This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, June 20, 2011

Indonesia Jadi Inspirasi Industri Kreatif Busana Muslim

Indonesia miliki beragam kekayaan sumber daya dam maupun sumber daya manusia potensial di segala bidang karena besarnya populasi penduduk di Negeri Kepulauan. Salah satunya, di sektor ekonomi seperti pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Sampai saat ini, dunia ekonomi kreatif tersebut telah memberikan kontribusi tersendiri terhadap perkembangan perekonomian nasional. Bahkan, sumbangan UMKM di Indonesia banyak diakui pengamat ekonomi dalam negeri bisa menghindarkan kondisi perekonomian bangsa dari ancaman krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008.


"Melihat besarnya potensi Indonesia ditambah dengan 237 juta populasi negeri ini, kini sudah saatnya pemerintah fokus memperhatikan peran UMKM, sekaligus memetakan tiap bidangnya termasuk busana muslim," kata "Manager Corporate Communications" Telkomsel Area Jawa Bali. Sri Ambar Yusmeniwati.

Pengguna busana sopan nan sesuai norma agama tersebut, khususnya perempuan, meyakini perpaduan pakaian serba panjang, tertutup, hanya terlihat wajah, kedua telapak tangan, dan telapak kaki dapat menyempurnakan penampilan mereka baik di dunia maupun akhirat.

Untuk memenuhi hasrat itu, mayoritas kaum hawa Indonesia gemar menyisihkan sediki! anggaran belanja bulanan demi melengkapi koleksi busana muslimnya. Tak jarang mirekapun rela bepergian jauh di luar daerahnya guna mendapatkan model yangdiinginkan walaupun mengeluarkan banyak dana dan membuang waktu lama.

Terkait perkembangan beragam pakaian bernuansa Islami di Tanah Air, Sri yang akrab disapa Menik. menilai dari waktu ke waktu warga muslim di penjuru Nusantara bisa melihat mode busana tersebut lebih memiliki varian terkini dibandingkan negara lain. Apalagi, pergerakan tren berbusana muslim di luar Indonesia pada umunya sangat lambat dan model - model pakaiannya terkesan kurang mengikuti perkembangan zaman. Bahkan, cenderung tidak berubah dari masa ke masa.

"Sementara di Indonesia, mode busana muslim justru sudah menjadi pusat inspirasi masyarakat muslim di Negeri Jiran. Tak menutup kemungkinan bisa diminati pasar muslim sedunia," ulas perempuan yang sering tampil mo-dis dengan jilbab dan rok panjang itu. Sementara itu, kemajuan dunia busana muslim di Indonesia tidak hanya terhenti pada hiruk -pikuk kondisi perekonomian nasional atau hubungan antara konsumen dan produsen.

Akan tetapi muncul fenomena lain yakni lahirnya beragam komunitas perempuan berbusana muslim "hijabers" di sejum-laJi titik di Negara Maritim tersebut. Semisal, di Bandung, Jakarta, dan Surabaya.

Selain itu, terbuka peluang hadirnya komunitas serupa di kota - kota lain di Indonesia. Ceruk pasar menjanjikan untuk dibukanya komunitas tersebut di antaranya berada di wilayah di tawa Timur, di manakental akan nuansa Islam misal, Gresik, Tuhan, Lamongan, Bojonegoro, dan lombang.

Masih dikatakan Sri, ia optimistis, keberadaan potensi pasar muslim Indonesia yang besar dan memiliki lingkat konsumsi tinggi dapal meningkalkan citra Tanah \n di mata masyarakat internasional. "Bahkan, semakin mengenalkan sisi kreatif dan keberadaan . pola bisnis pengusaha busana -muslim Indonesia sehingga lebih lerekspose, baik di pasar domes-tik maupun pasar mancanegara," kata perempuan yang mengawali penampilan tertutup sejak 2000.

Senada dengan Sri, jamaah pengajian Masjid Al - Akbar Suu baya, Siti Senorila Printaningruni, mengamini, pemakaian busana muslimnya dalam kehidupan sehari hari lebih mementingkan sisi kenyamanan dibandingkan harga produk. Namun, perempuan pungoleksi aneka busana muslim dan pernak - pernik Islami sejak tahun 2008, itu tetap memperhitungkan besaran dana yang dikeluarkan untuk konsumsinya tersebut

Mengenai model jilbab atau busana muslim yang dikenakan tiap hari, ia mengaku, produk yang dikolck-sinya hanya berkonsep sederhana. "Fokus pemilihan pakaian saya hanya pada kesesuaian warna dan ringkas mengingat pekerjaannya sehari - hari membu- i tuhkan ketepatan, kecepatan, dan ketelitian," papar perempuan yang juga berkarir di bidang perbankan tersebut.

Terkait prospek pasar busana muslim nasional, Siti mempercayai, potensinya sangat bagus untuk menembus pasar dunia mengingat masyarakat Indonesia memiliki keuletan, kreativitas, dan sumber daya manusia nan-mumpuni.

Akan tetapi, pengusaha skala besar maupun UMKM yang memproduksinya secara masal perlu memerhatikan sejumlah faktor seperti kualitas dan model yang harus menunjang kekinian. "Untuk hijabcrs, saya justru baru mendengarnya. Kalau memang di Surabaya ada, saya siap bergabung dengan anggota yang sudah lebih dulu eksis, sehingga bisa syiar dan silalurahmi," ucapnya.

Peluang bisnis

Di samping ini, sesuai hukum ekonomi yakni ketika ada permintaan di situ ada ketersediaan barang maka peluang bisnis busana muslim sangat tepat dikembangkan di Indonesia terutama JawaTimur.

Apalagi, pasar perdagangan di I.im.ih Air dinilai banyak pengusaha adalah lambang emas menarik yang bisa dibidik, menyusul angka belanja barang konsumsi mereka sangat tinggi. Bahkan, sempat meningkatkan harga komoditas di pim msi ini, sehingga kondisi tersebut sering membawa Indonesia khususnya Jatim mencatatkan inflasi.

Mengenai besarnya keinginan pengusaha UMKM maupun skala besar mengembangkan bisnis busana muslim, Pemilik Butik Busana Muslim "Online" (dalam jaringan) di salah satu jejaring sosial, Zakhiyah Sholikhah, merinci, usaha sampingannya sengaja dikerjakan waktu malam hari atau bukan jam kerja.

Terkait alasan membuka usaha busana muslim itu, ia menye-bulkan, di antaranya untuk menjalin silaturahmi dengan saudara, teman, dan keluarga muslim lainnya. Selain itu, pihaknya ingin membantu melestarikan dakwah untuk berpakaian sopan dan mengembangkan kemampuan diri dari berbagai aspek.

Penyebab lain alasan perempuan berjilbab nankalem itu mendirikan bisnis busana muslim dengan bantuan teknologi informasi canggih, yakni karena suami tercintanya sangat mendukung usahanya. Pi sisi lain dikarenakan perkembangan busana muslim di Jatim sangat pesat.

Kemajuan dunia busana muslim Jatim ditandai dengan selalu munculnya "fashion" baru pada setiap periode atau per pekan. Jika "gamis" dulu sangat dijauhisaat ini merupakan produk paling digemari. Kalau dulu atasan wanita yang ukuran bajunya besar tidak disukai sekarang paling dicari contoh "tunik"

Atmosfer positif bisnis busana muslim ilu semakin memengaruhi peningkatan omzet butik "online"-nya yang didirikan per Mei 2011. Kini, omzetnya per bulan naik menjadi RplO juta, sedangkan awal dibuka hanya Rp5 juta per bulan. "Dengan kenaikan ilu, kami yakin sampai akhir 2011 mengalami peningkatan omzet .(Ml prism, ujarnya, opti mistis.

Besaran omzet tersebut, imbuh dia, didukung jaringan pasar yang luas baik teman kantor, tetangga perumahan, dan keluarga dekal. Untuk konsumen "online" mayoritas berasal dari Solo, Magelang, Pontianak, Tangerang, Blitar, Gresik, dan Bogor.

Menyikapi tingginya tingkat konsumsi masyarakat pada tahun ini, Pemimpin Bank Indonesia (BI) Surabaya, M Ishak, memprediksi, puncak angka konsumsi masyarakat terjadi pada semester 11/2011.

Saat itu, belanja masyarakat dipengaruhi momentum libur sekolah dan cuti bersama. "Proyeksi tersebut ditunjukkan sesuai hasil Survei Konsumen KBI Surabaya yang menunjukkan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan mengalami peningkatan," ulasnya.

Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional lil, lanjut dia, pencapaian kinerja ekspor diprediksi pada tren perbaikan dibandingkan periode sama tahun lalu. Kondisi itu dikarenakan kian tingginya permintaan internasional dan semakin terdiversifikasinya negara tujuan ekspor Jatim.

"Permintaan internasional pada triwulan 11/2011 lebih dipengaruhi kebutuhan konsumsi masyarakat internasional terhadap kebutuhan sehari-hari misal garmen, alas kaki, furnitur, minuman, dan makanan," paparnya, menjelaskan.

Pencangkokan Perkecil Kegagalan Usaha

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Sjarifuddin Hasan, menilai pola-pola pencangkokan usaha memperkecil ringkat kegagalan menumbuhkan wirausaha baru di Indonesia. "Perlu langkah-langkah Inovatif untuk memperkecil tingkat kegagalan wirausaha baru, satu di antaranya melalui pola pencangkokan usaha," katanya di Jakarta, kemarin.

Pola pencangkokan usaha dapat dilakukan melalui pemberian fasilitas kepada wirausahawan baru ang potensial melalui proses pembelajaran atau magang dengan UKM yang telah sukses.


Upaya itu sangat efisien untuk mengurangi risiko kegagalan calon wirausaha karena mereka dimungkinkan untuk belajar secara langsung kepada pendahulunya yang telah sukses menjalankan usaha. "Selain itu perlu upaya pendampingan lain untuk mendukung mereka,"katanya.

Pada intinya, katanya perlu beberapa strategi dalam penumbuhan wirausaha baru dan mempercepat pengembangan usaha koperasi dan UMKM. "Proses menjadi wirausaha dapat berlangsung dalam waktu relatif pendek, atau tahunan, bahkan dapat seketika gagal," katanya.

Data empiris tentang pengalaman beberapa negara termasuk Indonesia terkait wirausaha menunjukkan wirausaha sukses baru berkisar 20-30 persen. Hal itu berarti dari 100 calon wirausaha hanya sekitar 20-30 persen yang mampu bertahan dan akhirnya berhasil menjalankan usahanya.

Dia meminta Himpunan Pengusaha Muda mdonesia (HIPMI) untuk mengembangkan pola-pola pendampingan bagi koperasi UMKM baik sebagai anggota maupun sebagai mitra usaha.

Menurutnya faktor utamapeningkatan produktixitas usaha adalah sumber daya wirausaha. "Oleh karena itu, kunci sukses perbaikan masa kini dan mendatang terletak pada bagaimana mampu menciptakan sebanyak-banyaknya wirausaha baru yang berkualitas dan mandiri," katanya.

Kemenkop dan UKM mencatat saat ini total wirausahawan secara nasional sebesar 0,24 persen dari seluruh jumlah penduduk. Padahal untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan ekonomi secara berkesinambungan dibutuhkan setidaknya dua persen wirausaha dari total jumlah penduduk.

Dibandingkan negara tetangga Jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat rendah, di Malaysia persentase wirausaha mencapai 2,1 persen, Thailand 4,1 persen, Korea Selatan 4 persen, Singapura 7,2 persen, dan Amerika Serikat 11,5 persen.

Gun Soetopo Berbagi Agrobisnis Buah Naga

Pokok-pokok pohon buah naga berjajar rapi. Tiap pokok disangga tiang semen bertulang atau kayu. Tingginya rata-rata 2 meter dan sulur-sulur pohon menggantung sehat. Sayangnya, musim buah naga di kebun di kaki Gunung Merapi, Yogyakarta, itu berakhir April lalu.

Buah naga (Hyloceneus sp) sejak dua tahun terakhir semakin populer dan mudah ditemui di toko swalayan. Kulit buahnya berwarna merah cerah, sementara daging buahnya berwarna putih atau merah gelap dengan biji-biji seukuran biji sawi berwarna hitam dan kandungan vitamin C-nya tinggi


Gun Soetopo bersama istrinya, Elly Mulyati, yang merintis kebun buah naga di Dukuh Kertodadi, Pakem, itu. Gun mulai membangun Sabila Farm tahun 2006 dengan menyewa tanah desa. Luas totalnya 8.2 hektar, lebih dari 6,5 hektar di antaranya untuk kebun buah naga. Sisanya ditanami pepaya, srikaya, sirsak. delima, pisang, durian, dan sayuran.

Gun, lulusan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, bertekad kebun di Kertodadi adalah pelabuhan terakhirnya. Ia bekerja di bidang yang berhubungan dengan pertanian sejak 26 tahun lalu, termasuk lebih dari tiga tahun sebagaipegawai negeri.

"Saya berhenti jadi PNS (pegawai negeri sipil) karena tender proyek diatur pemenangnya dan bergiliran. Komisinya juga diatur," kata Gun di kebunnya, akhir Mei lalu.Ia lalu memilih jadi petani hortikultura di Depok; menanam melon, semangka bunga potong, dan membuat media tanam yang hasilnya cukup untuk menghidupi keluarga. Pengalaman menjadi penasihat perusahaan benih hortikultura berteknologi tinggi memberinya tambahan pengetahuan.

"Untuk berhasil dalam produksi hortikultura, kuncinya menguasai benih," kata Gun.

Dianggap sakti

Meski Sabila Farm kerap jadi tempat pelatihan untuk karyawan yang akan pensiun dan mahasiswa, serta dikunjungi tamu dari berbagai negara, bagi Gun, pelatihan itu bukan tujuan, hanya akibat dari niat utamanya.

"Saya ingin mendobrak pertanian agar menghasilkan terobosan bermakna, tidak melingkar terus. Dulu kita impor kedelai Sampai hari ini pun masih. Begitu juga jagung dan beras. Pelajaran di kelas dari dulu sampai sekarang kok hanya tanah podsolik merah-kuning, lalu dosennya tidak praktik ke lapangan. Harus ada cara keluar dari sikap dan cara berpikir rutin," katanya.

Gun sudah membuktikan. Kebun buah naganya menjadi pembicaraan. Bukan hanya karena termasuk perintis penanaman buah naga secara komersial di Indonesia, juga karena dia tak pelit membagi ilmu kepada petani lain, mahasiswa, calon wirausaha, dan pemerintah daerah. Dengan uangnya sendiri, Gun. keliling daerah untuk berbagi

"Ada rasa gelisah yang terus menggelitik. Hortikultura menggunakan satuan energi relatif kecil, tetapi hasilnya besar. Ini tak terjadi pada tanaman padi Bicara hortikultura tropis, Indonesia punya semua- matahari, air. lahan subur karena banyak gunung berapi, penduduknya lebih dari 50 persen hidup dari pertanian. Tetapi kenapa orang Indonesia lebih suka buah impor dari negeri subtropis, yang menurut saya rasanya kurang sedap dibanding buah tropis?" kata Gun.

Buah naga, contohnya Orang lebih suka membeli yang impor meski rasanya kalah enak dengan buah naga yang ditanam di Indonesia Padahal, sudah rahasia umum. Indonesia menjadi pasar buah apkir yang tak me-menuhi standar negara tujuan ekspor utama negara yang bersangkutan.

Ketika memulai kebun buahnya, Gun mendapati tanah yang dia sewa penuh batu padas. Sebagai sarjana bidang tanah, ia tahu bagaimana menjinakkan tanah itii. Apalagi, buah naga masih keluarga kaktus yang tak terlalu menyukai tanah basah.

Daripada mengolah seluruh lahan, dia menggali kotak-kotak ukuran lxl meter. Dia tancapkan patok semen bertulang sebagai sandaran pohon buah naga.

Dalam satu tahun, setek mulai belajar berbuah. Sekarang buah naga Sabila Farm dijual di Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta Gun tak menjual ke toko swalayan karena ingin mengajak para penjual buah menjadi wirausaha dengan inovasi, termasuk berani mengenalkan buah baru berkualitas kepada konsumen.

"Tak mudah meyakinkan mereka. Saya komunikasikan berapa harga yang harus ditawarkan dengan marjin keuntungan cukup. Mereka agak kaget, apa mau pembelinya?" kata Gun.

Kini Gun tak sanggup memenuhi permintaan dalam negeri. Padahal, tiap hari datang permintaan dari negara-negara Eropa hingga Amerika Latin yang merasa cocok dengan kualitas buah naga Sahilu Farm.

Saat dia mulai bertanam. warga sekitar meragukan kemampuannya. Gun yang kerap bekerja hingga hari gelap lalu dianggap sakti sebab mengerjakan tanah berbatu padas. "Apalagi, di seberang kebun ada kuburan," katanya terkekeh. Dia semakin dianggap sakti sebab tanah ttu sudah menghasilkan buah naga dan menyediakan lapangan kerja.

Gun menitipkan kebunnya kepada warga dengan ikut kegiatan sosial warga desa "Saat panen, tiap orang saya bagi buah naga. Kebetulan sedesa ini tak sampai 100 keluarga," katanya

Tidak tamak

Gun membuktikan bertani bisa membawa hidup mulia Namun, dia ingin lebih banyak orang hidup sama atau lebih sejahtera Mimpinya Indonesia menjadi produsen hortikultura dunia, setidaknya Asia

"Untuk itu dibutuhkan keberpihakan pada pertanian hortikultura nasiona). Bukan hanya dalam rapat dan seminar, tetapi dalam tindakan dan satu kata dengan perbuatan," ujar Gun.

Daripada berkeluh kesah, Gun memilih bertindak cepat Ia datangi kelompok tani, perguruan tinggi, dan pemerintah daerah. Ia mengajak orang berpikir dan bertindak di luaryang rutin, menunjukkan berbagai kemungkinan.

Di Pakem, dia memelopori Pawitan (Pasar Wisata Pertanian) untuk pasar produk pertanian. Di Bintan, Kepulauan Riau, dan di Pontianak, Kalimantan Barat, petani diajak bertanam buah naga dengan memanfaatkan jejaring pemasarannya

"Karena Bintan di utara khatulistiwa, buah naga yang butuh penyi-naran matahari panjang bisa dipanen bergantian dengan kebun saya yang di selatan khatulistiwa," kata Gun.

Tahun depan, mitra di Bintan mulai berproduksi, disusul Pontianak. Gun juga membagi Umunya melalui siaran radio di berbagai daerah.

Hidup secukupnya, bekerja keras, tekun, terus berinovasi, dan berbagi, tetap menjadi pedoman Gun sekeluarga Ia menjaga independensi dengan tidak menjadi partisan dalam segala hal.

Gun juga menjaga diri dari ke-tamakan. Karena itu, dia memilih bermitra dengan petani di berbagai daerah untuk memenuhi permintaan pasar. "Semua orang bisa melakukan hal sama tetapi harus langsung aksi Jangan bolak-balik rapat, tetapi enggak segera aksi Padahal, pasar menganga menunggu produk kita" kata Gun.

Sunday, June 19, 2011

Jumlah UKM Terus Bertambah

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) menyatakan, kuantitas dan kualitas UKM terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 terdapat sebanyak 12.7Juta unit usaha, dan pada bulan Juni 2011 meningkat menjadi 53,2 Juta unit usaha.

Demikian pula dengan koperasi. Jumlahnya meningkat dari 152.000 pada tahun 2010 menjadi 157.000 pada bulan Juni 2011.


Hal itu diungkapkan Deputi Menteri Sumber Daya Manusia Kementerian KUKM. Agus Muharam. saat membuka acara Entreprenuer Festival 2011 di Universitas Mercu Buana (UMB). Meruya. Jakarta Barat. Kamis (16/6). Acara itu menampilkan hasil karya para mahasiswa UMB.

Dikatakan Agus, keterlibatan mahasiswa sangat diperlukan demi terus meningkatkan kegiatan usaha Itu agar bisa menekan angka pengangguran. "Adanya keterlibatan UKM yang dididik dalam pelatihan di kampus akan memudahkan pemerintah untuk mengarahkan ke depannya sehingga gerakan kewirausahaan akan meningkat." ujarnya.

Salah satu kegiatan yang tengah dipersiapkan untuk mendukung peningkatan itu adalah festival fas-hion dan aksesori pada Juli mendatang. "Jadi, tidak hanya pelaku usaha saja yang dilibatkan, tetapi Juga berbagai universitas. Apalagi target pasarnya kasn anak muda." kata Agus.

Rektor Universitas Mercu Buana. Arissetyanto. pada kesempatan itu mengatakan, untuk mendukung program pemerintah pihaknya akan membangun pusat kewirausahaan di lingkungan kampus.

Nantinya, kegiatan tambahan tersebut akan membawa mindset mahasiswa dalam berwirausaha. Selain Itu. berbagai festival Juga akan digelar dalam mempromosikan hasil usaha mahasiswa.

"Kami Juga akan ikut serta dalam berbagai pameran UKM tingkat nasional agar mahasiswa lebih termotivasi dan mempromosikan produk unggulannya." katanya.

Entrepreneur Festival 2011 atau festival kewirausahaan yang digelar mahasiwa UMB Itu berlangsung sampai tanggal 18 Juni.

Festival Itu dimeriahkan 80 gerai yang dikelola mahasiswa UMB. Produk yang ditampilkan dalam pameran itu antara lain busana muslim, baju batik, aneka Jajanan, dan makanan kering olahan para mahasiswa UMB.

Bangun Bisnis Sepatu Berawal dari Mulut ke Mulut

Memperkenalkan produk dan membangun bisnis tidak melulu dengan cara-cara modern. Tapi, cara-cara konvensional, seperti dari mulut ke mulut dan mengikuti pameran, juga bisa mempromosikan produk ke masyarakat. Seperti bisnis kerajinan sepatu yang dikembangkan oleh Lianna Gunawan.

Pengusaha sepatu, Lianna Gunawan, tidak menyangka sama sekali. Pemasaran sepatu yang berawal dari mulut ke mulut bisa menjadi usaha yang mapan. Ia memasarkan sepatunya itu ke saudara dan teman-teman.


Demi memperluas pasar, ia mengandalkan jejaring dunia maya, seperti Facebook, Twitter, dan BlackBerry Messenger, untuk mempromosikan scpatu-sepahi buatannya. Pasar alas kakinya semakin terbuka luas. Agar semakin dikenal masyarakat, ia juga mengikuti berbagai pameran hasil kerajinan dan wirausaha.

Menurut perempuan kelahiran Semarang itu, ia membuat sepatu berdasarkan pengalaman sebagai seorang perempuan yang gemar memakai sepatu bagus. Sejak remaja, ia telah memiliki hobi mengoleksi ratusan sepatu. Dari situlah saya membuat sepatu yang modis tapi juga nyaman dan enak dipakai, ujar Lianna Gunawan kepada Berita Kota, beberapa waktu lalu.

Sebulan yang lalu. Lianna Gunawan, mengikuti pameran Inacraft 2011 di Jakarta Convention Center, Senayan,Jakarta Pusat. Di tempat itu, untuk pertama kalinya, ia mengikuti pameran kerajinan terbesar di Asia Tenggara. Kepersertaannya di pameran itu tanpa biaya alias gratis dan mendapat fasilitas dari Kementerian Perdagangan. Ia pun mengeruk keuntungan yang memenuhi kantongnya. Ini pameran pertama kami di Inacraftsekaligus kesempatan untuk launching merek sepatu kami, yakni La Spina. Kami tidak menyangka mendapat sambutan luar biasa. Hampir semua produk yang dipersiapkan untuk Inacraft 2011 ludes dibeli pengunjung," ujar Lianna Gunawan.

Saat itu, ia ditemui Berita Kota di sebuah mal di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Perempuan itu menyatakan, dalam pameran lima hari itu, dia berhasil menjual lebih dari 200 pasang sepatu wanita.

Pembeli lokal maupun asing, katanya, tertarik dengan produk sepatu yang terbilang unik itu. Kalau biasanya batik digunakan untuk membuat baju, tapi di tangan Lianna batik Garut diaplikasikan untuk membuat aneka sepatu wanita.

Modal Rp I juta

Sebelum menjadi pengusaha, Lianna bekerja sebagai seorang ibu rumah tangga. Ia perempuan yang senang memakai sepatu cantik yang nyaman dan trendi. Tapi, ia juga ingin membangun bisnis berdasarkan hobinya mengoleksi sepatu.

Ia pun membangun usaha kerajinan sepatu wanita sekitar dua tahun. Usahanya itu dimulai pada November 2009 dengan modal hanya Rp 1 juta. Istri Hendra ini hanya membuat sepatu bila ada pesanan saja. Awalnya, pemesannya terbatas pada teman-teman dan saudaranya. Desain sepatu juga dibuat oleh Lianna. Lalu, ia menyerahkan pembuatan sepatunya diserahkan ke perajin.

Saat ini, untuk pemasaran produknya, Lianna memanfaatkan internet. Pasarnya, ia belum memiliki toko untuk menjajakan sepatunya. "Dari dulu, modal saya laptop. Tapi, sebelum bisnis, saya sudah punya laptop. Jadi, ini benar-benar usaha yang low investment, investasi rendah sehingga semua ibu-ibu rumah tangga bisa melakukan," ujar Lianna, sarjana marketing lulusan The University New South Wales (UNSW), Sydney, Australia.

Hanya dalam hitungan bulan, nama Lianna sebagai penjual sepatu sudah dikenal luas. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk membangun kepercayaan konsumen dan membangun merek. "Di situ saya merasakan betapa besarnya kekuatan jejaring sosial. Terus terang, saya besar dari

Facebook, kata Lianna.

Kini, pembeli sepatu tidak terbatas dari keluarga dan teman dekat. Pembelinya sudah mencapai berbagai pelosok Indonesia, Riau, sejumlah daerah di Kalimantan hingga Papua.

Meski demikian, memasarkan sepatu lewat Facebook juga memiliki risiko, tan-ra lain produk sepatunya dengan mudah ditiru orang lain. Maka, untuk sementara ini, khusus untuk produk sepatu berbahan batik Garut, belum ia pasarkan melalui Facebook. "Produk (sepatu batik Garut) itu, sengaja saya hold, tidak dimasukkan ke Facebook. Pasalnya, sepatu bermotif batik Garut betul-betul disiapkan untuk ditampilkan dalam Inacraft 2011," ucapnya.

Lianna menyadari dia tidak bisa menghambat perkembangan teknologi digital. Untuk mengatasi pcniruan produk, dia menetapkan sejumlah strategi, antara lain dengan membuat web sendiri agar pelanggannya bisa berbelanja secara online.

"Saya juga dituntut untuk lebih kreatif dan agresif dalam mengembangkan produk-produk baru agar peniru tidak bisa mengejar kecepatan kita. Kalau pun dia meniru, maka barang yang ditirunya sudah ketinggalan model alias basi," ujar Lianna menyebut salah satu kiatnya mengatasi persaingan tidak sehat itu.

Setelah sukses memasarkan sepatusecara online, karena tuntutan konsumen, Lianna mulai melirik memasarkan produk-produknya secara offline. "Di sini kamu mulai tertarik ikut bazar-bazar," ucap Lianna yang suaminya juga seorang pengusaha di bidang produksi makanan. Seperti mengikuti pameran hasil kerajinan di Inacraft 2011.

Setelah sukses di pameran kerajinan Inacraft 2011, Lianna Gunawan ketagihan mengikuti berbagai pameran. Misalnya, ia mengikuti pameran Gelar Sepatu Kulit dan Fashion di Jakarta Convention Center, pada akhir April lalu. Harga jual yang dipatok untuk produk sepatunya berkisar Rp 225.000-Rp 295.000 per pasang.

Di masa depan, Lianna akan tetap mengangkat motif Indonesia dalam setiap produk sepatu yang dibuatnya. Misalnya, dalam waktu dekat ini, ia akan memakai barik Sulawesi dalam setiap rancangan sepatunya. Ia optimis, produk yang menggali budaya Indonesia akan disukai konsumen.

Thursday, June 16, 2011

Strategi Pengembangan Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap Dengan Lembaga Keuangan

Kegiaan perikanan Indonesia hingga saat ini masih didominasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), baik nelayan penangkap maupun nelayan pengelola hasil tangkapan. Secara umum, usaha perikanan tangkap UMKM ini, mengalami permasalahan klasik, terutama menyangkut teknologi dan permodalan. Kondisi ini tentu sangat disayangkan,padahal permintaan sumber potensi hewani tersebut terus meningkat.

Peningkatan ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin mahalnya sumber protein hewani (non-ikan). Patut diketahui, tingkat konsumsi ikan domestik rata-rata mencapai 30,17 kilogram perkapita per tahun. Jumlah ini masih belum merata, karena praktiknya ikan masih lebih banyak dikonsumsi masyarakat luar Jawa, khususnyadi Indonesia bagian timur.
Sebaliknya tingkat konsumsi ikan di pulau Jawa baru berkisar 16 kilogram perkapita per tahun. Diharapkan, sejalan dengansemakin meratanya kesadaran masyarakat untuk menkonsumsi sumber protein hewani ini, maka kebutuhan ikan juga akan semakin meningkat. Apalagi ikan itu merupakan sumber proein yang murah jika dibandingkan dengan sumber protein non-ikan.

Mengingat besarnya potensi ikan yang kita miliki, serta besarnya peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khsusunya para nelayan penangkap dan pengelola tangkapan. Maka, dibutuhkan terobosan dan inovasi kelembagaan yang dapat memberi insentif bagipara pelaku dan pihak-pihak terkait di bidang perikanan tangkap. Salah satunya adalah dengan mengembangkan model kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan. Pola kerjasama ini diharapkan akan mengurangi masalah modal yang selama ini menjadi kendala yang biasa dihadapi para nelayan.

Sementara bagi lembaga keuangan, kemitraan di bidang perikanan tangkap ini akan menjadi tantangan tersendiri. Dalam memperluas sekaligus meningkatkan pembiayaan pada sektor yang selama ini kurang dilirik sektor perbankan.

Wednesday, June 15, 2011

UKM Terkendala Akses Pasar dan Modal

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyebutkan masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) baik di negara maju dan berkembang tcrnyata sama. Masalah itu adalah kesulitan akses terhadap pasar dan permodalan. "Perlu ada peningkatan kapasitas para pelaku UKM agar mereka mengetahui bagaimana cara mendapatkan modal dan memasarkan produknya," ungkap Mari, dalam rilis yang diterima Kompas.com.


Hal tersebut menjadi salah satu hal yang dikemukakan Mari selaku panelis dalam sesi The Economic Outlook Bringing People Back to Work, dalam rangka perayaan 50 tahun OECD, di Paris, Perancis lalu.

Terkait hal tersebut, ia pun mengungkapkan kemampuan untuk memanfaatkan fasilitas lnternet patut untuk dikembangkan di sektor UKM. Mengingat media internet dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk memasarkan produk.

Selain masalah UKM, Mendag juga menekankan pentingnya pendidikan bagi wanita. Karena biasanya kekuatan membeli dan keputusan ekonomi di sebuah keluarga berada di tangan wanita, seperti para ibu rumah tangga. Oleh sebab itu, lanjut dia, peningkatan pendidikan wanita dapat meningkatkan kesejahteraan sebuah bangsa.

Di sela-sela pertemuan OECD ini, Mendag pun menyempatkan diri melakukan sejumlah pertemuan bilateral, seperti dengan Deputi Sekjen OECD, Richard Boucher. Pertemuan tersebut membicarakan mengenai peningkatan kerjasama OECD dengan Indonesia.

Dari Kotoran Sapi Terkenal ke Mancanegara

Awalnya ide membuat kotoran sapi menjadi ladang duit dari Syammahfuz Chazali adalah dari kamar mandi. Idc itu muncul, saat ia di kamar mandi terlintas di benaknya apakah kotoran manusia bisa bermanfaat bagi orang lain dan sekitarnya tahun 2006 lalu. Itulah yang membawa dia mengolah kotoran sapi menjadi hatian baku membuat keramik, gentong, bata, dan genteng yang sangat digemari pasar lokal dan luar negeri.

Berkat kotoran sapi. Syam meraih banyak penghargaan. Ia pernah masuk delapan besar nominator Wirausaha Muda Mandiri Regional Jateng-DIY dan 50 besar peserta Intensive-Student Technopreneurship Program RAMP. Syam juga menggondol juara I Lomba Bisnis Plan Pemuda dan Olahraga pada 2007. Syam pun pernah menerima penghargaan Rektor UG M sebagai Mahasiswa Berprestasi di Bidang
Kewirausahaanpada 2007. Bahkan dirinya sampai Amerika Serikat, saat Tim Prasetiya Mulya- Businees School (PMBS) membawa dirinya meraih juara pertama di Global Social Venture Competition, April 2009. Kompetisi rencana bisnis pemanfaatan limbah ini digelar di Universitas Berkeley, Amerika Serikat.

Bata buatan Syam menggunakan kotoran sapi dengan kadar 75%. Sisanya, proses pemanasan biogas. Proses ini mampu menggantikan emisi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran saat memproduksi bata dari tanah liat. "Saat menang itu, saya dan teman-teman diliput media massa di sana. Akhirnya banyak perusahaan mengenal kami," tutur Syam.

Di AS, banyak orang mengomentari EcoFaeBrick. "Alhamdulilah, bagus. Mereka berpikir kotoran sapi bisa jadi solusi bagi negara yang menghasilkan CO2 tinggi," ungkap Syam.

Sayangnya, penghargaan itu cuma jadi lambang. Syam tak pernah menerima dana untuk mengembangkan usahanya. Tidak dari perusahaan swasta, tidak juga dari pemerintah. "Padahal, kalau pemerintah mau membantu, kami bisa menembus pasar luar negeri," kata Syam.

Dia ingat betul, saat produknya yang diberi nama Facrumnesia 7G baru lahir, Syam menghampiri sebuah bank. Ia minta pinjaman modal. Tapi, bank itu menolak permintaannya dengan berbagai alasan. Akhirnya, dengan tertatih-tatih, Syam mengumpulkan modal dari kemenangannya di berbagai kompetisi.

Hingga akhirnya terkumpul Rp 4,5 juta sebagai modal awal, yang digunakan untuk membeli bahan baku dan menyewa alat. Syam pun bekerja sama dengan seorang perajin di Godean. "Sekarang saat saya sudah produksi, sudah punya omzet besar, bank-bank itu datang ke saya menawarkan bantuan. Saya tolak semuanya," kata Syam.

Selain sibuk memproduksi bata, Syam juga harus meladeni permintaan beberapa perusahaan dari dalam dan luar negeri. Perusahaan-perusahaan itu hendak mengadopsi ide pemanfaatan kotoran sapi. Perusahaan-perusahaan di luar negeri itu, antara lain dari Kenya, India, Meksiko, Venezuela, Italia, Belanda, dan Amerika Serikat. "Yang paling berminat itu perusahaan dari India. Dia sudah hubungi saya berkali-kali," kata Syam yang lahir di Medan, 5 November 1984 itu.

Gun Soetopo Berbagi Agrobisnis Buah Naga

Pokok-pokok pohon buah naga berjajar rapi. Tiap pokok disangga tiang semen bertulang atau kayu. Tingginya rata-rata 2 meter dan sulur-sulur pohon menggantung sehat. Sayangnya, musim buah naga di kebun di kaki Gunung Merapi, Yogyakarta, itu berakhir April lalu.

Buah naga (Hyloceneus sp) sejak dua tahun terakhir semakin populer dan mudah ditemui di toko swalayan. Kulit buahnya berwarna merah cerah, sementara daging buahnya berwarna putih atau merah gelap dengan biji-biji seukuran biji sawi berwarna hitam dan kandungan vitamin C-nya tinggi


Gun Soetopo bersama istrinya, Elly Mulyati, yang merintis kebun buah naga di Dukuh Kertodadi, Pakem, itu. Gun mulai membangun Sabila Farm tahun 2006 dengan menyewa tanah desa. Luas totalnya 8.2 hektar, lebih dari 6,5 hektar di antaranya untuk kebun buah naga. Sisanya ditanami pepaya, srikaya, sirsak. delima, pisang, durian, dan sayuran.

Gun, lulusan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, bertekad kebun di Kertodadi adalah pelabuhan terakhirnya. Ia bekerja di bidang yang berhubungan dengan pertanian sejak 26 tahun lalu, termasuk lebih dari tiga tahun sebagaipegawai negeri.

"Saya berhenti jadi PNS (pegawai negeri sipil) karena tender proyek diatur pemenangnya dan bergiliran. Komisinya juga diatur," kata Gun di kebunnya, akhir Mei lalu.Ia lalu memilih jadi petani hortikultura di Depok; menanam melon, semangka bunga potong, dan membuat media tanam yang hasilnya cukup untuk menghidupi keluarga. Pengalaman menjadi penasihat perusahaan benih hortikultura berteknologi tinggi memberinya tambahan pengetahuan.

"Untuk berhasil dalam produksi hortikultura, kuncinya menguasai benih," kata Gun.

Dianggap sakti

Meski Sabila Farm kerap jadi tempat pelatihan untuk karyawan yang akan pensiun dan mahasiswa, serta dikunjungi tamu dari berbagai negara, bagi Gun, pelatihan itu bukan tujuan, hanya akibat dari niat utamanya.

"Saya ingin mendobrak pertanian agar menghasilkan terobosan bermakna, tidak melingkar terus. Dulu kita impor kedelai Sampai hari ini pun masih. Begitu juga jagung dan beras. Pelajaran di kelas dari dulu sampai sekarang kok hanya tanah podsolik merah-kuning, lalu dosennya tidak praktik ke lapangan. Harus ada cara keluar dari sikap dan cara berpikir rutin," katanya.

Gun sudah membuktikan. Kebun buah naganya menjadi pembicaraan. Bukan hanya karena termasuk perintis penanaman buah naga secara komersial di Indonesia, juga karena dia tak pelit membagi ilmu kepada petani lain, mahasiswa, calon wirausaha, dan pemerintah daerah. Dengan uangnya sendiri, Gun. keliling

daerah untuk berbagi

"Ada rasa gelisah yang terus menggelitik. Hortikultura menggunakan satuan energi relatif kecil, tetapi hasilnya besar. Ini tak terjadi pada tanaman padi Bicara hortikultura tropis, Indonesia punya semua- matahari, air. lahan subur karena banyak gunung berapi, penduduknya lebih dari 50 persen hidup dari pertanian. Tetapi kenapa orang Indonesia lebih suka buah impor dari negeri subtropis, yang menurut saya rasanya kurang sedap dibanding buah tropis?" kata Gun.

Buah naga, contohnya Orang lebih suka membeli yang impor meski rasanya kalah enak dengan buah naga yang ditanam di Indonesia Padahal, sudah rahasia umum. Indonesia menjadi pasar buah apkir yang tak me-menuhi standar negara tujuan ekspor utama negara yang bersangkutan.

Ketika memulai kebun buahnya, Gun mendapati tanah yang dia sewa penuh batu padas. Sebagai sarjana bidang tanah, ia tahu bagaimana menjinakkan tanah itii. Apalagi, buah naga masih keluarga kaktus yang tak terlalu menyukai tanah basah.

Daripada mengolah seluruh lahan, dia menggali kotak-kotak ukuran lxl meter. Dia tancapkan patok semen bertulang sebagai sandaran pohon buah naga.

Dalam satu tahun, setek mulai belajar berbuah. Sekarang buah naga Sabila Farm dijual di Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta Gun tak menjual ke toko swalayan karena ingin mengajak para penjual buah menjadi wirausaha dengan inovasi, termasuk berani mengenalkan buah baru berkualitas kepada konsumen.

"Tak mudah meyakinkan mereka. Saya komunikasikan berapa harga yang harus ditawarkan dengan marjin keuntungan cukup. Mereka agak kaget, apa mau pembelinya?" kata Gun.

Kini Gun tak sanggup memenuhi permintaan dalam negeri. Padahal, tiap hari datang permintaan dari negara-negara Eropa hingga Amerika Latin yang merasa cocok dengan kualitas buah naga Sahilu Farm.

Saat dia mulai bertanam. warga sekitar meragukan kemampuannya. Gun yang kerap bekerja hingga hari gelap lalu dianggap sakti sebab mengerjakan tanah berbatu padas. "Apalagi, di seberang kebun ada kuburan," katanya terkekeh. Dia semakin dianggap sakti sebab tanah ttu sudah menghasilkan buah naga dan menyediakan lapangan kerja.

Gun menitipkan kebunnya kepada warga dengan ikut kegiatan sosial warga desa "Saat panen, tiap orang saya bagi buah naga. Kebetulan sedesa ini tak sampai 100 keluarga," katanya

Tidak tamak

Gun membuktikan bertani bisa membawa hidup mulia Namun, dia ingin lebih banyak orang hidup sama atau lebih sejahtera Mimpinya Indonesia menjadi produsen hortikultura dunia, setidaknya Asia

"Untuk itu dibutuhkan keberpihakan pada pertanian hortikultura nasiona). Bukan hanya dalam rapat dan seminar, tetapi dalam tindakan dan satu kata dengan perbuatan," ujar Gun.

Daripada berkeluh kesah, Gun memilih bertindak cepat Ia datangi kelompok tani, perguruan tinggi, dan pemerintah daerah. Ia mengajak orang berpikir dan bertindak di luaryang rutin, menunjukkan berbagai kemungkinan.

Di Pakem, dia memelopori Pawitan (Pasar Wisata Pertanian) untuk pasar produk pertanian. Di Bintan, Kepulauan Riau, dan di Pontianak, Kalimantan Barat, petani diajak bertanam buah naga dengan memanfaatkan jejaring pemasarannya

"Karena Bintan di utara khatulistiwa, buah naga yang butuh penyi-naran matahari panjang bisa dipanen bergantian dengan kebun saya yang di selatan khatulistiwa," kata Gun.

Tahun depan, mitra di Bintan mulai berproduksi, disusul Pontianak. Gun juga membagi Umunya melalui siaran radio di berbagai daerah.

Hidup secukupnya, bekerja keras, tekun, terus berinovasi, dan berbagi, tetap menjadi pedoman Gun sekeluarga Ia menjaga independensi dengan tidak menjadi partisan dalam segala hal.

Gun juga menjaga diri dari ke-tamakan. Karena itu, dia memilih bermitra dengan petani di berbagai daerah untuk memenuhi permintaan pasar. "Semua orang bisa melakukan hal sama tetapi harus langsung aksi Jangan bolak-balik rapat, tetapi enggak segera aksi Padahal, pasar menganga menunggu produk kita" kata Gun.

UKM Batik Kekurangan BahanBaku

Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Ke-menperin)Euis Saedah mengatakan, saat ini IKM yang memproduksi kain batik mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku, terutama gondorukem. Kondisi itu antara lain terjadi akibat produksi gondorukem nasional sebanyak 80.000 ton per tahun lebih banyak diekspor ketimbang dijual di pasar dalam negeri.

Padahal, pasar dalam negeri masih kekurangan gondo-rukem sebanyak 20.000 ton per tahun, dari total kebutuhan sekitar 70.000 ton per tahun. Saat ini, kata Euis,gondorukem diproduksi oleh PT Eksploitasi dan Industri Hutan (Inhutani)I dan HI yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara dan Sula-wesi Tenggara.


"Itu kebanyakan diekspor. Di negara lain,gondorukem bu-kanhanya un tukbarik.tapi produksi cat, kosmetika, dan penajam rasa. Kita malah impor dari China untuk mengisikekurangan," kata Euis di Jakarta kemarin.

Maka dari itu,menurut Euis, Kemenperin akan menambah mesin produksi gondorukem. Saat ini, kata dia, Kemenperin telah membeli satu mesin senilai Rp300 juta. "Semoga nanti produksi gondorukem bisa ditingkatkan," ujarnya.

Pemerintah, kata dia, juga berharap Inhutani bisa mengurangi porsi ekspor dan memprioritaskan kebutuhan pasar domestik. Kendati demikian, Euis optimistis, industri batik nasional akan terus berkembang. Terlebih sejak 2009, UNESCO sudah mengakui bahwa batik berasal dari Indonesia dan menjadi warisan budaya tak benda Indonesia.

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Utama PT Rumah Promosi Indonesia Djodjo Gozali. Djodjo mengatakan, batik Indonesia memiliki corak khas yang sudah dikenal oleh konsumen dalam negeri maupun negara lain.

Transaksi Pameran UMKM Lampaui Target

Pameran program kemitraan dan bina lingkungan badan usaha milik negara (PKBL. BUMN) 2011 yang digelar selama lima hari di Surabaya berhasil mencatatkan transaksi hingga Rp 15,2 miliar. Terkait keberhasilan ini, panitia berencana menyelenggarakan ajang serupa pada tahun depan, bahkan dengan melibatkan lebih banyak mitra binaan para BUMK. Menurut Project Manager PKBL BUMN EXPO 2011 Meutia Anggraini, capaian sudah melampaui target transaksi yang sejak awal ditetapkan Rp 15 miliar. "Selain dari penjualan, nilai juga didapat dari kontrak dagang jangka panjang dengan pembeli asal Prancis dan Brunei Darussalam yang minati prod uk tas bercorak balik," ujarnya di Surabaya, Selasa (14/6).


Dalam event ini, pihaknya sudah mengundang atase perdagangan berbagai negara, mulai dari Belanda, Prancis, Belgia, China, hingga Kanada. Semua delegasi asing mengagumi produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMK.M) Indonesia, namun baru sebagian saja yang berani melakukan transaksi dalam skala besar. Diharapkan para UMKM yang peserta pameran memperkenalkan diri dan menyebar kartu nama untuk bersiap-siap menerima permintaan dalam jumlah banyak. "Mereka juga harus menjaga kualitas agar kontrak dagang jangka panjang bisa terjalin selamanya," kata dia.

Menkop Perluas Wawasan Calon Wirausaha

Menteri Kementerian Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan mengatakan, pihaknya menggelar Expo Kewirausahaan 2011 di SME Tower Jakarta pada 14-15 Juni 2011.

"Salah satu acaranya berupa pelatihan nasional kewirausahaan dalam upaya meningkatkan jumlah wirausaha baru di Indonesia," kata Sjarifuddin Hasan, ketika membuka Expo Kewirausahaan 2011 di Jakarta, Selasa (14/6).


Ia mengatakan, kegiatan itu salah satunya bertujuan untuk memperluas wawasan serta mengubah pola pikir calon wirausaha dari kalangan terdidik.

"Selain itu, untuk memotivasi jiwa wirausaha dan meningkatkan kapasitas SDM, membuka akses pembiayaan, serta memperluas jaringan pemasaran," ujar Menkop.

Acara itu juga dimaksudkan untuk menggalang kemitraan akademisi, pengusaha, dan pemerintah daerah, serta mengaplikasikan teknologi ke dalam wirausaha atau technopreneur.

Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM, Agus Muharram menambahkan, melalui acara ini pihaknya mengharapkan generasi muda lebih mandiri dan beralih dariposisi pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja.

Ia menjelaskan, target dari program ini tidak mengharuskan mereka langsung bisa menjadi pelaku usaha baru. Palingtidak ini bisa membuka wawasan mereka untuk memulai usaha, sesuai harapan dari pelatihan yang diberikan untuk siap menjadi wirausaha baru didukung dengan akses pembiayaan atau permodalan.

Pelatihan berdurasi sekitar 16 jam, dan secara keseluruhan target pelatihan di seluruh Indonesia menyasar 1.000 orang peserta. Setiap pemerintah provinsi akan memberi dukungan tambahan dalam pelatihan itu.

Setelah mendapat pelatihan, kata Agus, mereka yang terjun menjadi wirausaha akan didampingi untuk bisa mengakses permodalan melalui kredit usaha rakyat (KUR) atau Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB)-KUMKM.

Pada kesempatan yang sama, digelar pameran kewirausahaan yang menampilkan 63 stand yang menawarkan produk wirausahawan, pemberian penghargaan kepada wirausahawan muda yang sukses, penyerahan bantuan permodalan kepada pelaku usaha baru, serta dialog bersama tentang kewirausa-haan.(iz)

Sunday, June 12, 2011

Perajin Kulit Ikan Pari Kesulitan Balian Baku

Perajin kulit ikan pari di Kabupaten Boyolali. Jawa Tengah, kesulitan bahan baku. Harga kulit ikan pari yang biasanya didapat dari Jepara, Tegal, dan Jakarta itu naik lebih dari 100 persen. Itu pun kian sulit diperoleh karena lebih banyak diekspor mentah.

Satu-satunya perajin kulit ikan pari di Desa Sambon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Wawan Purnomo. Jumat (10/6), mengungkapkan, harga bahan baku yang kini tersedia di pasaran naik 100-200 persen dibandingkan dengan sebelumnya


Pemilik usaha Zalfa Leather itu mencontohkan, jika biasanya harga satu lembar kulit ikan pari berukuran 6 inci Rp 20000, pada awal tahun 2011 harganya naik hingga Rp 45.000 per lembar dengan ukuran sama. Ukuran 6 inci cukup untuk membuat sebuah dompet

Akibatnya, biaya produksi pun meroket Padahal, Wawan sudah terikat kontrak dengan para pembeli di Jakarta, Bali, Kalimantan, Amerika Serikat dan Korea. Pemesan keberatan jika harga dinaikkan.

"Persediaan kulit ikan pari di dalam negeri menipis. Sebagian besar justru diekspor ke luar negeri seperti Thailand. Otomatis, harga mentah di dalam negeri jadi tinggi," kata Wawan.

Perajin yang memulai usahanya pada tahun 2009 itu menyayangkan bea ekspor yang rendah untuk bahan mentah. Menurut dia, ekspor bahan mentah seperti itu seharusnya dibatasi sebab dapat diolah di dalam negeri.

"Selama pemerintah tak berpihak kepada pelaku usaha dalam negeri, kami akan sulit bersaing dengan produk asing yang sekarang sudah membanjiri pasar dalam negeri," ujar Wawan.

Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Boyolali Dusin W Mengatakan, pihaknya terus mendukung UMKM dengan mengikutkan mereka pada berbagai kegiatan promosi.

Ciptakan Wirausaha, HIMPI Gandeng 100 Kampus

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Barat (Jabar) menggandeng 100 Perguruan Tinggi (PT) guna mencetak pengusaha dari kalangan mahasiswa sejak di bangku perkuliahan.

Kerja sama ini akan dideklarasikan menjadi HIMPI PT pertama di Indonesia yang akan dilakukan Selasa (14/6) bersamaan peringatan HUT ke-39 HIMPI yang dipusatkan di Bandung.



Ketua HIMPI Jabar. Dede Sumino mengaku, kerja sama HIMPI Jabar dan PT sudah dilakukan pertama kali tahun 2007 dan sampai kini terus berlangsung. Program ini mendapat respons positif bagi HIMPI yang ada provinsi lainnya.

"HIMPI Jabar mencoba melakukan Inovasi kegiatan yang lebih baik salah satunya HIMPI PT. Bagaiman HJMPI menularkan jiwa dan semangat en-trepreneurship di kalangan mahasiswa sejak kampus." katanya kepada wartawan di Bandung, Minggu (12/6).

Disebutkan, saat ini HIPMI PT yang sudah aktif berasal dari berbagai perguruan tinggi di Kota Bandung, dengan jumlah anggota lebih dari 500 orang dari kalangan maha-siswa. "Sehingga progam ini mendapat dukungan dari seluruh Indonesia, sehingga ikut bergabung pula 100 PT yang akan dideklarasikan Selasa mendatang. Kita berharap, dari program HTMP1 PT pada lima tahun mendatang, akan mampu menyerap 2-3 persen tenaga kerja," katanya.

HIMPI PT kata dia. ingin memberikan satu pandangan kepada mahasiswa, bagaimana pola pikir intelektual mereka ketika lulus kuliah selalu berharap menjadi pegawai, PNS, karyawan atau menjadi job seeker. "Bagaimana mengubah pola mereka ketika lulus, terdorong untuk menjadi v. ir.iiis.ili,iu.m atau job creator yang justru menciptakan lMii\.it lapangan kerja. Ini sekaligus menjadi program nasional dalam rangka menyusun road map HIPMI untuk 30 tahun ke depan," katanya.

Dede menyebutkan saat ini jumlah wirausahawan di Indonesia baru 0,18 persen atau tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Idealnya kontribusi ekonomi dari pengusaha bisa berdampak dan terasa positif, jika jumlah wirausaha di Indonesia sebesar 2,5 persen.

Kemenkop Gelar Kewirausahaan

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) didukung oleh 14 instansi terkait akan menggelar pelatihan nasional kewirausahaan secara serentak di pusat dan provinsi seluruh Indonesia. Untuk pelaksanaan di pusat, pelatihan akan dilaksanakan pada 14-15 liun di gedung SME Tower, Ialan Gatot Subroto, lakarta Selatan.

Selain pelatihan kewirausahaan, juga akan digelar Expo Kewirausahaan yang melibatkan instansi, lembaga swasta, perusahaan, BUMN, perguruan tinggi, pelaku usaha, asosiasi, dan stakeholder yang memiliki komitemen terhadap pengembangan kewirausahaan.


Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM Agus Maharram di lakarta, kemarin, mengatakan dengan digelarnya pelatihan kewirausahaan tersebut diharapkan dapat tercipta sumber daya manusia (SDM) muda yang mandiriri sehingga mampu menciptakan lapangan kerja baru.

Selain itu, lanjutnya, juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan jiwa kewirausahaan di kalangan pemuda. Di samping itu, para pemuda mampu melihat peluang dan segera melaksanakannya dan berani mengambil risiko.

Ia menjelaskan jumlah peserta pelatihan di seluruh Indonesia mencapai 1.859 orang. Pelatihan di pusat akan diikuti oleh 300 peserta yang berasal dari Provinsi DKI lakarta, lawa Barat, dan Banten, selebihnya akan dilaksanakan di provinsi masing-masing.