This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, November 30, 2011

Industri Batik Jabar Fokus Garap Pasar Lokal

Industri batik Jawa Barat (Jabar) lebih baik fokus terlebih dahulu untuk menggarap pasar lokal. Selain potensinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, selama ini permintaan lokal pun belum tergarap secara maksimal. Masih banyak celah yang justru diisi kain bermotif batik atau biasa disebut batik printing, produksi Cina.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat Ferry Sofwan. Seperti diberitakan "PR" sebelumnya, komposisi pasar ekspor batik Jabar diperkirakan masih di bawah 10 pereen. Sementara itu, pasar lokal, sejauh ini baru tergarap sekitar 70 persen.

"Dengan keberagaman motif batik yang ada, menurut saya, untuk sekarang lebih baik fokus pada pasar lokal sambil mencoba menjajal pasar ekspor. Apalagi, orang kita punya budaya batik. Potensi pasarnya sangat besar. Ini yang harus digarap," katanya.

.lik;i jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Provinsi Jabar diasumsikanberjumlah 15.000 orang, dengan keharusan menggunakan batik bebas seminggu dua kali, diperlukan sedikitnya 30.000 pakaian batik. Sementara itu, umumnya PNS tidak menggunakan batik yang sama setiap pekannya.

"Mereka pasti membutuhkan lebih dari dua pakaian batik. Belum lagi PNS kabupaten/kota. Kalau rata-rata setiap kabupaten/kota memiliki 10.000 PNS. dengan 26 kabupaten/kota, berapa banyak kebutuhannya," kata Ferry.

Belum lagi, menurut dia, dengan pelajar sekolah dari tingkat TK sampai SMA. Begitu juga karyawan swasta. "Ini pasar yang cukup besar. Itu baru dari pakaian kerja, dan seragam sekolah, belum masyarakat umum," ujarnya.

Menurut dia, industri batik Jabar juga harus konsen menggarap pasar menengah ke bawah yang selama ini lebih banyak diisi produk Cina. "Para pelaku industri batik harus berpikir bagaimana menciptakan motif dan model batik yang menarik sesuai selera pasar, dengan harga murah," katanya.

Melalui langkah tersebut. Ferry meng-aku optimistis, industri batik Jabar akan semakin berkembang pesat. Di sisi lain, upaya ini juga bisa membendung banjirnya tekstil dan produk tekstil (TPT) asal Cina. "Harapannya, batik Jabar bisa berkiprah di ranah nasional," katanya.

Saat ini, tutur dia, nilai transaksi batik Jabar diprediksi mencapai Rp 25.miliar per bulan. Memasuki Ramadan, nilai transaksi bisa terdongkrak hingga dua kali lipat, mencapai Rp 50 miliar per bulan.

Untuk membuka pasar ekspor, menurut Ferry, saat ini Jabar terus aktif mengikutsertakan produk batiknya pada sejumlah pameran bertaraf internasional, seperti Ina Craft. Sejauh ini. menurut dia, nilai ekspor batik Jabar sudah terbilang besar, walaupun dari segi volume masih kecil.

Sementara itu. Ketua Umum Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB), Sendy Dede Yusuf mengatakan bahwa untuk saat ini pengembangan batik Jabar masih fokus ke pasar lokal. Namun, pada waktu yang bersamaan juga dilakukan penjajakan ke sejumlah pasar ekspor potensial.

Wirausaha Ekonomi Kreatif Bakal "Booming"

Dengan sentuhan tangan individual, melalui entrepreneurship, dan bukan konglomerasi, Indonesia akan bangkit. Kreativitas adalah modal utamanya dan anak-anak muda daya dorongnya. Demikian, Christovita Wiloto, pendiri dan chairman Indonesia Young Entrepreneur (IYE) dalam sebuah diskusi seputar entre preneurship di Jakarta, Rabu (30/11).

Diskusi yang menghadirkan pengusaha muda dan sukses dari berbagai bidang, termasuk fashion dan olahraga, juga mendatangkan Dr A Prasetyantoko, ekonom Partner Strategic Indonesia. Prasetyantoko memberikan gambaran sekaligus solusi untuk entrepreneur dalam menghadapi peta ekonomi CHINDONESIA (China, India, dan Indonesia). China, India, dan Indonesia diperkirakan menjadi raksasa ekonomi yang bakal menyelamatkan negara-negara maju dari krisis finansial, kata Prasetyantoko.

Indonesia juga punya potensi yang sama kuatnya. Anda pun dapat menjadi bagian dari kekuatan entrepreneurship, dengan berwirausaha. Apalagi ditegaskan oleh Wiloto, "Entrepreneurship dapat dipelajari siapa saja, dan bukan merupakan keturunan.

Jika Anda punya hasrat besar membangun usaha, namun masih memilah sektor yang paling baik, kata Prasetyantoko, seperti dilansir Kompas.com, ini dapat menjadi sumber inspirasinya. Ia mengatakan, ekonomi kreatif akan booming tahun depan. Lantas ekonomi kreatif seperti apa yang menjanjikan? Prasetyantoko mengekbo-rasi, kembangkan sektor ekonomi kreatif dengan fokus pada permintaan domestik. Pertumbuhan permintaan domestik di Indonesia Iebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi secara makro.

Sektor berbasis permintaan domestik seperti makanan, minuman, dan pakaian merupakan motor perekonomian di Indonesia. Sektor inilah yang menjanjikan, katanya. Untuk mengembangkan bisnis di sektor ekonomi kreatif, ada tiga unsur yang harus digabungkan, kata Prasetyantoko. Wawasan, jaringan, dan teknologi.

Menurutnya, ada 14 subsektor ekonomi kreatif yang menjanjikan dan booming di tahun mendatang. Fashion dan kerajinan adalah subsektor bisnis yang paling dominan. Juga percetakan, event organizer, konsultan, dan lainnya. Prinsipnya, jalankan bisnis untuk memenuhi ragam kebutuhan domestik dengan kelas menengah sebagai sasarannya.

"Kelas menengah di Indonesia mengonsumsi semua kebutuhan, kata Prasetyantoko, yang menyebutkan kelas menengah dengan penghasilan 2-20 dollar per hari di Indonesia. Ini adalah pasar bisnis dari sektor ekonomi kreatif.

Kemenkop Gencar Promosi Produk UKM

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) menyatakan, akan meningkatkan promosi produk-produk UKM melalui berbagai macam pameran dengan beragam skala. Pameran bisa dilaksanakan di daerah maupun pusat. Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Neddy Rafinaldi Halim di Jakarta, Selasa (29/11), menyatakan, melalui pameran tersebut, produk UKM akan semakin dikenal, pelaku usaha mudah menemukan pasar potensial. "Sekaligus sarana memperluas jejaring pasar mereka, katanya, seperti dikutip Antara.

Ia mengatakan, pameran produk UKM sangat potensial untuk memperluas pemasaran dan jaringan usaha pelaku UKM. Dengan bertemu banyak pelaku usaha yang lain, pelaku UKM akan termotivasi dan saling berbagi pengetahuan atau berlanjut menjalinkerja sama.

Kami dari tahun ke tahun selalu menggelar pameran produk UKM dengan berbagai skala, mulai dari yang kecil, tematik, hingga yang akbar," katanya. Pihaknya juga menggandeng sejumlah asosiasi, seperti asosiasi pedagang kecil atau asosiasi perajin untuk menggelar pameran tematik yang khusus memamerkan produk yang mereka hasilkan.

Meski skalanya kecil, kata dia, diharapkan peserta pameran termotivasi sehingga bisa memenuhi syarat untuk kemudian ikut pameran berskala lebih besar. Tahun depan, Kemenkop dan UKM berencana memperbanyak agenda pameran UKM sepanjang tahun. "Kita mempunyai agenda pameran produk UKM sampai tahun depan dengan frekuensi yang akan lebih ditingkatkan," jelasnya. Neddy menambahkan, pihaknyajuga akan berkoordinasi dengan berbagai pihak.

Bawang Goreng Tembus Malaysia

Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan meresmikan bawang goreng sebagai produk unggulan Sulawesi Tengah. Penetapan tersebut sebagai wujud konkret dari pengembangan komoditas unggulan setiap kota. "Ini merupakan langkah percepatan pengembangan ekonomi sektor riil," kata Syarief saat peresmian bawang goreng sebagai produk unggulan Sulteng, di Palu kemarin.

Menurut dia, pengembangan komoditas unggulan tersebut sebagai realisasi dari hasil keputusan Kemenkop dan UKM dengan Komisi VI DPR mengenai 100 titik one village one product. Dalam kurun waktu 2010-2014 diharapkan tercapai l00 produk unggulan. Sejauh ini, baru ditetapkan 38 produk unggulan dari masing-masing daerah.

Dalam kunjungan ke Palu, Menkop meninjau Koperasi MangauBulava yangmempro-duksi bawang goreng. Selain itu, kader Partai Demokrat ini meninjau tiga lokasi kerajinan, yakni kerajinan kayu eboni, rotan, dan kerajinan tenun. Untuk memberikan stimulus kepada pelaku UMKM, Menkop mengucurkan dana bergulir sebesar Rp l0,23 miliar.

"Pemberian pinjaman tersebut merupakan amanat rakyat agar perekonomian bangsa bisa maju.Tujuan pemberian pinjaman tersebut adalah untuk menciptakan usaha dan lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan menyerap pengangguran yang ada," terang dia.

Sementara itu, Wakil Gubemur Sulteng Sudarto mengatakan, sebagai produk unggulan Sulteng, bawang goreng ini diharapkan bisa memiliki nilai tawaryang tinggi di masyarakat Indonesia dan luar negeri. Menurut dia, kreativitas pengusaha bawang goreng perlu ditingkatkan lagi, baik inovasi pembuatan maupun pengemasan, sehingga menarik minat warga untuk membeli. "Satu bulan lalu pengurus koperasi dari Sulteng mengikuti pameran di Malaysia dan di sana adapenawarankerjasamauntuk pengadaan bawang goreng, namun masih belum mencapai kesepakatan final," tuturnya.

Tuesday, November 29, 2011

“ASEAN Fair 2011”, Beri Efek Berantai Industri Kreatif

Perhelatan akbar ASEAN Fair 2011 yang berlangsung sejak 24Oktober hingga 23 November 2011 di Nusa Dua, Bali berlangsung sukses. Bahkan dari acara ini terjadi transaksi yang cukup signifikan. Acara yang menampilkan kekayaan ragam budaya dari 10 negara ASEAN ini diharapkan tidak berhenti begitu saja, melainkan dapat dapat memberikan efek berantai, terutama bagi perkembangan industri kreatif.

Terhitung sejak 24 Oktober 2011 hingga penutupan, sudah lebih dari ¬¬¬¬70.000 pengunjung menghadiri seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari Pameran Kebudayaan, Festival Musik, Pameran Pangan Nusa, Book Fair, Art & Craft Fair, IMEX, Pameran 1.000 Lukisan Anak ASEAN, Street Art Exhibition, F&B Area, ASEAN Culinary Exhibition, dan Pameran Multiproduk.

Dalam acara itu, transaksi yang terjadi diperkirakan mencapai Rp 40 miliar. Angka itu di luar kontrak dagang yang terjalin antara satu negara dengan negara lainnya. “Secara keseluruhan acara telah berlangsung sukses dan lancar sesuai yang diharapkan. Sejak awal penyelenggaraan acara selalu dipadati pengunjung,” kata Owner Quad Event Management Seno Adhi Damono selaku penyelenggara acara, Rabu (23/11).

Menurut Seno, antusiasme pengunjung tidak hanya dari masyarakat Indonesia, namun juga dari warga asing. “Setiap hari ramai, terutama weekend yang jumlahnya rata-rata bisa mencapai 10.000 sampai 12.000 orang,” ujar Seno. Lebih jauh Seno menambahkan, kehadiran musikus dunia seperti Quincy Jones sebagai guest star telah memberi warna tersendiri bagi ajang ASEAN Fair. Kehadiran Quincy yang merupakan prakarsa Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu ini memiliki misi khusus.

Sementara itu, Hesti Indah Kresnarini, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, dalam keterangan tertulis pada penutupan ASEAN Fair 2011, Rabu (23/11) mengatakan, ajang ini diharapkan akan semakin memantapkan kerja sama di antara negara-negara ASEAN, terutama untuk pilar komunitas sosial budaya.

Melihat besarnya jumlah pengunjung, Hesti berpandangan kegiatan ASEAN Fair yang baru pertama kalinya diadakan ini sangat strategis untuk mengembangkan ekonomi kreatif dan sosial budaya, terutama untuk memasyarakatkan ASEAN pada masyarakat.

ASEAN Fair 2011 dapat dilihat sebagai perwujudan potensi industri kreatif yang dapat menciptakan efek berantai, terutama dalam penciptaan lapangan kerja dan peningkatan potensi perdagangan produk Indonesia di mata Internasional.

Melalui berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan dalam ASEAN Fair 2011, diharapkan ajang ini dapat memberikan inspirasi bagi negara-negara ASEAN lainnya untuk menyelenggarakan kegiatan yang serupa di masa mendatang.

Selain itu, dengan diadakannya ASEAN Fair 2011, diharapkan kegiatan promosi dan pengenalan budaya ini dapat menumbuhkan hubungan kerakyatan atau people-centered contact yang makin erat dan konstruktif. Hal ini selanjutnya diharapkan mampu mendukung pengembangan kegiatan ekonomi kreatif antarmasyarakat ASEAN yang saling menguntungkan.

Promosi

Selain kegiatan pameran, pertunjukan, dan berbagai kegiatan lainnya, ASEAN Fair 2011 juga memiliki berbagai kegiatan daring yang bertujuan mempromosikan kegiatan ini di kalangan pengguna internet. Ada juga kegiatan yang melibatkan partisipasi para pengguna internet.

Dengan berakhirnya rangkaian kegiatan ASEAN Fair 2011 ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi inspirasi, sehingga acara serupa bisa dilakukan di negara ASEAN yang lain. “Diharapkan ke depannya sisi sosial budaya, sejarah, dan ekonomi negara ASEAN akan semakin menggaung di dunia,” ujarnya.

Selain itu, ujar Hesti, acara ini juga dihelat dalam kerangka konektivitas ASEAN menuju masyarakat tunggal ASEAN. "Tentu saja ini berkaitan dengan masyarakat tunggal ASEAN. Maka kami berharap pada Kamboja agar dapat meneruskan acara ini," ujar Hesti.

Menurut Hesti, kegiatan ini telah membantu mendongkrak peningkatan pendapatan usaha kecil menengah, terutama yang berasal dari Indonesia, karena dalam ajang ini juga diadakan pameran multiproduk, mulai dari pangan, tekstil, barang-barang kerajinan, dan berbagai produk industri kreatif Indonesia.

Kegiatan pameran yang diadakan di ASEAN Fair 2011 ini diharapkan membuat produk Indonesia akan semakin dikenal di kalangan negara ASEAN dan internasional, sehingga dapat memperkuat posisi Indonesia di kancah perdagangan dunia.

Bisa digunakan berkali-kali, tas spunbond pun dicari

Gerakan ramah lingkungan ternyata menguntungkan. Lihat saja permintaan tas spunbond. Tas ini bisa digunakan berkali-kali sehingga tidak langsung menjadi limbah. Lebih menyenangkan lagi, permintaan tas yang tinggi tentu membuka peluang bagi usaha kerajinan tas. Lebih menarik lagi, tas ini juga disukai di mancanegara.

Seiring dengan berkembangnya ide tentang kelestarian lingkungan, membuat tas atau kantong yang terbuat dari bahan spunbond mulai ikut ngetren. Produsen tas atau kantong ini pun jelas ikut kecipratan rezeki dari tren itu.

Keunggulan tas spunbond ini bisa digunakan berkali-kali sehingga tidak langsung menjadi limbah buangan yang merusak lingkungan. Asal tahu saja, spunbond adalah bahan yang terbuat dari campuran plastik dan katun. Bahan tas atau kantong ini dianggap ramah lingkungan karena mudah hancur. Berbeda dengan tas yang terbuat dari plastik yang tak mudah rusak.

Tas atau kantong spunbond ini mulai dikenal masyarakat sejak empat tahun lalu. Tas bahan spunbond ini bisa digunakan pula sebagai media promosi, terutama oleh perusahaan-perusahaan yang lagi mengampanyekan kelestarian lingkungan. Bahkan, sekarang ini sudah banyak toko ritel kelas menengah ke atas yang menggunakan tas jenis ini untuk wadah belanjaan pelanggan.

Meningkatnya kebutuhan akan tas ramah lingkungan inilah yang membuat Alfi Chamdan memproduksi tas atau kantong spunbond ini di Surabaya. Ia mulai memproduksi tas tersebut sejak tiga tahun yang lalu, dan usahanya semakin berkembang dengan menggunakan media internet untuk memasarkan produknya.

Alfi mengatakan, tas atau kantong laris manis karena harganya murah. "Harga jual saya mulai Rp 1.000 dan yang paling mahal Rp 10.000," ujar pria asal Surabaya ini.

Setidaknya Alfi membuat 15 model tas dengan bahan spunbond. Namun yang paling laris adalah tas model serut yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Saban bulan, Alfi mampu memproduksi sekitar 20.000 hingga 25.000 pieces untuk berbagai keperluan. Bahkan jika pesanan sedang ramai, produksi Alfi bisa melonjak hingga 40.000 pieces. "Omzet rata-rata saya sekitar Rp 100 juta dalam sebulan," ujar Alfi.

Alfi menjelaskan, pesanan tas spunbond itu datang dari Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan hingga ke NTB dan Papua. Tidak hanya itu, ia juga diminta untuk memasok tas spunbond ke Australia. Untuk memenuhi semua pesanan tersebut ia dibantu oleh sembilan karyawan tetap dan juga didukung oleh 50-an pekerja paruh waktu.

Selain Alfi, Rasyid, asal Jakarta, juga memproduksi tas dan kantong spunbond sejak setahun belakangan ini. Sebelumnya, Rasyid adalah produsen tas khusus untuk aneka suvenir sejak tujuh tahun lalu. Rasyid beralih ke tas spundbond karena permintaan tas ini terus meningkat dari hari ke hari. Ia mengungkapkan telah memasok tas spunbond ke seluruh Indonesia hingga Malaysia.

Dalam sebulan Rasyid rata-rata mendapatkan permintaan sekitar 10.000 tas, dengan harga berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 7.500 per piece. Namun tidak jarang ia juga mendapat pesanan tas hingga sebanyak 50.000 pieces.

Kalau sudah mendapat pesanan segitu banyak, mau tak mau Rasyid harus berbagi rezeki dengan para produsen tas spunbond lainnya. Soal omzet di luar pesanan dalam partai besar, rata-rata Rasyid memperoleh duit sebesar Rp 30 juta per bulan. "Tas ini sedang laris karena harga yang murah namun modelnya punya banyak variasi," ujar pria 29 tahun ini.

Menurut Rasyid model yang paling laris ialah model dompet. Tas model dompet ini biasa dipesan untuk suvenir acara, khususnya untuk acara pernikahan. Rasyid memberikan kiat. Menurut dia, walaupun persaingan belum terlalu ketat, namun variasi model menjadi salah satu cara jika ingin produk ini tetap laris. "Saya biasa menyediakan berbagai variasi desain tas supaya tetap menarik minat pembeli," ujar Rasyid.

Raih sukses dengan menjadi broker waralaba

Perkembangan usaha dengan konsep waralaba masih mendatangkan keuntungan bagi yang mampu melihat peluang. Salah satunya, dengan menjadi broker atau agen waralaba. Sebagai informasi, hingga 2010, nilai bisnis waralaba di Indonesia mencapai Rp 114,64 triliun. Inilah yang membuka mata Rachmat Agung Nugroho untuk mendirikan Franchise First, sebuah agen franchise, awal 2010 silam. "Peran broker sangat penting, khususnya pada industri dengan nilai bisnis besar," ujarnya.

Franchise First berfungsi sebagai penghubung antara pencari waralaba dan pemilik waralaba, sekaligus bertindak sebagai konsultan yang akan menganalisis kelayakan sebuah franchise. "Kami akan memberi saran franchise yang potensial dan cocok, walaupun keputusan akhir di tangan klien tersebut," ujar pria berusia 34 tahun tersebut.

Di sisi lain, para pemilik waralaba juga membutuhkan broker untuk memperluas cabang mereka. Selain itu, keberadaan broker waralaba ini juga dibutuhkan oleh pemilik bisnis properti. Mereka bisa bekerja sama untuk mendapatkan investor yang akan menyewa atau membeli ruko sebagai ruang usaha.

Rachmat menawarkan waralaba Franchise First ini untuk menjadi master franchise. Posisi master franchise ini juga bisa disebut sebagai agen lepas. Selain agen lepas, Rachmat juga menawarkan kerja sama sebagai agen biasa untuk kota-kota yang belum memiliki master franchise.

Namun, agen biasa juga bisa berada di bawah master franchise. Biasanya agen biasa ini terdiri dari tenaga-tenaga freelancer. "Para agen lepas berhak atas 30% dari nominal franchise fee, dan 70% untuk agen biasa," terang Rachmat.  Saat ini Franchise First telah memiliki tiga master franchise di Jakarta, Solo, dan Surabaya. Nilai investasi untuk menjadi master franchise Franchise First ini sebesar Rp 150 juta untuk masa kerja sama selama lima tahun. Biaya ini belum termasuk biaya sewa untuk lokasi usaha.

Ira Novita, Manajer Investasi dari master franchise Franchise First di Jakarta, mengakui adanya keuntungan menjadi agen lepas Franchise First. Master franchise Franchise First yang berdiri sejak enam bulan lalu, kini telah memiliki tujuh agen biasa. Mereka menawarkan beragam waralaba, mulai dari bidang kesehatan, makanan dan hiburan, hingga pendidikan.

Menurut Ira, dalam sebulan, master franchise di Jakarta ini bisa mendapatkan 15 calon investor yang ingin berbisnis waralaba. "Bahkan, ada calon investor dari Gorontalo yang ingin membuka waralaba di kotanya," ujar Ira. Namun, lanjut Ira, calon investor mayoritas berasal dari Jabodetabek. Mereka banyak mencari waralaba atau kemitraan dengan nilai investasi berkisar Rp 100 juta hingga Rp 200 juta.

Dari setiap nominal investasi tersebut, maka terwaralaba Franchise First akan mendapatkan komisi berkisar 10%-30% dari biaya franchise fee. Besarnya komisi ini tergantung nilai investasi waralaba. Dari komisi itu, selanjutnya akan dibagi lagi, 70% untuk jasa agen biasa dan 30% untuk pemilik master franchise. Dari pendapatan master franchise ini, Franchise First pusat akan mengutip biaya 10%. "Dalam sebulan, master franchise bisa mendapatkan omzet lebih dari Rp 70 juta," ujar Ira.


Franchise World Indonesia
Jl. Gunung Sahari,
Komplek Marinatama
Blok E No. 5, Jakarta Utara
HP. 0898 9316 006, 0877 350000 18

Ekspor Produk Kerajinan Naik 10 Persen

Pemerintah memprioritaskan pengembangan industri kerajinan nasiona) karena berdaya saing tinggi serta menyerap banyak tenaga kerja dan penghasil devisa. Pada 2010, ekspor produk kerajinan Indonesia mencapai 670 juta dolar AS, dan diperkirakan meningkat 10 persen pada tahun ini.

"Pertumbuhan ekspor produk kerajinan Indonesia meningkat 5-10 persen setiap tahunnya," kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Sae-dah pada acara Pameran Industri Kreatif Yogyakarta di Plasa Industri Kemenperin Jakarta, Selasa (29/11).

Menurut dia, industri kerajinan yang termasuk kategori industri kreatif potensial untuk terus dikembangkan karena produknya diminati pasar dalam dan luar negeri. Industri kerajinan juga mampu menciptakan nilai tambah tinggi karena mengusung gagasan yang dipadukan dengan seni serta inovasi dan teknologi. Di Indonesia sendiri, industri kerajinan sudah berkembang di sejumlah daerah, seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Solo, Bali, Pekalongan, dan lainnya. Didaerah-daerah ini terdapat banyak produsen/ perajin yang berbakat dan masuk kategori ahli yang menghasil produk bernilai seni tinggi dan berciri khas spesifik, sehingga diminati pembeli.

Untuk Yogyakarta misalnya, industri produk kerajinan berkembang pesat. Mulai dari batik, anyaman, ukiran kayu, kain tenun/ikat tradisional) keramik gerabah hingga perhiasan perak. Meski demikian, kreativitas dan inovasi harus terus di-tingkatkan oleh produsen/-perajin produk kerajinan, sehingga juga bisa mengikuti selera pasar.

"Daya saing industri kreatif produk kerajinan harus terus ditingkatkan. Hal ini mengingat persaingan di pasar dalam negeri dan internasional yang makin ketat. Desain produk kerajinan yang terus berkembang serta selalu mengikuti tren pasar juga harus dilakukan pelaku industri kerajinan,"tutur Euis.

Monday, November 28, 2011

Koperasi Terbesar Dunia

Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan mendesak Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) secepatnya membentuk badan koperasi bagi pedagang kaki lima. Jika sudah terbentuk, maka ini merupakan koperasi terbesar di dunia. "Anggota APKLI sebanyak 25 juta orang. Jika semuanya tergabung, maka ini merupakan koperasi terbesar di dunia. Bayangkan, jumlahnya hampir sama dengan penduduk Malaysia," kata Syarief Hasan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APKLI di TM1I, Jakarta Timur, (27/11). "

Menurutnya, koperasi dapat menjadi solusi bagi pedagang kaki lima (PKL) yang memiliki kendala dalam permodalan. Pasalnya, implementasi dari program kredit usaha rakyat (KUR) salah satunya melalui koperasi. "Faktanya, KUR yang nilainya Rp 20 triliun per tahun saat ini belum sepenuhnya menyentuh PKL. Padahal PKL merupakan elemen bangsa pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional." jelasnya

Syarief mengatakan, pemerintah akan memudahkan akses kredit bagi pelaku usaha mikro, termasuk PKL. Dia berjanji akan menindak tegas pejabat pemerintah dan perbankan yang berlaku sewenang-wenang dengan mengutip biaya agunan bagi pengusaha mikro.

"Ada 26 BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang saya tugaskan untuk menyalurkan KUR Mikro yang nilainya Rp 20 juta Itu tanpa agunan. Kalau ada pejabat yang minta agunan, akan saya tindak tegas," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum DPP APKLI Ali Mahsun mengatakan, PKL merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem ekonomi dan pariwisata perkotaan, bahkan menjadi pemutaran roda ekonomi terbesar di Indonesia. Karena itu, PKL sejatinya diayomi, dilindungi, dan dibina, bukan dimusnahkan.

65 Ribu Unit UKM Pindang Ikan Beroperasi

Sebanyak 65.766 unit Usaha Kecil dan Menengah pengolahan pindang ikan beroperasi di Indonesia. UKM sektor perikanan itu diyakini bisa meningkatkan kesejahteraan nelayan. "Industrialisasi yang dicanang KKP tidak hanya mengarah ke unit usaha skala besar tetapi juga UKM. Unit ini padat karya," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutarjo di Jakarta, akhir pekan lalu. Pada kesempatan itu, Sharif membuka Festival Pindang Nusantara. Pemrakarsaferstival itu adalah Asosiasi Pindang Ikan Indonesia didukung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Menurut Cicip, industrialisasi pe-mindangan ikan dapat meningkatkan daya saing serta menambah nilai tambah bagi produksi ikan. Meski begitu, dia mengakui UKM pindang ikan mengalami kekurangan bahan baku. "Total kebutuhan bahan baku seluruh unit pengolahan ikan pindang di Indonesia mencapai 157 ribu ton per bulan," kata Cicip. Cicip memaparkan, KKP akan membangun jalur distribusi dari timur yang menjadi sentra pindang ke barat sebagai wilayah pemasaran.

Sementara itu, Dirjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Victor PH NiWjuluw mengatakan, industri pindang ikan hanya ada di Indonesia. Karena itu, industri tersebut menjadi andalah karena dinilai minim persaingan. "Di negara lain tidak ada pindang. Industri ini bisa terus dikembangkan," papar Victor.

Bordir Tasik, Produk Lokal Berkelas Dunia

Tasikmalaya adalah wilayah pecahan Kabupaten Tasikmalaya yang secara geografis terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa di wilayah Provinsi Jawa Barat. Menurut Wlkipedia Bahasa Indonesia Enslklopedia Bebas, kota ini memiliki perkembangan ekonomi yang lebih baik dibandingkan kota-kota lain di Indonesia.

Tasik -demikian kota Ini dlsebut-- memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara maksimal misalnya industri bordir yang sudah mendunia. Selama dua dekade pemerintah kota mulai membuat tempat pameran bordir untuk para pengrajin Tasik, yang berlokasi di Kawalu. Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tasikmalaya menyebutkan bahwa usaha kerajinan bordir di Tasik cukup meluas. Dari delapan kecamatan yang ada di wilayah Tasik, empat kecamatan di antaranya bergerak di bidang usaha pembuatan kain bordir, yaitu Clbeureum. Clpedes. Mangkubumi, dan Kawalu.

Pada tahun 2005. terdapat setidaknya 1.092 unit usaha bordir yang melibatkan 10.380 perajin. Kecamatan Kawalu tercatat sebagai wilayah yang memiliki paling banyak pelaku usaha kerajinan bordir, yaitu 87,7 persen dari total perajin bordir di Tasik. DI kecamatan ini. terutama di Desa Tegalsarl terdapat banyak pengusaha kain bordir berskala besar seperti Turatex. Purnama. Ciwulan. Haryatl. dan Bunga Tanjung. Total produksinya mencapai 7.2 Juta potong per tahun. Nilai produksinya telah mencapai angka di atas Rp 500 miliar dan mampu menyerap ribuan tenaga kerja.

Salah seorang pelaku usaha bordir Tasik yang namanya berkibar adalah Atik Jumaell. Melalui usahanya nyaris dari nol lewat bendera usaha Dewi Bordir.dengan modal Rp 50.000 plus satu unit mesin Jahit pada tahun 1991. kini Atik Jumaell mampu mengembangkan produk andalan usaha bordir seperti (atakan gelas berbodlr dan tutupnya, memimpin pasar di kelasnya. Bahkan kini produk-produk bordirnya kerap tampil dalam berbagai pameran di luar negeri dari Singapura hingga Rusia sekaligus pasar luar negeri.

Mulai dari "nol"

Pada dekade 1990-an ketika Atik Jumaell memulai usahanya, produk bordir Tasik telah Jauh berkembang dibandingkan beberapa dekade sebelumnya. Saat Itu produk bordir Tasik didominasi oleh busana muslim, khususnya baju perempuan termasuk baju gamis, dan kelengkapannya seperti mukena, rukuh. Jilbab. baju koko dan kopiah.

Beberapa dekade sebelumnya, yakni dekade 1960-an Jenis bordir yang banyak dihasilkan ialah kebaya dan pakaian tradisional China karena pemesan produk ini kebanyakan kalangan etnis Tionghoa. Sejak dekade 1970-an , setelah mesin bordirbertenaga listrik muncul di daerah ini. jenis produk bordir yang dihasilkan meluas ke Jenis kain untuk ruangan (home Interior), seperti sprel. taplak meja, dan gorden. Namun pada dekade 1980-an Jenis kain bordir yang diproduksi mulai bergeser ke busana muslim yang berkembang hingga kini.

Ketika mulai merintis usaha Dewi Bordir. Atik belum pernah menjalani satu pun usaha. Sebab sejak sebelum menikah dengan Jumaeli. Atik menjalani pekerjaan sebagai karyawan sebuah kantor konsultan hukum. Namun Atik bukan sosok yang asing terhadap dunia Jahlt-menjahlt. Anak kelima dari 10 bersaudara dari keluarga H Saun dan HJ Siti Huzaemah Ini tumbuh dajam keluarga modiste atau penjahit pakaian (wanita). Ibunya dikenai sebagai penjahit kebaya yang cukup dikenal di Cikalong. Tasik.

Selain itu Atik Juga sosok yang senang bekerja keras, disiplin, ulet, dan kreatif. Satu lagi karakter yang melekat pada diri nya ialah intuisi atau hidung bisnis yang tajam dalam menangkap peluang. "Usaha kerajinan bordir memang menuntut pelakunya gigih, ulet, tekun dan kreatif. Karakter seperti Itulah, yang melekat pada perempuan pengrajin bordir di Tasik dan membuat Tasik dikenal sebagai kota bordir." katanya.

Pada tahun 1996 ketika usaha bordirnya kian stabil. Atik sudah mulai berpikir bahwa Dewi Bordir harus memiliki badan hukum. Pikiran seperti Itu muncul karena Atik pernah bekerja di kantor pengacara dan banyak belajar dari pergaulan. Lahirlah kemudian CV Dewi Nugraha. Alamat CV Ini sama dengan tempat Atik menjalani usahanya, yakni di Jalan Panunggal Nomor 64, Kompleks

Asrama Polisi Tasikmalaya.

Pada tahun yang sama Atik Juga memperoleh suntikan modal dari hasil arisan yang dia Ikuti sebesar Rp 500.000. Dana itu digunakan untuk membeli satu unit mesin Jahit baru merek Zuki secara cicilan seharga Rp 3.500.000. Sisa utangnya dilunasi dengan cara mencicil. Sebagai suatu usaha perjalanan Dewi Bordir tidak berlangsung mulus. Pada tahun 1997 usaha ini pernah Jatuh. Ketika itu. Dewi Bordir menerima pesanan sebanyak 1.000 lusin (atakan dan tutup gelas senllai Rp 67 Juta. Tetapi krisis ekonomi tahun 1997 yang meluluhlantakkan Indonesia mengakibatkan uang hasil pesanan itu tak tertagih. Produksi Dewi Bordir pun sempat terganggu.

Omzet miliaran rupiah

Hal serupa juga terjadi pada 2007 ketika Dewi Bordir menerima pesanan busana berbordir sebanyak 400 pasang dari seseorang untuk dikirim ke Brunei. Pesanan sempat membengkak menjadi 550 pasang namun hanya 400 pasang yang dibayar sehingga Dewi Bordir mengalami tekor Rp 45 Juta dan tantangan-tantangan lainnya. Dengan kesabaran dan ketekunan. Atik mampu menerobos berbagai rintangan Itu. Hasilnya Dewi Bordir berkembang dengan mantap hingga Jumlah karyawan tetap hariannya mencapai 30 orang sementara karyawan musiman bisa menlmgkat dua kali lipat pada saat pesanan meningkat.

Pengalaman menjalani usaha dari bawah membuat intuisi bisnis Atik Jumaell terlatih membaca pasar. Memilih tatakan dan tutup gelas sebagai produk andalan Dewi Bordir adalah wujudnya. Meskipun terlihat remeh temeh produk andalan

Dewi Bordir Ini menjadi raja di kelasnya. Bahkan, produk-produknya membawa Tasik memperoleh kebanggaan. Tatakan dan tutup gelas Dewi Bordir menjadi salah satu produk UKM Tasik yang diekspor hingga mancanegara.

Dengan dukungan keluarga dan karyawan. Atik Juga telah mengantar Dewi Bordir menerima sejumlah penghargaan sekaligus kemudahan. Selain sedang meneriima fasilitas pameran secara gratis. Dewi Bordir Juga menerima fasilitas berupa ruko yang terdapat di Asia Plaza Jalan Hajat Mustofa Nomor 8 Tasikmalaya. Dari usaha kerasnya itu. omset yang dicapai Dewi Bordir mencapai sekitar Rp 100 Juta per bulan atau Rp 1 miliar lebih per tahun. Dari omset tersebut Atik meraih keuntungan bersih sebesar 20 persennya.

Untuk meningkatkan produksinya, Dewi Bordir sedang merintis Jalan untuk masuk ke segmen pasar menengah ke atas. "Alasannya di segmen ini kondisinya lebih stabil." katanya.

Atik mengaku sangat sadar bahwa di segmen ini dia akan menghadapi pemain yang hebat-hebat. Untuk memenangi pasar dia terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Selain Itu Dewi Bordir gigih menciptakan desain-desaln baru yang sesuai dengan tuntutan pasar. "Untuk tahu pasar kami mencari Informasi dari Internet atau majalah."

Sementara untuk pemasaran dan promosi. Dewi Bordir relatif tidak mendapatkan kesulitan. Selain mempertahankan promosi dari mulut ke mulut yang telah dibangun sejak awal melalui ajang arisan, bazar dan pameran. Atik Juga menempuh cara pemasaran yang sudah lazim ditempuh para pengusaha bordir Tasik pada umumnya, yakni memasarkan sendiri ke Jakarta dan beberapa kota lain. Para pengusaha bordir Tasik lazim memasarkan produk mereka ke sentra-sentra pakaian di Jakarta, seperti Pasar Tanah Abang dan Cipulir. Bahkan, awal 2011 lalu, Atik Juga merintis pembukaan cabang Dewi Bordir di Season City Jakarta Barat sekaligus membawa usaha ini lebih profesional. Untuk Itu Dewi Bordir sudah menyewa konsujtan bidang manajemen, termasuk di dalamnya untuk melakukan. "Saya Ingin maju seperti Dewi Motik (Dewi Motik Pramono-perempuan pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai mantan Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). Saya ingin membawa Dewi Bordir menjadi perusahaan ekspor yang maju." demikian tutur Siti Atikah Huzaemah Jumaeb mengakhiri kisah perjalanan usahanya.

DEWI BORDIR
Alamat Ji Panunggal No.64, Samping Aspol
Bojong. Tasikmalaya
Telp (0265)340621. Hp 081222886243
Fax (0285)3,40621
Email dew.njgrahacvOy3hoo.com
Contact person Hj Sin Atik Jumaell, SE

Jual Bubur Kacang, Yamin Raup Rp 30 juta/Bulan

bagi Yamin yang hanya lulusan SMA. menggeluti pekerjaan untuk menghidupi diri bukanlah perkara mudah. Apalagi dia tidak mempunyai keahlian apa-apa. Yamin pun menjajal berbagai pekerjaan. Mulai dari menjual kopi keliling di kawasan Kota Tua. Jakarta Barat, ojek motor, sopir angkutan, cuci steam, sampai bekerja di perusahaan ekspedisi sebagai pengirim barang dia lakoni lebih dari setahun.

Saat Itu. dalam benaknya hal terpenting dalam pekerjaannya adalah halal. Meski, akhirnya dia merasa semua pekerjaan yang dilakukannya itu tidak menghasilkan apa-apa, bahkan tidak pernah mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Maka, dia pun merubah pola pikir untuk tidak menjadi seorang karyawan.

Hasilnya, saat ditemui Warta Kota di kediamannya di Papanggo. Tanjung Priuk. Jakarta Utara. Senin (21/11) slang, pria kelahiran 33 tahun silam itu sudah memiliki 10 gerobak untuk menjual bubur kacang hijau, dengan omzet Rp 30juta perbulan.

Yamin mengaku, ketertarikannya untuk berbisnis bubur kacang hijau berawal dari seorang tetangganya yang menjual bubur kacang hijau. Ia melihat bahwa penjualan bubur kacang hijau tersebut cukup menjanjikan. Akhirnya ia nekat untuk meminjam uang kepada bank Rp 12 juta untuk modal awal dengan membuat 4 gerobak lengkap dengan isinya seperti bahan baku untuk membuat bubur kacang hijau, mangkuk, sendok, panel, kompor gas. dan lainnya. Saat Itu. modal untuk membuat per gerobak, totalnya Rp 3 Juta. Tetangganya pun menyetujui untuk bekerja dehgan Yamin, pasalnya la Juga memberikan tempat tinggal kepada tetangga yang telah menjadi karyawannya Itu.

"Setorannya per orang hanya Rp 113.000 per hari, artinya Jika dikalikan dengan 10 gerobak maka saya mendapatkan omzet Rp 113.000 per hari dan sebulan sekitar Rp 30 juta. Tapi mereka yang menjual, bisa mendapatkan penghasilan Rp 200.000-Rp 300.000 per hari," kata Yamin. Menurut Yamin, dirinya per hari untuk bahan bakunya menghabiskan 25 kg kacang hijau. 15 liter ketan hitam 15 liter. 15 kg gula putih, dan 20 kg gula merah untuk 10 gerobak.

Setiap hari bahan tersebut saya bagikan saat malam. Lalu sekitar jam 2 pagi, mereka langsung mengolah bahan tersebut, saat pagi Jam 6 pagi mereka mulai berjualan sampai Jam 2 siang. Setiap harinya bisa habis 100 mangkuk. Mereka saya sarankan untuk libur seminggu sekali, tapi kalau mereka tetap mau jualan seminggu full ya tidak apa-apa, asal kesehatan mereka bisa dijaga," kata pria yang mengatakan karyawannya kebanyakan berasal dari Tasikmalaya Itu.

Yamin menambahkan, untuk bekerjasama dengan para karyawannya itu selalu menerapkan sistem kekeluargaan. Seperti dengan selalu membuka pintu untuk menerima keluh kesah para karyawannya, la pun tidak Jarang sering melakukan tukar pendapat dengan karyawannya untuk membicarakan penjualannya Jika terjadi penurunan omzet. "Udah hukum dagang kalau berjualan itu kadang laku dan kadang tidak laku. Bahkan kalau ada Retorannya yang kurang dan baru bisa dibayarkan esok harinya saya tidak masalah. Kalau saya yang penting karyawan senang, saya Juga senang. Semuanya dengan sistem kekeluargaan. ucap Yamin yang baru- baru Ini meraih Juara II Lomba Wirausaha Muda Astra dengan mendapatkan uang tunai Rp 25 Juta.

Siapkan 5 Gerobak Lagi

Semua perjuangan Yamin tidak sia-sia, meskipun dulu ia harus menggeluti berbagai pekerjaan, namun sekarang sudah menuai kerja kerasnya. "Alhamdulillah. Allah memberikan Jalan, dengan bubur kacang Ijo ini sekarang saya bisa menghidupi Istri. 2 putri." kata Yamin yang Juga dipilih sebagai Ketua RT di tempat tinggalnya sejak 2007 lalu Itu. Yamin mengaku perjalanannya cukup panjang. Memang saat memulai 1997 hanya mempunyai 4 gerobak, namun tidak sampai setahun kemudian la mulai membuat 3 gerobak lainnya lagi. DI tahun 1998 ia kembali membuat 5 gerobak, namun 2 gerobak lainnya sudah memisahkan diri untuk mandiri yang dikelola karyawannya sendiri.

Saat ditemui Warta Kota. Senin (21/11). Yamin mengaku sudah mempunyai usaha lainnya seperti, toko peralatan menjahit. 4 buah kontrakan, dan 1 toko lsi ulang pulsa. Dalam sebulan kini omzetnya sudah mencapai sekitar Rp 40 Juta. Apalagi la baru-baru Ini meraih Juara II Lomba Wirausaha Muda Astra dengan mendapatkan uang tunai Rp 25 Juta. "Rencananya saya akan membuat 5 gerobak lagi dan membuat kos-kosan, kata Yamin.

Pedagang kaki lima desak perpres

Pemerintah didesak menerbitkan peraturan presiden yang melindungi dan memastikan kelangsungan usaha pedagang kaki lima. Ketua Umum Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKL1) Ali Mahsun mengatakan permintaan ini juga disampaikan kepada DPR agar mendesak adanya pengaturan keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang lebih melindungi dan memberi kenyamanan berusaha melalui peraturan presiden (perpres).

"Melalui Perpres, memastikan kesempatan usaha PKL di setiap daerah yang bisa berpotensi menjadi kekuatan baru ekonomi rakyat," ujarnya pada Rakernas APKLI dan pencanangan Primer Nasional Koperasi Bintang Lima Indonesia, akhir pekan lalu.

Jumlah anggota APKU saat ini, lanjut Ali, sekitar 25 juta orang yang terbukti sebagai pelaku usa-ha tangguh dan mampu memberi kontribusi bagi penanggulangan ketenagakerjaan. "Sebab, kelompok ini tidak pernah menerima fasilitas pembiayaan dari perbankan ataupun pemerintah."

APKLI mencatat dari 25 juta anggota di seluruh daerah, 8 juta PKL di antaranya diperkirakan.te-lah menyerap tenaga kerja. "Jika diberi kesempatan berusaha, PKL diyakini bisa lebih berdaya dan bermartabat." Karena itu seluruh pemimpin daerah diminta membuka dialog bagi penataan lokasi PKL karena kelompok pelaku usaha yang satu ini bukanlah bagian dari permasalahan pembangunan Indonesia.

Kepala daerah, menurut Ali, seharusnya mengedepankan pendekatan sosial budaya, bukan dengan pandangan normatif. Pasalnya, PKL sama dengan rakyat Indonesia lain yang memiliki hak konstitusi tetapi lingkungan usaha yang diberikan sangat tidak manusiawi.

"PKL bukan sampah, mereka justru berprofesi sebagai wirausahawan andal. PKL juga berperan sebagai retailer hingga 80% untuk pasar nasional," tutur Ali Mahsun pada acara yang dihadiri pula oleh Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan dan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso. Adapun, rencana pendirian Primer Nasional Koperasi Bintang Lima oleh APKLI yang diresmikan Sjarifuddin Hasan, diposisikan sebagai mesin permodalan bagi anggota asosiasi pelaku usaha tersebut di seluruh Indonesia. "Sebelum mencanangkan pendirian koperasi ini, kami sudah berkeliling dan secara umum seluruh daerah melaporkan keluhan bahwa permasalahan mereka sama yakni, tidak bisa akses pembiayaan, termasuk dari program kredit usaha rakyat [KUR] ataupun pembiayaan dari BUMN," kata Ali.

Tindakan tegas Menkop Sjarifuddin Hasanberjanji akan mengeluarkan rekomendasi pemecatan bagi pejabat perbankan yang masih meminta agunan terhadap pelaku usaha mikro yang mengakses KUR. "Saya akan beri rekomendasi ke gubernur bila masih ada pejabat bank mewajibkan calon debitur mikro menyediakan agunan tambahan," ujarnya seusai membuka Rakernas APKU.

Kendala pembiayan yang juga dirasakan anggota APKLI, lanjut Sjarifuddin, harus dikurangi, salah satu metodenya dengan memberi punishment guna mempertegas komitmen pemberdayaan sektor mikro. "PKL adalah pahlawan besar ekonomi Indonesia. Kelompok ini harus mendapat perlakuan sama dari sisi permodalan dan pembiayaan dengan masyarakatumumnya."

Menkop menegaskan pemerintah melalui program KUR mengalokasikan Rp20 triliun per tahun hingga 2014. Jika perbankan berpihak kepada pemberdayaan ekonomi nasional, harus melayani kebutuhan PKL. "Fakta bahwa KUR belum sepenuhnya menyentuh PKL jadi catatan kami. Ke depan kami memberi jaminnan bahwa bank penyalur tidak akan minta agunan tambahan yang memang tidak dimiliki PKL."

Sjarifuddin menegaskan KUR mikro maksimal Rp20 juta tidak mengenakan agunan kepada debiturnya. Karena itu Menkop meminta maaf bila dalam implementasi penyaluran KUR, belum bisa melayani semua calon debitur dengan baik. Anggota APKU diminta bisa memahami jika masih terjadi kendala ketika mengakses pembiayaan ke perbankan. Sebab, faktor utama penyebab berbagai kendala, dampak dari besarnya jumlah penduduk Indonesia, yang kini sekitar 237 juta orang," kata Sjarifuddin.

Sunday, November 27, 2011

Banting Setir dari Kontraktor, Joko Darmono Sukses Usaha Angkringan

Untuk menjadi seorang pengusaha memang dibutuhkan semangat juang tinggi dan kerja keras. Meskipun gagal, namun semangat berjuang tidak boleh padam. Itulah yang terjadi pada Joko Darmono, pria paruh baya asal kota kuliner, Solo ini, tetap berusaha meskipun modal yang ada semakin menipis.

Awalnya, pria yang kini berusia 42 tahun ini, merantau dari kota asalnya ke Jakarta . Di Jakarta, dia mengadu nasib dengan membuka usaha kontraktor gedung dan perumahan. Namun, peta persaingan usaha yang sudah didominasi nama-nama besar, membuat perusahaan yang di gagas Joko tidak bertahan lama.

“Saya dulu sempat membuat usaha kontraktor, namun kolaps karena banyak pemain besar di sana. Lalu saat itu saya hanya mempunyai uang cash Rp400 ribu. Saya berpikir dengan uang sedikit seperti itu mau usaha apa? Alhamdulillah saya dikasih keahlian memasak dan memutuskan untuk membuat usaha angkringan ini,” imbuh Joko.

Joko terbilang memiliki usaha angkringan di Jalan Mochamad Kahfi 2 Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. “Saya kan berasal Solo dekat dengan Yogyakarta makanya saya usaha ini karena memang sangat jarang warung makan seperti ini dari Jakarta ,” ungkap Joko ketika berbincang kepada okezone, belum lama ini.

Angkring, warung makan asal Jogjakarta ini memang sangat berbeda, karena penjualnya menjajakan makanan dan minuman hanya dengan gerobak dorong, namun hal itulah yang jarang sekali dijumpai di Jakarta . Angkringan dalam bahasa Jawa, berarti duduk santai.

Selain murah, kualitas rasa pun tak kalah dengan restoran mahal yang ada di pusat-pusat perbelanjaan. Karenanya, gerobak dorong tersebut hanya ditutupi kain terpal dengan suasana remang-remang membuat angkringan ramai dikunjungi remaja maupun orang tua.

Menggunakan ilmu padi, makin berisi makin merunduk, Joko yang sudah merasakan pahit manisnya perjalan usaha, memilih untuk tidak mengekspose dirinya dengan pemberitaan di media. Padahal, dia mengaku beberapa media telah mengajukan untuk meliput angkringannya tersebut, namun ditolaknya, karena tujuannya memang bukan untuk menjadi selebritis warung makan.

“Pernah dulu mau diliput sama lima media tapi saya menolak,” demikian pengakuannya. Lantas, kenapa kini dia mau membeberkan liku-liku kehidupannya.? “Karena Anda merupakan pelanggan saya. Jadi saya tidak mungkin menolak apapun permintaan pelanggan,” akunya sambil tertawa.

Dari hasil angkringan ini, Joko dapat meraup untung sebesar dan berhasil membuat lapangan pekerjaan dengan mempekerjakan tiga karyawan yang berasal dari tempat lahirnya. “Alhamdulillah saya bisa meraih untung kurang lebih Rp30 juta-Rp40 juta dan mempekerjakan tiga karyawan yang merupakan tetangga di kampung saya,” ungkap Joko.

Ke depannya, Joko berniat untuk membuka cabang di setiap daerah Jakarta . Namun, dia tidak menetapkan target pastinya ekspansi bisnisnya ini. Karena, saat ini dia hanya fokus untuk mengembangkan Angkringan yang dibangun susah payah ini. “Target ke depan memang ada niat untuk membuka cabang, namun belum tahu kapan terealisasi karena sampai saat ini saya fokus disini terlebih dahulu,” jelas Joko.

Makanan Khas

Angkringan ini banyak menjual makanan dan minuman, namun yang paling khas adalah Sego Kucing dan Kopi Joss. Sego kucing dengan sambel cabai Jawa yang terasa pedasnya dan tersedia lauk ikan teri, ikan bandeng dan ati ampela yang dijual dengan harga Rp2 ribu per bungkus.

“Kalau kopi joss itu yang paling dicari di sini. Karena selain rasanya yang nikmat, para pengunjung juga penasaran dengan cara membuatnya. Awalnya kopi hitam biasa dikasih gula lalu diceburin arang. Kan bunyi joss tuh jadi dinamakan kopi joss,” jelas pria yang biasa dipanggil Pakde ini.

Namun, bukan itu saja menu andalannya. Angkringan miliknya mempunyai menu yang tak kalah spesialnya seperti roro mendut, ceriwis, semar mesem dan wedang jahe susu. “Kebanyakan saya menamakannya dengan nama-nama yang terasa khas Jawanya, seperti roro mendut. Ini sebenarnya dalam bahasa Indonesianya biasa disebut es buah dengan campuran fanta dan susu. Nah, semar mesem itu biasa disebut es jeruk campur susu. Kalau ceriwis, seperti roro mendut tadi tetapi campurannya Sprite,” kata Joko.

Tak Sekadar Angkringan

Pria yang lahir di Solo ini mengaku, dia kerap diundang ke pernikahan langganannya. Dia didaulat, lantaran Akringanya ini menjadi saksi bisu tempat pelanggan bertemu jodoh untuk pertama kalinya. Para artis ibu kota yang sedang syuting di daerah dekat dengan angkringan juga banyak yang gemar makan di warungnya. “Alhamdulillah banyak yang kasih undangan ke saya, dan ternyata sama-sama pelanggan angkringan ini,” tuturnya seraya tertawa.

Warung makan yang diberi nama Angkringan Sumber Urip ini memiliki arti Sumber Kehidupan yang membawa keberkahan dan kerahmatan bagi para pengunjung warung makan ini. “Semoga kehidupan pengunjung angkringan ini seperti sesuai dengan namanya,” harap Joko.

Muliamin: Dari Tangerang, ritsleting sampai ke negeri seberang

Lahir dari keluarga pedagang tidak membuat Muliamin puas. Dia berpikir, pengusaha bukan hanya berdagang tapi harus menciptakan barang. Pikiran tersebut membawa dia menjadi produsen sekaligus eksportir ritsleting terkemuka di Indonesia. Menggebrak pola pikir dari bisnis dagang menjadi produsen ternyata cukup sulit bagi Muliamin. Maklum, lahir dari keluarga pedagang yang mempunyai kios cukup mapan membuat orang tuanya sangsi dengan bisnis baru anaknya.

Tapi, kesangsian itu sudah terjawab. Saat ini, dengan membawa merek AmcoZip, ritsleting buatan Muliamin mampu menapaki pasar luar negeri. Produk itu sudah diekspor ke beberapa negara, seperti Turki, Bangladesh, Mesir, Argentina, Peru, India, dan Pakistan. PT Fajarindo Faliman Zipper yang membawahi bisnis ini kini memiliki kapasitas produksi sampai 70 ton per bulan.

Omzet Fajarindo juga terus bertumbuh 20%–30% tiap tahun. Pendapatan dari hasil ekspor di tahun 2008 sudah mencapai US$ 2,45 juta. Padahal, kontribusi ekspor hanya 40% dari total omzet Fajarindo. “Paling besar penjualan memang masih berasal dari dalam negeri,” cerita Muliamin. Di dalam negeri, Fajarindo melabeli produknya dengan nama IndoZip.

Saat ini Fajarindo memiliki sekitar 800 karyawan. Jumlah tersebut mulai menipis lantaran semua produksi sudah banyak menggunakan mesin. “Sebelumnya, karyawan bisa mencapai 1.500-an orang,” kenang Muliamin. Kebutuhan karyawan yang begitu tinggi lebih disebabkan Fajarindo telah menghasilkan ritsleting mulai dari hulu sampai hilir.

Pria kelahiran tahun 1946 ini mengaku sebelum memulai bisnis ini hidupnya tidak mulus. Orang tua Muliamin yang berprofesi sebagai pedagang melarang untuk merintis bisnis baru. “Orang tua saya bilang, ngapain kamu susah-susah harus memproduksi segala?” ujar dia.

Tapi, menurut Muliamin, berdagang adalah bisnis tidak ada nilai seninya. Bahkan, pria ini enggan jika harus membantu orang tuanya menjaga warung. “Saya justru bekerja di perusahaan elektronik yang memproduksi radio,” ujar dia. Pria asal Medan ini mengaku memang menyukai pekerjaan merakit atau memproduksi barang.

Tapi tidak dipungkiri, inspirasi memproduksi ritsleting ini memang dari dagangan orang tuanya saat di Medan. “Orang tua saya jualan kebutuhan jahit menjahit seperti benang, ritsleting, kancing, dan lain sebagainya,” tutur Muliamin.

Meski tidak mendapat restu dari orang tua, Muliamin yang saat itu sudah menikah, pada tahun 1979 mulai merantau ke Jakarta untuk memulai bisnis merakit ritsleting. Dia lantas menyewa rumah toko (ruko) di daerah Pinangsia, Jakarta Barat. Saat itu, ia memulai dari merakit ritsleting dari bahan setengah jadi (long chain).

Muliamin cukup diuntungkan dengan kondisi pasar. “Saat itu, permintaan (demand) jauh lebih besar dari pasokan,” aku dia. Tak ayal, produk ritsleting hasil rakitannya banyak diminati orang. Padahal, modal awal untuk membuka bisnis ini tidak besar, bahkan bisa dibilang nol. Soalnya, ia mengambil long chain dari Taiwan. Ada kawannya semasa kuliah yang bekerja di sana dan bersedia memasok barang untuk kemudian diolah kembali menjadi ritsleting jadi.

Muliamin juga diuntungkan karena biasanya orang yang pesan membayar di depan terlebih dahulu sebelum barang jadi. Karena itu, ia tak butuh modal cukup besar saat itu. Apalagi, istrinya sangat membantu dalam memulai bisnis ini. “Istri saya bahkan menjadi pekerja juga saat awal usaha,” ujar dia.

Meski sudah sukses, Muliamin tidak mau berhenti menjadi produsen ritsleting dari bahan setengah jadi. Ia lantas mencoba memproduksi dari awal. Tentunya, memproduksi ritsleting bukan perkara mudah. Di awal usahanya, hasil karyanya banyak dicemooh orang. Maklum, sebagai pemula di bisnis ini, produksinya jauh di bawah standar ritsleting pada umumnya. Tapi, dia tidak putus asa. Muliamin terus mencoba untuk membuat ritsleting dengan kualitas cukup bagus.


Belajar sampai Taiwan

Untuk meningkatkan kualitas produksi, Muliamin belajar ke Taiwan soal produksi ritsleting. Tapi, untuk masuk ke pabrik pembuatan ritsleting di sana tidaklah mudah. “Saya harus menjalin hubungan baik dengan pemilik pabrik untuk dapat belajar di situ,” kata dia. Butuh waktu lima tahun sampai dia bisa menemukan teknik membuat ritsleting dengan kualitas cukup bagus.

Mulai dari sana, kapasitas produksi Muliamin mulai bertambah tiap tahun. Ia lantas memindahkan tempat produksinya ke Jalan Faliaman Raya, Tangerang. Saat ini, di pabrik seluas 10 hektare tersebut, bisnisnya berkembang pesat.  Selain itu, dari semula hanya merambah pasar di Jakarta, Bandung, dan Medan, Muliamin mulai menjual produknya ke luar negeri. Ia mampu menembus pasar luar negeri lantaran punya jaringan dan kemampuan berbahasa Inggris.

Pemerintah seleksi UKM kreatif

Kementerian Koperasi dan UKM tengah menyeleksi usaha kecil menengah yang menerapkan teknologi produksi dan pemasaran kreatif dan inovatif guna menerima penghargaan Partisara Utama. Burhanuddin Abdullah, ketua dewan juri penganugerahan Partisara Utama, mengatakan dengan kriteria tersebut. UKM lain diharapkan makin terinspirasi guna mencapai kinerja bisnis excellence

"Inilah yang kami coba sam-paikan kepada masyarakat usaha agar bisa termotivasi dan melakukan perkuatan, pemberdayaan bisnis, sehingga lebih berani di segala medan," ujarnya kemarin. Karena itu, UKM yang ditetapkan menerima penghargaan adalah unit usaha yang mengedepankan bahan baku produknya dari sumber daya lokal dan memiliki nilai tambah.

Dengan begitu, produk UKM terpilih itu realtif lebih baik dibandingkan dengan kompetitornya," tutur mantan Gubernur Bank Indonesia yang kini rektor Institut Manajemen Koperasi In-donesia (Ikopin) tersebut. Menurutnya, sulit memastikan produk UKM yang masuk nominasi penerima penghargaan mempunyai keunggulan 100%. Namun, sejak penilaian tahap awal sudah mendekati kriteria yang ditetapkan tim juri.

"Seperti halnya manusia, kita tidak mungkin bisa menjadi orang baik 100%, yang ada hanya mendekati kriteria baik. Jadi sama halnya dalam UKM, perlu rekayasa sosial yang dilakukan dari waktu ke waktu." Rekayasa sosial. yang dimaksud, menurut Burhanuddin, un-tuk menciptakan kondisi kondusif seperti ketika masih dilaksanakan kompetisi antarkelompok pendengar, pembaca dan pemirsa (kelompencapir) yang diadakan secara rutin di perdesaan.

Program tersebut sebenarnya melalui rekayasa sosial yang dilakukan pemerintah, tetapi hasilnya sangat positif karena seluruh Kelompencapir memiliki keinginan untuk bisa berkompetisi dengan kelompok lain. "Partisara Utama diberikan kepada UKM berprestasi sesuai kinerja dan kriteria yang ditetapkan panitia. Artinya, pemenang-nya sudah pasti representasi dari UKM yang benar-benar terbaik dari yang terbaik, meski tidak terbaik secara utuh 100%."

Dengan begitu UKM yang akan memenangi penghargaan diseleksi secara ketat, karena ke depan akan dijadikan model bagi UKM lain yang ingin mencapai prestasi sama. "Dalam pengertian, secara kelembagaan dan ekonomi makin membaik, karena salah satu penilaiannya, mereka juga tercatat membantu sisi sosial untuk meningkatkan kesejahteraan lingkungan."

Waralaba minimarket jadi Pilihan

Ada uang berlebih dan ingin "mengembangbiakkan" uang sekaligus jadi "entrepreneur" yang siap mengambil risiko dan secara sosial ingin membuka lapangan kerja? investasi di bisnis waralaba minimarket adalah pilihan. Balik modal ya harus sabar, butuh waktu 2,5 tahun hingga 3 tahun. Kalau lebih dari itu, evaluasi komprehensif perlu dilakukan!

Lihat saja di pinggiran Kota Tangerang Selatan, Banten, seperti Jalan Pamulang Dua yang panjangnya tidak lebih dari 3 kilometer. Indomaret versus Alfamart, yang dahulu hanya berkompetisi seberang-se-berangan, kini sudah terlihat ada yang bersaing body contact, tepat bersebelahan. Total di sepanjang jalan itu sudah ada delapan minimarket tersebut

Pudjianto, Wakil Presiden Direktur Alfamart, secara gamblang menjelaskan, investasi membuka Alfamart me-. miliki banyak cara. Hitungan lokasi, katakanlah tempatnya adalah sewa standar rumah toko, minimal dua ruko selama lima tahun saja, biayanya mencapai Rp 300 juta. Itu dengan asumsi sewa per tahun Rp 60 juta.

Renovasi dan perizinan mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta Ditambah lagi peralatan komputer kasir, meja kasir, rak toko, dan perangkat lainnya mencapai Rp 150 juta. Kemudian, imbalan waralaba (franchise fee) serta biaya pembukaan toko dan pernak-pernik lainnya sekitar Rp 100 juta Paling tidak, investasi awal mencapai Rp 600 juta hingga Rp 750 juta

"Balik modal investasi tergantung lokasi dong. Kalau penjualan bisa mencapai Rp 10 juta per hari, balik modal bisa 2,5 tahun hingga 3 tahun. Itu sudah dihitung biaya operasional. Kalau lebih dari kurun waktu, misalnya 4 tahun, kita mesti evaluasi besar-besaran untuk mendorong pemasaran," kata Pudjianto.

Meski terkesan agak sulit, gerai Alfamart yarig berbentuk waralaba terbukti bisa sekitar 1.700 unit. Sekitar 5.600 unit atau 70 persen dari total toko dikelola Alfamart sendiri. Pengembangan bisnis ini pun dilakukan dalam bentuk operator mandiri. Dalam hitungan kurun waktu tertentu, gerai baru bisa dimiliki si operator. Ini mirip pengemudi di sejumlah perusahaan taksi. Pengemudi itu menjadi karyawan, lalu menyetorkan hasil penjualan, H-n doioin Kurun waktu tertentu, mo-bil taksi menjadi milik si sopir.

Tak kehabisan akal, pengelola Alfamart yang gerah dihadang ribut-ribut perizinan toko ritel pun mengembangkan peluang bisnis dalam format gerai binaan Alfamart (OBA). Model ini memberikan kepastian pasokan dan pemilihan barang sesuai permintaan mayoritas konsumen. Konsumen pun terjamin oleh identitas Alfamart dalam memperoleh produk bermutu.

"Nah, model ini hanya butuh investasi rata-rata Rp 5 juta hingga Rp 10 juta untuk sekadar meng-upgrade (meningkatkan peringkat) toko, tanpa mengubah nama toko aslinya Dalam tiga tahun, kami sudah memiliki 90.000 OBA. Dari jumlah itu, sekitar 70.000 yang aktif," kata Pudjianto yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia.

Tak berbeda jauh. Indomaret pun memiliki keunikan dalam investasi. Terlebih pada pengembangan inovasi belanja satu pintu (.one stop shopping) ritel yang menjadi unggulan. Mulai dari penjualan pulsa dan listrik prabayar, tiket kereta api, tiket konser musik, hingga menjual CD musik eksklusif Indomaret. CD Kla Project, misalnya, dalam 35 hari penjualannya mampu mencapai 50.000 keping.

"Jadi, bukan hanya melayani kebutuhan konsumen sehari-hari. Zaman sekarang kita tidak bisa hanya melihat pesaing di depan atau samping kita karena sikap ini hanya akan membuat kita melihat terus-menerus ke belakang," kata Direktur Marketing PT Indomarco Prismatama Wiwiek Yusuf.

Model investasi terdiri dari, pertama, franchise yqng lokasinya diten-tukan investor. Tentunya, ada survei terlebih dahulu agar minimarket itu dapat sesuai dengan target penjualan ataupun proses balik modal. Kedua, model pembukaan toko dengan metode ambil alih (.take over). Artinya, lokasi dan toko milik Indomaret dapat dikerjasamakan operasionalnya. Dalam waktu tertentu, orang yang menjalankan bisnis (franchisee) ini dapat memiliki toko ita

Hitung-hitungan investasi toko baru, di luar bangunan, meliputi imbalan waralaba {franchise fee) lima tahun, biaya awal dan promosi pembukaan, perizinan, renovasi dan tambahan daya listrik, serta peralatan elektronik dan non-elektronik. Investasi dibedakan dalam bentuk 45 rak jualan yang mencapai Rp 320 juta, sedangkan sebanyak 55 rak mencapai Rp 370 juta.

Berdasarkan pengalaman Indomaret, investasi tersebut baru balik modal sekitar 3 bulan hingga 3,5 tahun. Itu bisa diraih jika penjualan rata-rata Rp 9 juta-Rp 10 juta per hari. Kekuatan ritel juga bertumpu pada sistem distribusi. Tentu, sekali lagi, lokasi sangat menentukan. Dari 5.827 gerai kami, sebanyak 38 persen milik franchisee, sedangkan selebihnya, 62 persen, justru dikelola dengan model toko take over. Dari tingkat kegagalan bisnis, saya melihat dari survei, hanya di bawah 5 persennya kok," ujar Wfwiek.

Semua pemilik bisnis waralaba tetap sama-sama berpendapat, bisnis pasti mengandung risiko. Tidak ada satu pun yang bisa menjamin keberhasilannya tanpa pengembangan inovasi pemasaran yang kreatif. Terlebih, bisnis ini semakin menjadi pilihan dan terus menjamur ke sejumlah daerah.

Thursday, November 24, 2011

Daur Ulang Mebel Bekas Berkualiatas

Ragil Nugroho (Bandung) Untuk menyediakan mebel daur ulang yang antik, pedagang mebel di Tamansari, Bandung mencari mebel bekas dari gedung tua, museum hingga ke luar negeri. Tapi tak seluruh mebel tua didaur ulang, pedagang hanya mencari mebel tua dari kayu yang berkualitas.

Terkenal sebagai pusat pejualan mebel murah tidak membuat pedagang mebel di Sentra Tamansari, Bandung menyepelekan kualitas. Mereka menjual mebel daur ulang dari mebel bekas pakai yang terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi.

Darmayadi, pemilik toko Lancar Jaya bUang, tak semua mebel bekas atau mebel tua itu yang terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi. Untuk mencari mebel bekas berkualitas tinggi itu, pedagang mesti mengetahui jenis kayu yang digunakan, termasuk bentuk serat kayu pada mebel itu. Darmayadi memberi contoh, mebel daur ulang yang banyak diminati adalah mebel yang terbuat dari kayu jati belanda, meranti atau kayu kamper.

Untuk mendapatkan mebel bekas berkualitas itu tidaklah mudah. Darmayadi harusmemiliki banyak jaringan untuk mendapatkannya. Biasanya, ia mendapat pasokan mebel bekas dari pemilik bangunan tua, rumah pejabat diplomatik atau dari museum. "Jaringan luas dibutuhkan untuk mengetahui sumber mebel bekas itu," terang Darmayadi.

Baru-baru ini, Darmayadi baru saja membeli sebuah kursi bekas dari gedung Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Kursi bekas pakai itu dibeli seharga Rp 2 juta per unit. Ia mengaku berani beli tinggi karena kursi itu terbuat dari kayu eboni yang bernilai tinggi. "Setelah didaur ulang kursi saya jual seharga Rp 7 juta," kata Darmayadi.

Menurut dia, pembeli mebel daur ulang kebanyakan penggemar barang antik.. Semakin tua dan semakin berkualitas kayu mebel bekas tersebut, maka semakin banyak kolektor yang akan memburunya

Sementara itu, Indrawan Hikmawan, pemilik toko mebel Hikmah menempuh cara berbeda untuk mendapatkan pasokan mebel bekas. Karena sudah 20 tahun bekecimpung di dunia mebel, Indrawan bisa mendapatkan mebel bekas dari mancanegara, seperti Italia, Belanda dan Perancis. "Jika kayu mebel bekas impor itu bagus, saya berani beli hingga Rp 5 juta per unit," tegasnya.

Namun begitu, pasokan mebel bekas mancanegara itu tidaklah rutin. Indrawan harus bersabar menunggu mebel bekas itu datang ke Indonesia. "Pasokan datang sebulan sekali itu sudah bagus," ujar Indrawan.

Ia berani membeli tinggi mebel bekas dari luar negeri itu karena pasarnya yang menarik. Mebel daur ulang dari mebel bekas impor itu juga banyak dicari oleh kolektor benda antik. Tapi memang jumlah pembelinya terbatas," terang Indra.

Karena pasokan mebelbekas dari luar negeri terbatas, Indrawan pun terbatas menjualnya. Dari seluruh penjualan Indrawan, mebel daur ulang dari mebel bekas impor itu hanya menyumbang 30%.

Penjualan Indrawan terbanyak datang dari penjualan mebel daur ulang yang terbuat dari mebel bekas lokal. Selain itu penjualan Indrawan datang dari penjualan mebel yang terbuat dari kayu bekas industri. Tak hanya itu Indrawan juga mengantongi penjualan dari mebel yang terbuat dari kayu baru.

Untuk menjual mebel kayu baru, Indrawan lebih banyak ikut tren pasar mebel. Sedangkan bahan kayu yang digunakan berasal dari kayu jati dari Jawa Tengah. "Mebel baru lebih banyak berdesain minimalis yang tidak memerlukan banyak ruang," terang Indrawan.

Gurih Laba dari Biskuit Berbahan Baku Ikan Patin

Ikan patin akrab bagi lidah masyarakat Indonesia. Tak hanya bisa dikonsumsi segar dengan dibakar, dipin-dang ataupun digoreng, ikan yang hidup di air tawar ini bisa diolah jadi biskuit yang kaya protein. Saban bulan, usaha biskuit ikan patin datangkan omzet puluhan juta rupiah.

Siapa yang tidak mengenal kelezatan ikan patin? Asal pandai mengolahnya, ikan yang hidup di air tawar ini mampu membangkitkan selera makan dengan keempukan dan rasa gurih dari dagingnya. Wajar bila jumlah pengon-sumsi ikan patin ini terus bertambah. Konsumsi yang terus bertambah sudah barang tentu juga diimbangi dengan kenaikan produksi atau budidaya ikan patin.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, jumlah produksi ikan patin mencapai 273.554 ton per tahun. Diperkirakan jumlah ini akan bertambah seiring dengan kebutuhan dan konsumsi masyarakat. Apalagi, dalam perkembangannya, ikan patin tak hanya bisa menjadi lauk pauk yang lezat tapi juga menjadi camilan dan gurih. Inovasi membuat camilan berbahan ikan patin inilah yang dilakukan Nirmala Larasati.

Bertempat di Bogor, Jawa Barat, ia mengembangkan usaha pembuatan biskuit dari ikan patin sejak iniiun lalu. Saat ini, ia bisa menjual 200 bungkus biskuit ikan patin dalam sepekan. Dengan harga sebungkus biskuit ikan patin seberat 500 gram itu, seharga Rp 30.000, Nirmala mengaku kalauomzet yang ia dapatkan mencapai Rp 20 juta saban bulan.

Mengusung merek Crisplin, konsumen biskuit ha-sil olahan Nirmala berasal dari wilayah di Jabodetabek, Bandung hingga Semarang. "Namun, seku n ibelibiskuit ikan patin ada di Jakarta," terangnya.

Untuk mengolah ikan j;tr m menjadi biskuit itu, Nirmala terlebih dahulu mengolah ikan patin menjadi tepung ikan. Tidak seluruh bagian ikan patin bisa diolah menjadi tepung ikan, Nurmala harus memisahkan kulit ikan, duri serta isi perut terlebih dulu. Hanya bagian daging ikan patin serta kepala saja yang bisa diolah untuk menjadi tepung. Bila tepung sudah jadi, proses akan berlanjut dengan membuat biskuit berbahan baku tepung dari ikan patin.

Saat ini, Nirmala mampu mampu mengolah sekitar 500 kilogram (kg) tepung ikan patin. Ia mendapat pasokanikan patin dari pebudidaya ikan patin di wilayah Bogor. Selain Nirmala, ada Rudianto yang juga merintis usaha membuat biskuit ikan patin sejak Februari 2011 lalu. Walaupun terbilang baru, Rudianto sudah mampu memproduksi 300 kg biskuit ikan patin yang dijual dalam kemasan plastik. Konsumen saya baru dari Jabodetabek," terang pemilik CV Solo Karya di Sukabumi ini.

Nirmala mengklaim biskuit ikan patin itu memiliki asam amino, asam lemak esensial, vitamin serta mineral. Selain itu, biskuit ikan patin juga mengandung kalsum tinggi yang sangat baik untuk anak-anak. Biskuit ikan patin berman-faal bagi kesehatan usia lanjut yang membutuhkan pasokan kalsium yang lebih banyak.

Usaha Pembuatan Air Minum Kemasan

Sebagai kebutuhan pokok, air minum akan selalu dibutuhkan. Alhasil, bisnis air minum berkualitas bakal terus menjanjikan. Saat ini, air minum non-mineral dalam kemasan muncul sebagai alternatif air minum. Bahkan, air minum ini diminati warga perumahan elit di Jakarta dan Bandung.

AIR minum merupakan kebutuhan dasar untuk mei\jaga metabolisme tubuh, ((leh karena itu, kebutuhanakan air minum yani; sehat tidak akan pernah surut Peluang bisnis yang menjanjikan inilah yang membuat Mulyono Simowibowo tergiur memproduksi air minum. Dengan mengusung merek Celebrity, Mulyono memulai usaha ini 1 i Bandung pada 2006.

Berbeda dengan air minum kemasan lainnya, vicinity merupakan air minum non mineral. Saat ini. lelebritj sudah merambah pasar Bandung dan Jakarta Kebanyakan klien saya warga perumahan elit yang sudah sadar akan pentingnya kesehatan air minum." ujar Mulyono.

Selama tni, Mulyono melakukan pemasaran dari pintu ke pintu. Strategi itu cukup jitu um uk meraih hati pelanggan. Mulyono mendapat pasokan daii PT Perusahaan An Minum PAM  sebanyak 15.000 hingga 26.000 liter per hari. Ia membeli air dengan harga Rp 135.000 tiap 5.000 liter. Setelah memperoleh pasokan air, ia mengolah air tersebut dengan proses distilasi atau penyulingan.

Dengan modal Rp 300 juta.

Mulyono membeli berbagai mesin untuk memproduksi air minum ini. Seperti mesin boiler untuk memanaskan air hingga menjadi uap dan mesin kondenser untuk merubah kembali uap menjadi air. "Dengan proses itu, maka air akan steril dari kadar mineral, pungkas Mulyono. Dalam proses lm akan terjadi pengurangan massa air sekitar 20%.

Setelah diolah di pabriknya di Bandung, ia menjual produk Celebrity mulai dari kemasan cup 220 ml, botol il, botol 600 ml, botol 1,5 liter liingga ukuran galon 19 liter. Dalam sehari, eiebrity bisa terjual hingga 20.000 liter dalam berbagai kemasan.

Iv insumen eiebrity paling banyak mengkonsumsi kemasan galon ukuran 19 liter dengan harga Rp 11.000 per galon untuk harga Bandung dan Rp 12.500 untuk harga Jakarta "Dalam sebulan omzet minimal Rp 180 juta," ujar Mulyono.

Pemain lainnya adalah Hendri Darmawan yang menjual produk air kemasan non-mineral dengan merek  elestine. Memulai usaha sejak 2010 di Bekasi, saat ini ia sudah bisa menjual 8.000 liter air non mineral per hari dengan harga Rp 10.600 untuk ukuran galon 19 liter dan Rp 8.500 untuk ukuran 12 liter.

Pelanggannya baru berasal dari sekitar Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Berbeda dengan Mulyono, Hendri lebih fokus pada produk kemasan galon karena margin keuntungan lebih besar. Sayang, Hendri enggan menyebutkan omzetnya.

Mulyono mengaku, tantangan terberatnya adalah saat mengubah pandangan masyarakat tentang air inineral. Biasanya, untuk mensosialisasikan air non mineral itu, ia melakukan demo sederhana bagaimana memproduksi air minum non mineral kepada para calon pelanggannya.

Meski begitu, ia yakin, bisnis ini akan tetap punya masa depan. Alasannya, masih banyak pihak yang belum mengetahui informa-si tentang air non mineral. "Selain itu, pemainnya sangat terbatas," tambah Hendri.

Ongkos Distribusi Tinggi, Daya Saing UKM Melemah

Ongkos distribusi di Indonesia dinilai masih tinggi bahkan bisa mencaplok 10 persen-15 persen dari total biaya produksi dan menjadi salah satu penyebab lemahnya daya saing produk UKM dengan barang impor. Oleh karena itu, peningkatan daya saing harus menjadi agenda utama pengembangan UKM. Daya saing dihasilkan oleh produktivitas dan efisiensi serta partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya dalam perekonomian.

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif bagi UKM antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

Dwi Rianta Soerbakti, anggota Komisi B DPRD DKI Ja-karta, partisipasi masyarakat diperlukan untuk membuat seluas mungkin basis perekonomian sehingga menjadi kukuh dan handal, baik masyarakat sebagai produsen maupun sebagai konsumen. "Untuk meningkatkan daya saing, ongkos distribusi harus dipangkas semin-im mungkin. Faktor penyebab tingginya ongkos distribusi bisa disebabkan oleh insfrastruktur yang tidak memadai dan pungli, ujar Rianta saat membuka kegiatan Dialog Interaktif Antara Legislatif Dengan Masyarakat Gema Dewan" di Auditorium GOR Bulungan, Jl. Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kemarin

Tubagus Arief, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta lainnya, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional, hal initerlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.

Perlunya UKM meningktakan akses kepada aset produktif, terutama modal, di samping juga teknologi, manajemen, dan segi-segi lainya yang penting. Perlunya peningkatan akses pada pasar, yang meliputi suatu spektrum kegiatan yang luas, mulai dari pencadangan usaha, sampai pada informasi pasar, bantuan produksi, dan prasarana serta sarana pemasaran.

Sementara itu, Nurul Safitri, pengamat dari UI, untuk meningkatkan daya saing dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Pemprov DKI Jakarta perlu-memperluas sistem kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM. "Membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura," tandasnya.

Nur Fajar, Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan, Provinsi DKI Jakarta, mengatakan saat ini Pemprov DKI Jakarta sedang mengupayakan kemitiaan strategis. Kemitraan usaha merupakan jalur yang penting dan strategis bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat. "Kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di negara-negara lain, sepeti keempat macan Asia, yaitu Taiwan, Hongkong, Singapore, dan Korea Selatan, dan menguntungkan pada perkembangan ekonomi dan industrialisasi mereka yang teramat cepat itu," ujarnya.

Segarnya Bisnis Es Krim Carvellos Ice Cream

Pamor es krim memang tak pernah pudar. Maklum, hampir semua kalangan suka mengudap es krim, baik anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Pasar es krim yang terus membesar, memikat CV Media Wirausaha Indonesia (MWI) terjun pada bisnis ini. Dua tahun terakhir, perusahaan yang bermarkas di Bekasi, Jawa Barat itu meluncurkan Carvellos Ice Cream.

Carvellos Ice Cream adalah gerai yang menjajakan berbagai produk es krim dengan harga terjangkau. Sejak enambulan lalu, MWI menawarkan kemitraan gerai ini. Menurut Ariyanto, Direktur Operasional CV Media Wirausaha Indonesia, es krim punya daya tarik tersendiri. "Es krim bisa diolah dari beragam ba-han, seperti coklat, susu, stroberi, vanilla dan setiap waktunya mengalami pengembangan rasa dan menu," ujarnya.

Sejak berdiri, Carvellos pun terus mempertahankan komitmennya, yakni menyajikan es krim berkualitas tanpa ba-han pengawet dengan harga terjangkau. °Bahan baku kami sesuai dengan standar BPOM dan bersertifikat halal," tandas Ariyanto.

Meski baru setengah tahunmenawarkan kemitraan, Carvellos sudah menjaring 30 mitra yang tersebar di Jabodetabek, Karawang, Purwakarta, Bangka Belitung hingga Palangkaraya. Mitra itu terjaring lewat penawaran empat paket, yaitu paket agen Rp 3,5 juta, paket konter Rp 7 juta, paket sub depo Rp 10 juta, dan paket depo Rp 20 juta.

Paket Resto

Untuk mendongkrak bm nd Carvellos, bulan lalu, MWI menambah paket kemitraan berupa resto atau mini kafe. Dengan paket ini, MWI membidik konsumen Carvellos Ice Cream di mal atau pusat belanja. "Kami optimis bisa mendapat banyak konsumen di mal," ujar Ariyanto.

Untuk paket resto ini, mitra harus menyiapkan biaya investasi sebesar Rp 50 juta. Mitra pun akan memperoleh semua perlengkapan berjualan, mulai dari mesin es krim hingga bahan baku awal.

Mereka menawarkan puluhan menu es krim, dengan banderol harga mulai Rp 3.000 untuk es krim cone, hingga Rp 8.000 untuk nyak es krim. Selain itu, Carvellos Ice Cream juga menawarkan menu es krim goreng, yaitu roti isi es krim, seharga Rp 5.000.

Hitungan Ariyanto, mitra usaha bisa memperoleh omzet Rp 30 juta per bulan. "Dengan perolehan omzet ini, mitra bisa balik modal dalam waktu antara enam bulan hingga satu tahun,1 jelasnya. Selain itu, dengan menambah paket baru ini, Ariyanto ingin menawarkan Carvellos Ice Cream dengan sistem waralaba. "Kini, kami terus mengembangkan jaringan di beberapa kota," ujarnya.

Menurut Khoerussalim Ikhsan, Pengamat Waralaba, pangsa pasar es krim masih cukup bagus ke depan. Pasalnya, es krim mampu mengikal kuat konsumen anak-anak hingga remaja dan dapat pulamenjaring konsumen dewasa dan orang tua. "Es krim bisa dibilang mak.man semua umur, ujai

Khoerussalim .juga menilai, paket resto Carvellos Ice Cre am ini masih wajar dan relevan. Namun, ia tetap menekankan, adanya komitmen untuk terus bei Inovasi Jan konsisten menggarap segmen pasarnya, yaki mene-ngah ke bawah. Saya khuwa-ika mereka menjajal seg-i pasar yang lebih tinggi akan gagal bersaing dengan produk es krim yang sudah 11 na," tegasnya. Carvellos Ice Cream Jl (.1111111 Utara 2 No 4A laka Sampurna, Bekasi Telp. (021)97095999 HP. 082111278999

Wednesday, November 23, 2011

UKM Kerajinan Oniks Tulungagung, Tetap Percaya Diri Hadapi Produk China

Hanya dengan modal Rp 1 juta, Supriyono mengawali usaha kerajian batu oniks. Melalui berbagai perjuangan yang sangat berat, kini ia menjadi pelaku UKM yang sangat sukses. Pada 1992, dengan tekad bulat Supriyono merintis usaha kerajinan batu oniks. Saat itu, usaha tersebut merupakan satu-satunya penyambung hidup bagi dirinya, orang tuanya, maupun bagi adik-adiknya yang masih kecil. Kini, ia merasakan bahwa hasil usahanya tersebut melebihi dari yang ia perkirakan sebelumnya.

“Inilah hasil perjuangan masa lalu. Untuk mencapai sukses memang tidak mudah,” kata Supriyono, yang ditemui SH di ruang pamer “Mutiara Onix”, Jalan Raya Popoh, Desa Gamping, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, awal pekan lalu.

Ia mengatakan, pengetahuan tentang batu oniks didapatnya sekitar 1990. Saat itu Supriyono bekerja di salah satu perusahaan kerajinan oniks di sekitar rumahnya. Dengan menjadi karyawan di perusahaan tersebut, Supriyono tahu banyak tentang usaha tersebut, mulai dari pemilihan bahan yang bagus, proses produksi, pemilihan desain, hingga pemasaran. Saat itulah naluri wirausahanya muncul.

Dua tahun kemudian, Supriyono memutuskan keluar dari perusahaan tersebut, dan memberanikan diri membuka usaha kerajinan yang sama. “Waktu itu saya hanya punya uang tabungan Rp 1 juta. Uang itulah yang saya jadikan modal awal untuk membeli bahan baku ,” katanya.

Karena waktu itu tidak memiliki mesin produksi, ia hanya memproduksi oniks yang kecil-kecil, dan semuanya dikerjakan dengan tangan. “Saya hanya bisa memproduksi berbagai bentuk cenderamata kecil, karena tidak membutuhkan alat-alat produksi yang canggih,” ujarnya.

Lambat laun, usaha itu pun terus berkembang. Namun sayang, ia tidak memiliki modal yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen. Akhirnya, ia harus berutang ke sana-kemari untuk memenuhi permintaan konsumen.

Berkat kegigihannya menawarkan produknya di berbagai istansi, akhirnya pada 2000 usaha Supriyono mulai dilirik Dinas Perdagangan Kabupaten Tulungagung. Beberapa kali ia ikut pameran yang disponsori pemerintah daerah setempat. “Saat itulah kami mulai dipercaya bank. Mereka berani memberikan kredit tanpa agunan. Itulah awal kebangkitan kami,” katanya.

Pasar Ekspor

Permintaan pasar yang terus meningkat membuat Supriyono semakin percaya diri mengembangkan usaha kerajinan batu oniks ini. Ia mulai membeli berbagai peralatan mekanik untuk mempermudah dan mempercepat proses produksi. Hingga saat itu, berbagai produk kerajinan ini tidak hanya dinikmati pasar dalam negeri, tetapi sudah merambah pasar ekspor ke berbagai negara, baik di Asia, Amerika, dan Eropa.

Negara tujuan ekspor di antaranya Amerika Serikat, negara-negara Eropa seperti Prancis, Italia, Inggris dan Cekoslovakia, serta negara-negara Asia seperti Taiwan, Jepang, dan Hong Kong. Sementara itu, hasil produk yang banyak diminati pasar ekspor adalah kitchen set, perlengkapan kamar mandi, serta berbagai bentuk hewan.

Untk pasar dalam negeri lebih banyak dikirim ke Bali, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan beberapa daerah di Kalimantan. Hasil produk yang banyak diminati adalah pernik-pernik seperti tempat tisu, hiasan meja, dan beberapa bentuk cenderamata. “Kami terus menjaga kualitas agar konsumen puas,” tuturnya.

Meski sudah cukup sekses, saat ini Supriyono menghadapi pesaing yang cukup berat, yakni produk-produk oniks dari China. Ini karena produk oniks dari China harganya relatif lebih murah dibanding oniks yang diproduksinya.

Menurut Ida, istri Supriyono, untuk menyiasati agar kosumen tetap membeli kerajinan oniks produksinya, kualitas bahan harus dijaga. Pihaknya meyakinkan para konsumen bahwa bahan oniks produksinya lebih baik dibanding produk China.

Bahkan, lanjutnya, bahan baku oniks ini tidak hanya berasal dari Tulungagung, tetapi juga didatangkan dari Malang, Bawean, Trenggalek, Bojonegoro, dan Blitar. “Oniks dari Bojonegoro memiliki kualitas paling bagus, sehingga harganya lebih mahal 40 persen dibanding oniks dari daerah lain,” ujar Ida. Hingga saat ini, jurus tersebut masih cukup ampuh untuk mempertahankan kepuasan pelanggan.

Sebelumnya, lanjut Ida, memang ada pembeli dari Belanda yang kompain karena harga kerajinan oniks di Tulungagung lebih mahal. Tetapi setelah pihaknya melakukan demo uji kualitas dengan menyorot oniks pruduksinya dengan cahaya lampu, ternyata lebih tembus seperti kaca.

“Akhirnya pembeli tersebut semakin yakin bahwa oniks Tulungagung lebih baik dibanding produk China,” katanya dengan girang. Kepuasan pelanggan menjadi kunci kesuksesan usahanya.

Tembakau Jabar Tembus Pasar Ekspor

Tembakau Jabar telah mampu menembus pasar ekspor. Setiap tahun tak kurang dari 500 ton tembakau asal Jabar diekspor ke mancanegara. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jabar, Nana Suryana mengatakan, yang telah mampu diekspor adalah komoditi tembakau hitam. "Sebenarnya permintaan ekspor besar, kami belum mampu memenuhinya," kata Nana di Bandung.

Volume ekspor ini baru sekitar 10 persen dari kemampuan produksi tembakau di Jabar. Adapun produksi tembakau di Jabar setiap musim sebanyak 9.200 ton yang tersebar di sekitar 11 sentra perkebunan tembakau. Masing-masing di Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Banjar, Ciamis, Cirebon, Sukabumi, Bandung Barat serta Kabupaten Bandung. Sementara luasan perkebunan tembakau di Jabar ditaksir sekitar 8.500 ha.

Untuk ekspor sendiri ditujukan ke negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam serta Taiwan dan negara Asia lainnya. "Untuk Jabar, khususnya Sumedang, mampu panen tiga kali," sebut Nana.

Furnitur Menarik di Jalan Kalimalang

Ada satu tempat yang menawarkan berbagai macam furnitur (perabot rumah tangga) menarik dan berkualitas. Selain dibuat oleh para perajin furnitur yang andal, harga yang ditawarkan juga relatif murah. Tempat penjualan furnitur menarik, murah, tetapi berkualitas tersebut terletak di Jl Inspeksi Saluran Tarum Barat, Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, atau lebih dikenal dengan nama Jl Kalimalang.

Tempat ini tepatnya berada sebelum pintu masuk Cipinang Indah bila dari arah Jakarta ke Bekasi. Paung (50), pembuat furnitur di Toko Barokah Furnitur yang ditemui SH baru-baru ini, mengatakan, harga produk yang ditawarkan relatif lebih murah. Di samping itu, yang menjadi keunikan toko ini adalah menyerahkan sepenuhnya kepada konsumen bentuk atau gambar dari furnitur yang akan dipesan.

“Pada prinsipnya, kami bisa mengerjakan semua permintaan konsumen. Mulai dari meja, lemari, kasur, perabotan dapur, rak buku, dan lainnya. Semua furnitur yang kami hasilkan, dijamin tahan lama dan kuat karena kami menggunakan kayu palet atau kayu yang khusus digunakan untuk peti kemas untuk ekspor-impor,” ujarnya.

“Untuk harga yang paling murah adalah meja dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 50 cm seharga Rp 150.000. sementara harga termahal yang pernah kami jual adalah lemari yang tingginya 2 meter dan panjang 4 meter dengan harga Rp 4,5 juta. Untuk ukuran kecil, kami bisa selesaikan dalam waktu 2-3 hari. Namun bila ukurannya besar, kami membutuhkan waktu lebih lama lagi,” tuturnya.

Mengenai pendapatan dari hasil usahanya, menurut Paung, “Alhamdulilah, selama ini usaha kami tidak pernah sepi pelanggan, minimal per hari ada satu orang yang memesan perabotan. Bahkan ada yang pernah memesan perabotan lengkap mulai dari yang kecil hingga besar karena orang tersebut baru saja pindahan,” jelasnya.

Terkait kualitas, menurut Pendi, pembuat furnitur lainnya, ia memberikan jaminan alias garansi. “Kalau soal kualitas jangan khawatir. Selama saya membuat perabotan atau furnitur, tidak pernah ada konsumen yang protes atas hasil buatan saya. Kebanyakan mereka puas,” ungkapnya.

“Bagi mereka yang ingin memesan, cukup memberikan contoh desain atau gambar yang mereka inginkan. Dengan adanya contoh, kami bisa membuat sama dengan contoh desain yang diberikan,” jelasnya. “Seperti halnya meja komputer, konsumen cukup memberikan contoh desainnya maka hasilnya pun akan sama dengan contoh, bahkan dengan kualitas yang lebih baik,” katanya.

Agar Menarik Peritel Bedah 100 Warung

Para  peritel siap merangkul pedagang warung atau toko. Selain memberi pelatihan dan manajemen kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Mereka siap memasok barang, bahkan menyiapkan dana buat bedah warung. "Senin (28/11) besok, kita akan memberi pelatihan kepada 150 UKM di sini (Kementerian Perdagangan, red)," kata Manager Media Relation PT Sumber Alfaria Trijaya, Atikah Sunarya, kepada Pos Kota di Kementerian Perdagangan, Rabu (23/11).

Menurut rencana, acara pelatihan manajamen kepa-da 150 UKM ini akan dibuka Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan dihadiri juga pengurus Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).

Pelatihan manajemen yang digelar peritel Alfa-mart ini meliputi berbagai hal. Selain memberi pengetahuan tentang manajemen yang betul seperti bagaimana mengelola pembukuan, juga bagaimana mendisplay atau menata barang yang benar agar orang tertarik berbelanja ke warung atau tokonya. "Kami siap memberi resep kepada para UKM," ucapnya. Bahkan bukan hanya itu, Alfamart juga siap memasok barang ke pedagang, jika mereka memintanya.

DUKUNGAN ALFAMART

Selama ini, Alfamart juga sudah memberi dukungan kepada para UKM, dengan membedah warung atau toko mereka agar terlihat bagus hingga bisa menarik pembeli. Dari target bedah 100 warung atau toko tahun ini, Atikah mengaku Alfamart sudah membedah 80 waning atau toko milik UKM. "Setiap bedah satu warung atau toko bisa menghabiskan biaya sekitar Rp30 juta," terangnya.

Tuesday, November 22, 2011

Laba Cantik dari Lampu Hias Kulit Jagung

Pembungkus kulit jagung yang sering menjadi sampah, ternyata bisa mendatangkan rupiah. Tentunya, setelah kulit jagung itu disulap menjadi kap lampu yang cantik dan menarik. Permintaan lampu hias ini berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. Perajinnya bisa mendulang omzet hingga puluhan juta rupiah saban bulan.

Sebagian  masyarakat Indonesia pasti mengenal jagung. Selain menjadi makanan pokok penduduk di beberapa wilayah bagian timur Indonesia, seringkali orang mengudap jagung sebagai makanan ringan. Sei tara itu, kulit jagung kerap menjadi sampan atau barang tak bernilai.

Namun, di tangan orang kreatif, limbah sampah kulit jagung bisa mendatangkan rupiah . Seperti yang dilakukan oleh Ery Murdiyanto dari Jongja dan Heri Darmawan dari Gallery Goa Barong, di Klaten, Jawa Tengah. Dari tangan kedua perajin itu, limbah kulit jagung yang sering disebut klobot ini disulap menjadi benda seni, berupa lampu hias nan cantik

Maklum, limbah kulit jagung sangat berlimpah dari sekitar rumah tinggal Ery dan Heri. "Kami ingin membuat barang yang memiliki fungsi dan punya nilai seni dengan memanfaatkan limbah yang ada," kata Ery. Proses pembuatan lampu hias kulit jagung ini juga jauh dari sentuhan bahan kimia Pasalnya, pewarnaan hanya mengandalkan warna alami kulit jagung.

Nah, untuk membuat kerajinan nan apik itu, terlebih dulu kulit jagung itu disetrika hingga rata. Selanjutnya, gunting lembar klobot itu sesuai bentuk dan pola yang diinginkan. Kulit jagung itu kemudian ditem-pelkan satu per satu ke permukaan fiber. Setelah semua permukaan tersebut tertutup rapi, baru fiber dipasang pada sebuah rangka bambu ataupun kayu. Terakhir adalah memasang dudukan bola lampu pada rangka bawah lampu hias kulit jagung tersebut.

Lampu hias kulit jagung ini dipasarkan mulai harga Rp 50.000 untuk tinggi 50 cni, sampai Rp 500.000 untuklampu besar setinggi duameter. "Harga lampu jenis ini sangat tergantungmodel dan ukuran," imbuh Ery.

Dalam satu hari, Ery yang dibantu lima orang karyawannya sanggup membuat hingga 10 lampu klobot Setiap bulan, setidaknya Erysanggup menjual hingga 300 buah lampu klobot berbagai ukuran.

Sebagian besar pembeli lampu klobot ini adalah pemilik rumah makan, hotel serta penjual kerajinan lainnya Selain Yogyakarta dan Solo, permintaan datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Bali, dan Sorong, Papua Dari usaha ini, setiap bulan setidaknya Ery mampu meraup omzet hingga Rp 75 juta.

Untuk mempercantik tampilan lampu klobot, Ery sering menambahkan dekorasi hiasan daun kering, bunga kering, pelepah pisang kering, buah-buahan kering seperti buah mahoni dan bunga kelapa kering.

Selain Ery dan Heri, perajin lampu hias dari kulit jagung lainnya adalah Jupriadi. Ia mulai menekuni usaha ini sejak awal 2011 di Kalimantan Barat. Berbeda dengan Ery, Jupriadi hanya membuat satu jenis lampu hias kulit jagung. Ia menggunakan besi tempa ringan sebagai rangka lampu hias yang berbentuk prisma.

Proses pembuatan lampu irri, terbilang lebih lama, karena menggunakan bahan baku besi ukir. Alhasil, dalam satu bulan, Jupriadi hanya sanggup membuat 150 buah lampu hias kulit jagung.

Harga sebuah lampu ini dipatok Rp 200.000. Denganbegitu, omzet Jupriadi bisa mencapai Rp 30 juta

Jupriadi telah memasarkan lampu hias kuli! jagung buatannya ini hingga Bali dan Sumatera Tentu saja, ia juga menjual produknya di seluruh wilayah Kalimantan.

Sayang, Jupriadi mengaku masih kekurangan pasokan bahan baku. Apalagi, saat musim hujan seperti sekarang ini. Pasalnya, tak banyak petani di Kalimantan Barat yang bertanam jagung. Selain itu, kulit jagung pwu akan sulit keringkan karena minimnya sinar matahari untuk penjemuran kulit jagung.

Selain itu, Jupriadi pun mengaku masih kesulitan mendapatkan sumber daya manusia terampil untuk bengkel kerjanya "Saya baru dibantu dengan tiga orang rekan kerja saya Masih sulit mencari tenaga kerja yang terampil," kata Jupriadi.

Ingin Maju, Manajemen Perlu Dibenahi

Walau Tonik terus berinovasi dari segi produk, model, dan warna, ternyata hal itu belum cukup membuat Amalia Thessen puas. Setelah enam tahun berjalan, ia merasa masih ada hal yang mengganjal dan bisa mempengaruhi kelangsungan bisnisnya ke depan, terutama mengenai manajemen dan pemasaran produk.

Memang  bisnis fesyen dan aksesori yang dijual di Toko Unik atau Tonik bisa dibilang telah menimba sukses. Lahat saja, kini jaringan Tonik telah mampu menghasilkan duit ratusan juta rupiah per bulan. Namun kesuksesan itu tak lantas membuat si empunya Tonik, Amalia Thessen puas. Amalia merasa harus ada perbaikan dari segi manajemen agar usahanya ini dapat berkembang lebih melesat lagi.

Amelia mengenang, ketika kuliah, seorang karibnya menasehati, untuk mengembangkan usaha maka perlu manajemen yang baik, terutama mengenai manajemen keuangan. "Sobat saya bilang, usaha sudah punya pelanggan. Karena itu dengan manajemen yang baik pasti akan lebih berkembang," ujar Amelia mengenang nasihat sobatnya itu.

Nasehat itu memang tak berlebihan. Amelia mengakui, dia memang terlalu fokus dalam pengembangan fesyen dan aksesori. Baginya, manajemen maupun pengelolaan pemasaran masih dinomorduakan.

Perempuan yang mengaku idealis dalam hal fesyen ini berniat untuk membenahi dan menyusun sistem manajemen usahanya ini. "Bulan depan kami juga akan menggunakan jasa akuntan untuk mengaudit keuangan," beber Amelia.

Soal pemasaran pun bakal digarap lebih serius. Setelah memasang logo Tonik di paper bag dan produk sepertikaos, tas, dan dompet, kini Amelia berniat memasang Igo Tonik di produk aksesori seperti gelang dan kalung. Selain im, logo Tonik juga bakal mejeng di mana-mana. Kini logo itu baru tertempel di kendaraan operasional atau di lokasi bazar atau pameran.

Menurutnya sistem manajemen dan pemasaran ini sangat penting. Maklum, pada 2012 nanti, Amelia berambisi membuka toko grosiran yang lebih besar. "Sebelum mencapai itu semua kami harus punya sistem manajemen yang kuat," ungkapnya

Niat Lia untuk membuka toko grosiran sudah mulai ia rancang. Ia sudah menyiapkan tempat di Mal Ambassador, Jakarta Selatan. Ia menganggap pengunjung mal itu seseuai dengan segmen pasar yang dia garap. "Kami tak asal tunjuk tempat, kami sudah riset sebelumnya bahwa produk kami banyak juga yang dijual di tempat tersebut," tandasnya

Ambisi Amelia lainnya adalah membuka Tonik di mal premium, sekaliber Grand Indonesia Ia yakin, produk fesyen yang ditawarkan di Tonik bisa merepresentasikan produk fesyen lokal yang berkualitas yang tak kalah dengan produk impor.

Keyakinan itu dilandasi dari pengalamannya saat memproduksi dan menjual syal ikat dari bahan kaos, pada 2010 lalu. Tak dinyana, "Awal yang tidak disengaja itu temyata sambutannya luar biasa besar," ujar Amelia.

Dalam sehari syal itu bisa terjual hingga 150 pieces dengan harga Rp 75.000 per buah. Amelia menyatakan, antusiasme pelanggan terhadap produknya itu lantaran syal tersebut hampir memiliki persamaan dengan syal yang dijual di toko retail premium seperti Zara.

Hal itu pun dibenarkan oleh Ebi Febrian, sekondan Amelia dalam mengelola Tonik. Menurut Ebi, produk syal tersebut seharusnya bisa menjadi ikon Tonik. Namun karena buruknya manajemen pemasaran syal tersebut, penjualan syal itu tak berlangsung lama karena kompetitor langsung berbondong-bondong membuat produk serupa. "Bisa dibilang

Tonik pernah menjadi iamlsrtter dalam syal ikat sebelum muncul pemain lain yang ikut memproduksi syal serupa tanpa kami ketahui sebelumnya," ujar Ebi. Manisnya berjualan syal tersebut hanya bisa bertahan selama enam bulan.

Itulah sebabnya, Amelia menegaskan, ketika manajemen Tonik mulai kuat, ia bakal membangkitkan lagi produk yang pernah sukses dibesutnya seperti pil), sepatu lukis, dan syal ikat. "Karena tren pasar saat ini masih ke arah baju dan aksesori," tukas Amelia.

Yanti Riyanto, reseller Tonik di Jakarta menambahkan, kelebihan produk Tonik adalah banyaknya referensi soal model serta kreativitas yang dimiliki oleh Amelia dan team kreatifnya membuat pelanggan tak pernah jenuh dengan produk yang dihasilkan. "Saya juga nyaman kerjasama dengan Tonik dan Amelia," pungkas Yanti.

214 Koperasi di Malang Terancam Bangkrut

Sebanyak 214 koperasi di Kota Malang, Jawa Timur, terancam bangkrut karena saat ini sudah tidak aktif menjalankan berbagai prinsip usahanya. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kota Malang Bambang Suharijadi di Malang, Rabu (16/11), mengakui, sebanyak 214 koperasi tersebut sudah tidak lagi pernah laporan, apalagi menggelar rapat anggota tahunan (RAT), dan pembagian sisa hasil usaha (SHU).

"Ratusan koperasi yang sudah tidak aktif itu sangat sulit untuk direvitalisasi karena berbagai kendala. Kami sudah beberapa kali melakukan upaya untuk membangkitkan kembali koperasi-koperasi tidak aktif ini agar tidak sampai bangkrut, namun sulit sekali," katanya.

Kendala umum yang dihadapi Dinas Koperasi dan UKM di antaranya sulit menghubungi anggota koperasi bersangkutan. Ketika ditelusuri ke alamat yang tertera dalam badan hukum, katanya, ternyata sudah tidak ada lagi. Kondisi itu, katanya, cukup menyulitkan Dinas Koperasi dan UKM ketika ingin membantu melakukan revitalisasi agar bisa aktif dan bangkit kembali.

Bahkan, katanya, tidak sedikit ditemui koperasi yang hanya tinggal papan nama. Selama dua tahun terakhir, jumlah koperasi yang masuk kategori harus direvitalisasi dan mendapat bantuan keadministrasian maupun manajerial sudah berkurang. Sebelumnya sebanyak 274 unit, namun karena ada yang mampu bangkit, saat ini tinggal 214 koperasi.

Jika upaya revitalisasi tidak bisa lagi mampu membangkitkan koperasi tersebut, katanya, tidak menutup kemungkinan badan usahanya akan dicabut. Selama 2011, tiga koperasi di daerah itu dicabut izinnya. Ia menjelaskan, sebenarnya tidak mudah membubarkan koperasi yang memiliki badan usaha, apalagi sudah beroperasi dan melayani nasabah. Namun, katanya, pencabutan izin tidak bisa dihindari jika kondisinya tidak bisa diselamatkan.

"Jumlah total koperasi yang beroperasi di Kota Malang sebanyak 724 dan yang tidak aktif (terancam bangkrut, red.) mencapai 214 unit. Dan yang sudah benar-benar dicabut izinnya ada tiga koperasi," ujarnya.

Garnis Silver Berjuang Melawan Arus Perdagangan Bebas

Keberadaan usaha kecil menengah (UKM) semakin terancam akibat makin banyaknya perjanjian pasar bebas atau free trade area (FTA) yang akan ditandatangani pemerintah dalam waktu dekat ini.

Tak ayal, gempuran produk impor akan semakin mematikan sektor perekonomian, baik kecil maupun menengah, di dalam negeri. Apalagi serangan produk dari negara seperti China yang masuk dari mulai cendramata sampai produk-produk industri besar makin gencar.

Akan tetapi, faktanya, UKM dalam negeri tidak mau menyerah begitu saja dengan gangguan FTA pada usaha mereka. Tak terkecuali UKM Garnis Silver and Planted. UKM yang berasal dari Kotagede Yogyakarta, sebagai kota tua dengan sisi kehidupan tradisionalnya, mampu berjalan seiring dengan perkembangan kehidupan modern.

Yeyen Alkaf, pemilik UKM ini, mengatakan bahwa usaha yang dirintisnya ini sudah turun-temurun. Saat ini usahanya terus tumbuh dan berkembang sebagaimana kebudayaan yang menjadi napas kehidupannya secara dinamis.

Oleh sebab itu, UKM ini ingin melestarikan kebudayaan lokal dengan cara menyajikan berbagai macam cenderamata khas Kotagede dan berbagai cenderamata asli Indonesia.

Dengan tekat kuat tersebut Yeyen yakin usaha sejenisnya akan tetap bertahan dari gelombang pasar bebas yang akan terus mengahantam. “Kami menyajikan suatu hal yang unik dan berbeda sudah lebih 40 tahun kami berdiri. Antusias masyarakat tetap positif terhadap kami,” katanya pada pameran Indocraft, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Keyakinan tersebut membuahkan hasil bagi usahanya. Di tangannya dan adiknya, Garnis, yang menjadi nama UKM ini, Yeyen berhasil mengembangkan usaha moyangnya tersebut. Meskipun pada tahap awal usahanya sempat mengalami goncangan akibat persaingan produk dari negara lain, Yeyen dan adiknya tidak mau kehabisan akal.

Mereka terus mencari ide untuk memajukan sentra usaha cenderamata yang menjadi andalannya tersebut. Kemudian dia berusaha sedikit memodifikasi kebudayaan lokal dengan mengikuti tren terkini yang sedang digandrungi anak muda saat ini. Dengan sentuhannya, usaha cenderamatanya kembali menggeliat.

Kini UKM yang memproduksi cenderamata dari kerajinan perak dan tembaga tersebut mampu menghasilkan omzet hingga Rp 20 juta per bulannya dengan beraneka kalung-kalungan, cincin, miniatur gong, dan sebagainya. “Tetapi ciri khas sebagai sebuah kota tradisional Jawa yang tidak lepas dari keraton tidak kami tinggalkan,” ujarnya.

Produknya berupa aksesori seperti kalung dan gelang terbuat dari tembaga di jual berkisar antar RP 8.000 sampai Rp 300.000 per buahnya. Sementara itu, produk berupa cincin terbuat dari perak mulai dari harga Rp 75.000 sampai Rp 300.000. Untuk miniatur gong mulai dari Rp 750.000 sampai Rp 1,5 juta.

UKM-nya semakin menggeliat tatkala mulai menjadi binaan dari Pertamina Semarang. Di bawah binaan Pertamina Semarang, usahanya mulai lebih teratur dari sisi manajemen dan tata niaga.

Tak heran, cenderamatanya kini mulai menjelajah seluruh pasar lokal yang ada di Indonesia. “Pemasaran hampir merata di Indonesia, meski tidak banyak, cukup membantu penghasilan,” katanya.

Untuk mengembangkan UKM-nya, Pertamina Semarang meminjami modal pada tahap awal sebesar Rp 15 juta. Dengan dana segar tersebut Yeyen mampu mengembangkan usahanya.

Apalagi beban pengembalian peminjaman, menurut Yeyen, sama sekali tidak menyulitkan. “Kami hanya dibebani bunga sebesar 0,6 persen. Itu tidak sulit bagi kami untuk mengembalikannya. Terlebih Pertamina memberikan segala fasilitasnya,” tuturnya.

Ke Mancanegara

Menurut Yeyen, produknya sudah sampai ke luar negeri. Namun, tahap ekspor ke luar negeri dilakukan melalui pihak ketiga. Sampai saat ini dia tidak mengetahui produknya diekspor ke negara mana saja. “Jadi ada pelanggan yang sering borong cenderamata kami, katanya mau dijual ke luar negeri, tapi mereka tidak bilang ke mana,” tuturnya.

Berkat semangat dan kerja kerasnya selama ini, kini UKM-nya mampu meraup untung hingga dua kali lipat dari total biaya produksinya. Yeyen mampu meraup untung per bulannya mencapai Rp 50 juta. Kini Yeyen juga mampu memperkerjakan 10 orang pegawai di UKM-nya tersebut.

“Kami senang menjadi binaan Pertamina, karena usaha kami tidak mati akibat gempuran produk asing. Pertamina Semarang selalu memberikan tip untuk menjalani usaha,” ujarnya.

Kini Yeyen juga berharap agar pemerintah lebih memperhatikan usaha kecil menengah. Pasalnya, usaha ini mampu menghidupi perekonomian masyarakat kecil di daerah perdesaan.

Menurutnya, jika produk asing membanjiri wilayah daerah, hal tersebut akan membunuh perekonomian daerah. “Untuk itu, tidak usahlah pakai perdagangan bebas. Kita akan kalah bersaing dengan prosuk asing, karena harga produk mereka lebih murah,” katanya. (CR-28)