Monday, September 19, 2011

Sebelum Jadi Juragan Abon, Pernah Jadi Figuran Film

Sejak kecil Henny Widjaja, pemilik usaha abon cabai merek Ninoy sudah terdidik menjadi entrepreneur. Maklum, ia lahir dan tumbuh dewasa dari keluarga yang berlatar belakang pengusaha salon kecantikan di Jakarta.

Itulah sebabnya, sejak usia sembilan tahun, Henny sudah mendapat pelajaran mengenai tata kecantikan dari orang tuanya. Balikan saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Henny sudah mahir memotong rambut. Henny pun sering jadi langganan potong rambut teman-teman sekolahnya Balikan hingga kini mereka menjadi langganan Henny untuk urusan perawatan kecantikan.

Usai menamatkan Sekolah menengah Atas (SMA), masa depan Henny di dunia tata kecantikan semakin jelas. Dia ikut berbagai kursus kecantikan. Itu semua demi meneruskan usaha salon milik keluarga. "Saya juga sempat kurus di salon Rudy Hadisuwarno," terang Henny.

Bisa dibilang sejak 1992-1996, hidup Henny hanya untuk salon milik orang tuanya itu. Karena itu, "Basic saya sudah kuat di dunia salon," kata Henny.

Karena masih muda, orangtuanya menyarankan Henny belajar lagi. Kali ini mereka menyarankan Henny belajar bahasa Inggris ke Sidney, Australia. Namun Henny punya pilihan lain. Meski dia tetap berangkat ke Negeri Kanguru, namun dia tak berlajar bahasa Inggris. Dia lebih memilih belajar di jurusan studi manajemen bisnis. "Saya kuliah juga untuk dapat visa untuk tinggal di Australia karena izin tinggal mahasiswa bisa lebih lama," terang Henny. Di Australia pun, Henny tak menyia-nyiakan keahliannya di bidang tata kecantikan. "Sayang jika tidak dimanfaatkan, apalagi biaya hidup di Australia sangatmahal," terangnya.

Sambil kuliah, Henny pun bekerja pada salah satu salon kecantikan milik warga Italia. Karena masih baru fli Australia, Henny belum fasih berbahasa Inggris. "Saat pertama bekerja, saya berkomunikasi dengan bahasa isyarat," kenang Henny sambil tersenyum.

Tidak lama Henny bekerja di salon itu, Henny kemudian pindah ke salon kencantikan yang dia nilai lebih bergengsi di Sidney. Namun, ia juga tidak lama bekerja di salon itu, karena mulai sibuk kuliah, Henny memutuskan bekerja di salon kecantikan yang lebih dekat dengan kampus.

Saat bekerja di salon itu, Henny sering mendapat pujian dari atasannya. Sebab Henny memiliki kemampuan menggunting rambut di atas rata-rata karyawan yang ada di salon itu.

.Jika karyawan lainnya bisa memotong rambut tiga pelanggan dalam sehari, maka Henny bisa memotong enam rambut pelanggan dalam sehari. "Pekerjaan saya melebihi pekerjaan pegawai paruh waktu," terang Henny.

Empat tahun lamanya Henny menyelesaikan kuliah di Sydney. Selain meraih gelar sarjana, Henny juga mendapatkan tambatan hati dan memutuskan menikah di negeri Kanguru itu.

Tapi sayang, setelahdikaruniai satu orang putera, rumah tangga Henny kandas di tengah jalan. Sehingga pada tahun 2000, ia memutuskan kembali ke Jakarta bersama puteranya

Ketika sampai di Jakarta, Henny tak pernah lupa dengan salon. Dia sempat bekerja di beberapa salon kecantikan. Hingga akhirnya ia menjadi tini artistik untuk film layar lebar. Waktu itu, Henny dipercayakan menjadi make-up artis.

Selain menjadi make-up artis, beberapa kali ia sempat menjadi pemeran figuran dalam beberapa judul film. Bahkan Henny sempat berharap suatu ketika bisa menjadi bintang film beneran. Namun, karena tawaran untuk peranan yang lebih penting tidak datang setiap saat. Henny ahimya memilih meninggalkan dunia entertainment itu.

Tidak mudah bagi Henny menjalani hari-hari tanpa ada aktivitas, apalagi ia sudah terbiasa bekerja Agar tetap memiliki aktivitas, ia memutuskan untuk menekuni bisnis makanan. Ia melirik bisnis makanan karena memasak adalah salah satu dari hobinya.

Henny lantas berinisiatif untuk membuka kantin makanan di rumahnya "Kebetulan rumah saya dekat dengan kos-kosan mahasiswa," terang Henny. Berkat bisnis makanan itulah Henny menemukan racikan abon cabai yang kelak mengharumkan namanya

0 komentar:

Post a Comment