket Kios, mitra akan mendapat meja dan kursi untuk konsumen karena konsepnya bisa makan di tempat dengan tambahan menu nasi.

Anto tak mengutip biaya royalti, hanya saja mitra harus membeli bahan baku dari dia. Untuk mitra di Bandung, Anto akan memasok jamur, bumbu, tepung, dan kemasan. Sementara, mitra di luar Bandung bisa membeli jamur di daerahnya masing-masing.

Kini Anto menambah dua paket lagi, yakni Paket Hemat dan Paket Resto. Paket Hemat ini dengan nilai investasi Rp 5,7 juta. Perbedaan dengan paket lainnya, Paket Hemat menggunakan gerobak yang lebih kecil yang terbuat dari aluminium dan triplek.

Dengan paket murah ini, Anto pun berhasil menarik 100 mitra baru. "Dulu, mereka ingin bergabung, tapi modalnya tidak cukup," ujarnya.

Adapun untuk Paket Resto, Anto meminta mitra menyediakan investasi sebesar Rp 39 juta. "Paket terbaru ini akan kami tawarkan di pameran pada November nanti," tegasnya. Ia sendiri telah membuka dua restoran jamur ini di Bandung dengan nama King of Mushroom.

Menurut Anto, resep untuk mengembangkan kemitraan adalah inovasi terus-menerus pada produk. Tahun ini, ia sudah menyiapkan 100 menu baru. Ia juga berharap, mitra mengikuti aturan dan prosedur yang ditetapkan pusat supaya bisa bertahan. "Saya berani garansi, asal ikut prosedur pasti akan bertahan," tegasnya.

Meski begitu, Anto tetap mengingatkan mitra untuk memilih lokasi yang tepat. Menurutnya, lokasi penjualan Jamur Crispy yang tepat adalah di tempat ramai, seperti mal, pelataran mini market, sekolah, dan kampus.
Untuk menentukan lokasi terbaik, Anto memberi nilai atas lokasi yang diajukan si mitra dengan skala lima (lokasi terburuk) hingga sembilan (lokasi strategis). Terbukti para mitra yang bisa memperoleh omzet sekitar Rp 300.000-Rp 400.000 per hari adalah mitra yang membuka lokasi di daerah yang strategis.


• Jamur Kriuk
Produk jamur Kriuk diluncurkan Fatoni melalui CV Manggala Karya Abadi, pada 2009 lalu. Variasi menunya antara lain barbeque, balado, dan keju.

Toni menggunakan jamur tiram putih yang digoreng dalam balutan tepung terigu. Sehingga, menghasilkan jamur yang crispy alias kering dan rasanya pun seperti ayam goreng.

Dibandingkan dengan saat diliput KONTAN pada akhir 2010, pertumbuhan mitra Jamur Kriuk cukup pesat. Kalau pada saat itu hanya punya 120 mitra, kini berkembang menjadi 200 mitra. Makin banyaknya mitra yang bergabung karena Toni rajin membuat perubahan dan perbaikan.

Sebelumnya, Toni hanya menyediakan dua tipe investasi, khusus Jawa Tengah sebesar Rp 5,75 juta, sedangkan di luar Jawa Tengah senilai Rp 6,475 juta. Saat ini, khusus paket luar Jawa Tengah dikenakan biaya Rp 7 juta. "Ini menyesuaikan dengan kenaikan beberapa harga peralatan," tegasnya.

Selain itu, ada inovasi produk pasta jakri atau pasta plus jamur kriuk untuk meningkatkan nilai jamur di mata publik. "Kalau dulu kan jamur masih dianggap sebelah mata," tambahnya. Produk ini resmi ditawarkan mulai 16 Juli 2011.


• Jamur Crunchy
Jamur Crunchy didirikan oleh Satrio Hartono pada 2008 di Surabaya. Produk Jamur Crunchy berupa jamur tiram yang digoreng garing dan terasa renyah.

Pada awal 2010, Satrio hanya memiliki lima booth penjualan dan 30 mitra yang tersebar di Sidoarjo, Malang, Surabaya, dan Jakarta.

Dengan investasi Rp 7 juta, mitra akan mendapat perlengkapan penjualan termasuk booth, peralatan memasak, branding, dan bahan baku sebanyak 150 pak.

Satrio mengaku tidak mengutip biaya kemitraan, royalti, maupun biaya promosi. Jadi, selain dana investasi, mitra hanya perlu menyediakan tempat strategis untuk berjualan, yakni ramai dengan akses yang mudah.
Mitra juga tak harus membeli jamur dan tepung darinya. Namun, Satrio siap memasok jamur mentah jika mitra mengalami kesulitan pasokan dengan harga relatif lebih murah dari harga pasar.

Satrio hanya mengharuskan mitra membeli bumbu darinya dengan harga Rp 14.000 per bungkus. Ini untuk menyamakan dan menjaga kualitas rasa jamur Crunchy.

Sayangnya, sejak 2010 itu, mitra Jamur Crunchy hanya bertambah 10 atau menjadi 40 mitra. Menurut Satrio, lambatnya pertumbuhan itu lantaran kurangnya inovasi produk. "Karena itu kami sedang mempersiapkan inovasi baru," ujarnya.

UKM garam sulit pemasaran


Business Development Services Harmoni sebagai lembaga bisnis usaha kecil menengah minta pemerintah serius ikut membantu pemasaran produk garam nasional.

Idurs Zein, Ketua BDS Harmoni, mengatakan hingga Juli 2011 Kementerian Perindustrian justru mengimpor garam konsumsi sekitar 500.000 ton sehingga membuat produk garam olahan pelaku usaha kecil menengah, tidak terjual.

"Ini adalah langkah kontraproduktif karena seharusnya pemerintah berpihak kepada produsen garam konsumsi nasional. Parahnya lagi garam impor kualitasnya lebih jelek," ujarnya kemarin.

Minapolitan Tumpuan Ekonomi Boyolali


Program Minapolitan yang dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menunjukkan hasil positif di masyarakat. Sebagai konsep pembangunan kelautan dan perikanan yang berbasis wilayah, Minapolitan telah menempatkan Boyolali sebagai salah satu sentra lele terpadu di Tanah Air. Wilayah ini telah membantu pemerintah dalam merealisasikan visi KKP sebagai negara penghasil produk perikanan terbesar pada 2015, selain meningkatnya pendapatan masyarakat setempat. Hal ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad saat melakukan Safari Ramadan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Rabu (10/8).

Fadel menegaskan KKP menempatkan perikanan - budi daya sebagai tumpuan utama atau primadona perikanan dalam menggenjot produksi perikanan. Hal ini tercermin dari target produksi perikanan budi daya sebesar 16,9 juta ton pada 2014 dari sebelumnya 5,26 juta ton pada 2010 atau meningkat sebesar 353 persen. Untuk memacu produksi perikanan budi daya, KKP telah menetapkan 10 komoditas unggulan dan lele merupakan salah satu komoditas unggulan tersebut. Produksi lele akan dipacu, dari 273.554 ton pada 2010 menjadi 900 ribu lon pada 2014.

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kawasan Mina-politan percontohan untuk tahun ini yang berbasiskan lele, bersama Kabupaten Bogor dan Gunung Kidul. Kampung lele Boyolali yang terletak di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Sawit merupakan sentra lele terpadu dan menjadi percontohan untuk pengembangan kampung sejenis. Produksi lele di wilayah ini telah mendorong berkembangnya usaha pembersihan hingga pembesaran serta pengolahan beraneka ragam produk olahan berbahan baku ikan lele. Kawasan minapolitan ini telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Boyolali, selain telah menampung banyak tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat karena kegiatan usaha lele dilakukan dari hulu hingga hilir. Hal inilah yang mendorong terjadinya konversi lahan, dari lahan pertanian menjadi lahan budidaya lele karena budi dayaini memiliki nilai produktivitas lebih tinggi dibanding bertani dan berkebun.

Program Minapolitan percontohan tahun ini di 41 kawasan, meliputi kawasan Minapolitan berbasis perikanan budidaya sebanyak 24 lokasi, perikanan tangkap sebanyak 9 lokasi dan 8 lokasi untuk pengembangan garam nasional. Dalam mendukung program Minapolitan, KKP melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, menumbuhkan wirausaha dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan di pedesaan.

Khusus PUMP perikanan budidaya, program ini dilaksanakan untuk 300 kabupatenAota, termasuk Kabupaten Boyolali.

Kabupaten ini mendapat kucuran PNMP berbasis perikanan budi daya se-banyak Rp5 miliar atau 50 paket, dari Rp27 miliar yang dialokasikan KKP untuk Jawa Tengah. Dalam upaya percepatan pelaksanaan program Minapolitan di Kabupaten Boyolali, KKP melakukan deslmi-nasi teknologi melalui pengembangan SDM setempat.

Pengembangan SDM dilakukan melalui tiga langkah, yai iu peningkatan keterampilan masyarakat pelaku utama perikanan, pengukuhan penyuluh perikanan swadaya yang merupakan mitra dari penyuluh PNS dan instansi penyuluh kabupatenAota, dan peningkatan pendidikan melalui pemberian bantuan beasiswa kepada anak-anak pelaku utama usaha perikanan.

Wednesday, August 10, 2011

Ikan Asap Citayam Mengepul Hingga Ritel Moderen

Jalan hidup seseorang memang tidak pernah ditebak, misalnya seorang pensiunan pegawai negeri sipil dari Pusdiklat Pertamina kini sukses sebagai pengusaha ikan asap.

Adalah Amril Lubis, seorang pengusaha ikan asap yang saat ini produk dagangannya sudah sangat terkenal di kalangan peritel modern. Padahal produksi ikannya ia olah dari sebuah kampung di kawasan Citayam Bogor, Jawa Barat.

Bayangkan saja, dulunya dia hanya berjualan dari mulut ke mulut atau hanya menjajakan dagangangannya di gerai di pameran-pameran yang diikutinya.

"Kalau dibandingkan dengan pedagangan lain yang ngurus surat ini itu waktu mau masuk, saya dulu didatangi ke rumah," ujarnya kepada detikFinance pekan lalu.

Lubis menceritakan pengalaman pertamanya mengikuti pameran, ia pada waktu itu mewakili Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2003. Setelah itu, Lubis mulai mengikuti berbagai macam pameran, baik pameran makanan minuman atau pun pameran yang berskala nasional tahunan yang diadakan di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran.

Kemudian, setelah mendapatkan sertifikat makanan halal dari MUI, Lubis pun semakin gencar mengikuti pameran-pameran. Pada tahun 2005, ketika ikan asapnya mengikuti pameran di UKM yang diadakan oleh Kementerain Koperasi dan UKM di gedung SMESCO, dirinya diundang untuk mengunjungi salah satu pasar ritel modern yang terkenal, Giant, yang berada tidak jauh dari tempat pameran tersebut.

"Waktu pameran UKM di SMESCO, saya tiba-tiba dapet telepon. katanya diminta untuk datang. Datangnya ke mana saya juga bingung. Ternyata Cuma nyebrang gedung SMESCO itu ketemu Giant, saya disuruh ke sana. Akhirnya ketemu dan ngobrol dengan bosnya," ujarnya.

Dua tahun kemudian, pada tahun 2007, Lubis melanjutkan bisnisnya, ia didatangi oleh seseorang yang mengaku dari PT Carrefour Indonesia. Ia diajak untuk bergabung dan menjual ikan asapnya di pasar ritel Carrefour. Untuk yang kali ini, Lubis menceritakan, Carrefour mengaku mendapatkan informasi dari Pertamina yang dulu pernah ia bekerja.

"Habis saya ke Kuala Lumpur untuk ikut pameran food and beverages. Saya diutus dulu sama Pertamina. Pas saya pulang, orang dari Carrefour datang ke rumah tuh menawarkan, saya mau nggak jualan di sana," imbuhnya.

Lubis menambahkan, hal yang sama pun didapatnya ketika ikan asapnya akan masuk ke Hypermart. Dirinya didatangi unutk diajak bekerja sama. "Saya nggak tahu mereka dapet dari mana. Mungkin ada yang ngambil kartu nama atau brosur saat pameran. Saya tiba-tiba ditelpon terus datang ke rumah," ungkapnya.

lebih lanjut ia menceritakan, untuk menjual di Carrefour, ikan asap buatannya sudah mempunyai kemasan khusus yang berbeda apabila dijual di pasar-pasar ritel lainnya. Namun, dari sisi kualitas yang didapat dari ikan asap yang dijual di manapun sama.

"Kalau mau jual di Carrefour harus pakai kemasan sendiri, pakai kemasan plastik terus divakum. Kalau yang lain masih pakai plastik di dalamnya terus dibungkus kardus," jelasnya.

Lubis memaparkan, nama yang digunakan untuk berjualan di pasar-pasar ritel modern adalah IACHI ikan asap Citayam. Sampai saat ini, dari hasil jualannya ke pasar ritel omset yang diterimanya per bulan mencapai Rp 40 juta.

Lubis memiliki tempat tersendiri untuk memelihara ikan dan membuatnya menjadi ikan asap di Jalan Akar Wangi Raya Rt 01/01 Kampung Sawah, Desa Raga Raya, Citayam, Bogor.

Berikut ini adalah harga ikan asap yang dijual Lubis di pasar ritel modern. Kemasan plastik vakum 195 gram:




  • Ikan Marlin Rp 16.500

  • Ikan Layaran Rp 15.000

  • Ikan Tuna Rp 14.500

  • Ikan Cakalang Rp 13.500

  • Ikan patin Rp 13.500

  • Ikan lele Rp 13.500

  • Ikan Pati Rp 12,500


Iachi Ikan Asap Citayam

Amril Lubis

Penjualan:

Jl. Wisma Karti (Hankam) No 7 Ragunan Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12550

Work Shop:

Jl. Akar Wangi Raya Rt 01/01
Kp. Sawah, Desa Raga jaya Citayam Bogor

Email: ikanasap_petikancitahalus@yahoo.com