This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, January 11, 2012

Mecetak Untung dari Mengolah Kulit Sapi Jadi Suvenir

Di tangan sejumlah perajin di Yogyakarta, kulit sapi menjelma menjadi aneka suvenir berupa pembatas buku, kipas tangan, dan gantungan kunci. Motifnya beragam tapi kebanyakan tokoh-tokoh pewayangan. Peminatnya juga datang dari negara tetangga seperti Malaysia.

Aneka kerajinan yang terbuat dari kulit sapi semakin punya banyak peminat. Ambil contoh, suvenir pernikahan berupa pembatas buku tokoh-tokoh pewayangan yang terdapat ukiran kalimat. Tengok saja, Elisabet Riani, perajin sekaligus pemilik Rscardsouvenir di daerah Pakualaman, Yogyakartayang sering kebanjiran pesanan. Ia mengolah kulit sapi menjadi aneka produk suvenir, seperti pembatas buku, kipas, dan gantungan kunci. "Bisnis ini sudah saya tekuni sejak tahun 2001 lalu," ujar Elisabet.

Pelanggannya tidak hanya datang dari Yogyakarta dan sekitarnya saja, tapi juga dari Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setiap kali memesan bisa 100 sampai 2.000 item. Dalam sebulan, jumlah order yang masuk lima sampai tujuh.

Tapi, Elisabet tidak melayani pesanan di bawah 100 item karena biaya produksi lebih mahal, kecuali pemesan mau membayar dengan harga lebih mahal. Harga pembatas buku untuk pesanan di atas 100 item mulai Rp 2.200 - Rp 4.000 per buah. Sementara, kipas tangan harganya Rp 3.200 -Rp 4.500 per buah. "Omzet saya bisa Rp 50 juta per bulan," ungkapnya

Saat ini, Elisabet sedang kebanjiran order yang total mencapai belasan ribu item. Karena itu, para pemesan rela menunggu dua bulan untuk mendapatkan pesanan suvenir tersebut. Masih di kota yang sama, Mizmaroch, pemilik Nunu Souvenir, mengatakan, permintaan pembatas buku dari kulit sapi terus meningkat. "Terutama saat bulan pernikahan dan musim liburan, biasanya untuk suvenir," ucap dia

Sebagai gambaran, perempuan 32 tahun ini bisa menjual sekitar 5.000 pieces pembatas buku per bulan. Dari jumlah itu, sekitar 50%-nya dibuat atas keinginan para pelanggan. Mizmaroch bilang, pembatas buku yang ia jual mayoritas bermotif wayang. "Pembeli saya datang dari Sumatra, Kalimanatan, Sulawesi, bahkan Malaysia dan Brunei, mereka suka motif wayang," katanya

Harga yang ia tawarkan berkisar Rp 2.000 per buah untuk pembatas buku biasa dan Rp 4.000 per buah imtuk pembatas buku yang halus. Semakin tipis dan halus, harganya semakin mahal. Rata-rata Mizmaroch bisa mengantongi omzet sebanyak Rp 30 juta per bulan dengan margin keuntungan 20%hingga 30%. "Persaingannya semakin ketat, banyak pemain baru," bebernya. BuyBlogReviews.com

Monday, January 9, 2012

Menyalakan Laba dari Pembuatan Teplok Suvenir

Produsen suvenir pernikahan, ulang tahun hingga pesta kelahiran bayi dituntut terus menelurkan karya baru agar tak ditinggalkan pelanggan. Salah satu yang tengah nge-tren adalah suvenir berbentuk lampu teplok berukuran mungil. Belakangan, permintaan suvenir dengan bentuk tem-plok terus meningkat.

Salah satu pengusaha lampu teplok adalah Rohid Silamin. Pemilik perusahaan berbendera Viescollection asal Gresik, Jawa Timur ini mengatakan, banyak konsumen menambah variasi agar suvenir dalam teploknya tampil berbeda. "Ada konsumen yang meminta hiasan bunga, pita," ujarnya Semakin banyak perhiasan atau modifikasi yang diminta konsumen akan membuat harga suvenir teplok menjadi lebih mahal.

Menurut Rohid, tak hanya untuk suvenir kala pernikahan, suvenir berbentuk teplok juga banyak dipesan untuk pesta ulang tahun atau kelahiran bayi. Dalam sebulan, Rohid mampu menjual lampu teplok sebanyak 1.000 sampai 6.000 unit. Harga lampu teplok mulai dari Rp 5.000 hingga 9.500per unit, tergantung bentuk dan bahan baku yang digunakan untuk membuat lampu teplok.

Dari bisnis ini, Rohid mengaku bisa memperoleh omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Dari angka itu, Rohid mengaku hanya bisa memperoleh laba bersih 10% yakni Rp 5 juta per bulan. Sisanya, untuk biaya produksi, belanja bahan baku hingga biaya pegawai.

Lewat internet, Rohid mendapat pelanggan dari berbagai daerah, mulai dari Surabaya, Semarang, Jakarta, Samarinda, hingga Sabang. "Adapun pelanggan di sekitar Gresik, kebanyakan tahu dari- mulut ke mulut," ujarnya.

Pemain lain adalah Ririn Teguh Setyowati. Pemilik usaha Edgarcollection asal Sidoarjo mengaku menjual lampu teplok rata-rata sebanyak 3.500 unit sampai 5.000 unit per bulan. "Saya membuat lampu teplok tergantung pesanan dari konsumen," ungkapnya

Dalam proses pembuatan, Ririn membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan pasca ada pesanan. Saat ini ada tujuh orang karyawan yang dipekerjakannya untuk membuat lampu tersebut.

Selama ini, pesanan datang dari konsumen yang mau mengadakan pesta pernikahan. Alhasil, dia kerap mendapat pesanan desain lampu teplok sesuai dengan tema pernikahan. "Ada pelanggan yang ingin agar lampu teplok itu dihias dengan warna merah semuanya," jelasnya

Ririn mengungkapkan pesanan biasanya datang dariluar kota seperti Palembang, Semarang, Jakarta, dan Pekan Baru. Banyaknya pesanan dari luar kota lantaran di sana belum terlalu banyak pembuat lampu teplok.

Guna mengantisipasi terjadi pembatalan pemesan dari luar kota, Ririn meminta agar pemesan membayar uang muka hingga 50% dari total harga yang dipatoknya. Oh iya, Ri-rin menjual harga lampu teplok buatannya mulai Rp 5.200 - Rp 9.000per unit. Harga per unit lagi-lagi tergantung keinginan konsumen akan balian yang digunakan. Dengan harga tersebut ia mendapat omzet Rp 40 jutaan per bulan dengan laba bersih hanya 8% saja per bulan.

Mematut Laba dari Gerai Busana

Sebagai kebutuhan primer, bisnis baju atau pakaian tak ada matinya. Terbukti, permintaan akan sandang tak pernah surut  Ragam pakaian pun makin modis dan trendi. Maklum, fungsi pakaian kini telah berkembang jauh. Selain sebagai penutup aurat, pakaian juga menjadi simbol status dan kedudukan sosial seseorang.

Tren seperti itu tentu membuat bisnis seputar busana kian menjanjikan. Makanya,, banyak pebisnis menangkap peluang besar ini. Bahkan, banyak yang menawarkan kemitraan atau waralaba untuk mengembangkan usaha. Salah satu yang menawarkan waralaba ini adalah 761 Gudarig Busana di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Perusahaan yang memiliki gerai di Tomang, Jakarta Barat ini mulai menawarkan waralaba pada Mei 2011. Saat ini, sudah ada tiga calon mitra yang berminat membeli waralaba 761 Gudang Busana. Tiga calon mitra itu berasal dari Manado, Pekanbaru, dan Jawa Tengah. "Sekarang lagi penjajakan dan survei, 60% mereka sudah pasti membeli waralaba kami," kata Jenny, pemilik 761 Gudang Busana

Selain tiga calon mitra itu, ia menargetkan bisa menggandeng lima mitra lain tahun ini. Targetnya, akhir tahun ini bisa memiliki delapan mitra. Bagi Anda yang tertarik menjadi mitra, Jenny menawarkan tiga paket investasi. Yakni, paket Rp 30 juta, Rp 60 juta, dan Rp 100 juta.

Selain berhak menggunakan merek toko 761 Gudang Busa-. na, mitra yang mengambil paket Rp 30 juta akan mendapatkan 200 potong pakaian. Sementara yang mengambil paket Rp 60 juta mendapat sekitar 400 potong, dan yang mengambil paket Rp 100 jutamembawa pulang sekitar 700 potong pakaian.

Jenis pakaiannya bervariasi karena memang membidik semua kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, baik perempuan maupun laki-laki. Harganya berkisar mulai dari Rp 15.000-Rp 300.000 per potong. Hitungan Jenny, mitra bisa meraup omzet Rp 15 juta-Rp 60 juta per lm Imm "Tergantung paket investasi yang dipilili mitra," katanya.

Tapi, Jenny menjanjikan semua paket bisa balik modal sekitar setahun, dengan asumsi bisa menjual 200 sampai 400 potong pakaian per minggu. Setiap bulan, Jenny menarik biaya royalty fee sekitar 7,5% dari omzet Kendati begitu, mitra masih bisa membawa pulang laba bersih sekitar 25% dari omzet.

Perlu modal besar

Menurut Jenny, mitra tak perlu khawatir bila pakaiannya tidak habis terjual. Mitra dapat mengembalikan lagi barang yang tidak laku. "Mitra tidak perlu takut barang yang sudah dipesan tidak lancar penjualannya," klaimnya. Jenny juga mempersilakan mitra-nya untuk menjual aksesori lain di toko mereka asalkan bukan baju.

Bye Widjajanto, pengamat waralaba dari Ben WarG Consulting, mengatakan, bisnis ritel fesyen memang cukup menjanjikan, baik waralaba maupun non waralaba. Kendati demikian, bisnis fesyen membutuhkan modal besar agar bisa terus eksis dan bersaing dengan kompetitor. "Agak riskan jika nilai investa-si membuka toko fesyen ritel dengan modal Rp 30 juta dan , Rp 60 juta," tegasnya. Ia menyarankan, toko fesyen yang belum memiliki brand harus memiliki stok barang yang melimpah, sehingga menarik minat pelanggan untuk datang.

761 Gudang Busana, Kelapa Lilin 2 NG 5/1, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Telp 021-45840643

Sunday, January 8, 2012

Imlek Menjelang, Guan pun Digadang

Perayaan tahun baru Imlek membawa berkah bagi pemilik usaha barongsai. Biasanya menjelang Imlek, banyak pengelola tempat hiburan seperti mal atau hotel menampilkan atraksi barongsai untuk memikat pengunjung. Lantaran pesanan membanjir, pemilik usaha barongsai pun tak segan menaikkan tarif pertunjukan.

Bagi masyarakat Tionghoa, pementasan serta atraksi barongsai merupakan tradisi yang harus ada untuk memeriahkan perayaan tahun baru Imlek. Konon, pementasan barongsai bisa mengusir roh jahat. Tradisi ini pun mendatangkan rezeki bagi para pemilik usaha barongsai. Sejak awal bulan ini, pesanan jasa pertunjukkan barongsai naik hingga dua kali lipat dari biasanya. Tarif sewa atraksi pun ikut-ikutan terkerek naik.

Penyewa umumnya berasal dari para pengelola pusat perbelanjaan dan hotel. Tak hanya untuk memeriahkan perayaan Imlek, mereka juga menyewa barongsai sebagai salah satu cara menggaet pengunjung.

Salah satu klub barongsai yang ketiban rezeki Imlek ini, bernama Hok Tek Tjeng Sin yang bermarkas di Jalan Palmerah, Jakarta Barat. Teguh Wang, pemilik klub Hok Tek Tjeng Sin, bilang, sejak awal bulan Januari ini, klub barongsai miliknya sudah kebanjiran pesanan. "Bahkan mereka sudah membayar uang muka 50%," ujarnya.

Dia mengatakan, dua pekan sebelum tahun baru Imlek yang jatuh pada 23 Januari 2011, ia sudah mendapatkan sedikitnya 20 order manggung. Di bulan-bulan biasa, Teguh paling banyak mendapatkan 10 order saja

Order pertunjukan barongsai datang dari salah satu stasiun televisi swasta, pusat perbelanjaan, hotel dan apartemen. Teguh bahkan mengaku sampai kewalahan memenuhi pesanan dari konsumen. Kalau sudah tak sanggup memenuhi, ia akan membagi pesanan itu ke temannya sesama pemilik usaha barongsai. "Sekarang sudah ada lima pesanan lagi menyusul.

Hukum ekonomi pun berlaku pula di bisnis ini. Banyaknya order ini membuat Teguh tak segan-segan menaikkan tarif sewa atraksi barongsai hingga 100%. Jika pada hari biasa, ia mematok tarif antara Rp 2 juta sampai Rp 8 juta, tergantung durasi pertunjukan.

Nah, saat Imlek, tarifnya pun naik menjadi Rp 4 juta hingga Rp 15 juta untuk sekali pentas. Tarif ini khusus untuk tempat hiburan seperti hotel dan mal," kata Teguh yang biasa memainkan barongsai selama 30 menit sampai 60 menit itu.

Tapi pada Imlek tahun ini, Teguh mengaku, rata-rata mendapatkan order Rp 8 jutasekali pentas. Jadi dengan 20 kah manggung, penghasilan dia bisa mencapai Rp 160 juta. Sekali pertunjukan ia melibatkan 25 kru tetap.

Aldo Reno, pemilik Sanggar Yidao Barongsai di Mangga Dua, Jakarta juga menaikkan tarif atraksi selama Imlek. Kalau biasanya dia mematok tarif Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta selama 30 menit tampil, pada momen Imlek, tarifnya menjadi Rp 5,5 juta per 30 menit. Dia bilang, tarif naik lantaran sering ada pesanan mendadak sehingga membutuhkan pemain untuk stand by. Alhasil Aldo pun harus memberikan fee lebih kepada pemain tersebut.

Menjelang Imlek tahun ini, Aldo sudah mendapatkan tiga pesanan, di antaranya dari Cilandak Town Square, dan program MetroTV Golden Ways Mario Teguh. Untuk mengentaskan barongsai di pusat perbelanjaan, biasanya ada beberapa persyaratan yang diminta pengelola mal. "Misalnya mereka minta tidak boleh terlalu tinggi-tinggi takut ada kecelakaan," ungkap dia

Namun, umumnya para pemain Yidao Barongsai selalu dilatih untuk melakukan gerakan improvisasi ketika pentas. Ini agar penonton terpukau denganatraksi barongsai. Aldo berharap, mendekati perayaan Imlek nanti, pesanan akan terus berdatangan. "Saya yakin, sebab tahun ini kan Tahun Naga, jadi banyak keberuntungan," imbuh dia.

Pemilik Cheer Production, Indra Alvindra juga membenarkan pesanan atraksi barongsai melimpah menjelang perayaan Imlek. Ia mengaku, selama bulan ini saja, pesanan sudah naik 100% dari bulan biasa.

Indra bilang, pada Imlek tahun ini, ia sudah mendapatkan 15 pesanan manggung diberbagai tempat, terutama pusat perbelanjaan dan hotel di Jakarta. Setahun lalu, klub barongsai miliknya malah manggungselamasatu bulan penuh di salah satu mal terbesar di Jakarta

Berbeda dengan Teguh dan Reno, Indra memilih tidak menaikkan tarif pertunjukan barongsai menjelang Imlek tahun ini. Ia khawatir, kalau tarif dinaikkan, pesanan atraksi barongsai malah berkurang. Saat ini, Indra mematok tarif Rp 5 juta sekali tampil per 45 menit. Jika penyewa barongsai meminta tambahan waktu, tarifnya akan lebih tinggi lagi. "Semuanya tergantung kesepakatan bersama," jelasnya. BuyBlogReviews.com

Chocodot Jajaki Pasar Ekspor

Produsen chocodot, cokelat dan dodol khas Garut, Jawa Barat, bersiap melakukan ekspansi usaha. Rencananya, UD Tama Cokelat, produsen chocodot di Garut, akan memasarkan chocodot ke pasar ekspor mulai i.tiniii ini.

Kiki Gumelar, pemilik Tama Cokelat, mengatakan, saat ini ia sedang mengurus perizinan untuk ekspor ke Arab Saudi. Di sana kebetulan banyak sekali tenaga kerja Indonesia. "Saya sudah siapkan produk cokelat isi buah kurma," kata pemilik gerai djieun Tjokelat ini.

Selain ekspor, Kiki juga akan menambah beberapa cabang djieun Tjokelat lagi di beberapa kota. Antara lain di Yogyakarta dan Bali. Saat ini djieun Tjokelat sudah memiliki enam cabang di Garut. Gerai Kiki juga sudah ada di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, dan Batam, namun masih bekerjasama dengan tempat perbelanjaan. "Kalau di Yogyakarta dan Bali saya punya sendiri, resmi buka bulan depan,"ujar dia.

Kiki bilang, agar menarik pembeli, ia membuat produk chocodot yang disesuaikan dengan makanan khas daerah setempat. Misalnya di Bandung, Kiki membuat chocodot isi bajigur dan bandrek, di Bogor ada chocodot isi buah kenari, dan di Semarang ada chocodot isi jenang. "Saya ingin membuat brand Indonesian chocodot," imbuhnya.

Sutradara Pesta Kembang Api

Pertunjukan kembang api menjadi ruang kreativitas sekaligus tempat mencari penghidupan bagi para penyedia jasa pertunjukan kembang api. Sebagai penyedia jasa, mereka dituntut memiliki keahlian untuk menampilkan pertunjukan kembang api yang memukau.

Pertunjukan kembang api spektakuler tidak hanya meledakkan kembang api di udara saja. Butuh perencanaan yang matang agar bisa menghasilkan atraksi kembang api yang memukau. Layaknya pertunjukan drama, pesta kembang api memerlukan seorang sutradara untuk mengatur pertunjukan agar tidak berjalan monoton.

Sang sutradara tak lain adalah penyedia jasa pertunjukan kembang api (fireworks show) itu sendiri. Salah seorang di antaranya adalah Rony. Ia malang melintang di bisnis ini sejak tahun 2.000 di Jakarta. Melalui Cinema Show Effect, ia menyediakan fireworks shoiv, sekaligus mengatur pemupukan pesta kembang api.

Baginya, setiap pesta kembang api adalah kreasi seni yang memerlukan persiapan desain serta ketepatan durasi. Semula, Cinema Show Effect hanya betindak sebatas event organizer (EO) khusus untuk pertunjukan kembang api. Tapi setelah tiga tahun berjalan, usahanya kian berkembang dan mulai merambah industri kreatif lain yang masih berkaitandengan kembang api. "Selain fireworks, kamijuga menjadi" tim kreatif dalam konser musik, misalnya efek api," kata pria kelahiran Jakarta pada 37 tahun silam.

Selain itu, ia juga menawarkan pyro technic (teknik petasan) dan cortfetty (tembakan kertas) yang dapat dimainkan di dalam ruangan {indoor) dan dapat dimainkan siapa saja. Tarif yang dikenakannya bervariasi. Pertunjukan kembang api di luar ruangan, misalnya, memungut bayaran Rp 30 juta hingga Rp 70 juta

Kebanyakan kliennya adalah perusahaan. Ia juga kerap diminta menjadi penyelenggara pesta ulang tahun daerah di Indonesia. Misalnya di Toraja dan Makasar. Biasanya, tarif pesta kembang api acara-acara besar semacam berkisar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta

Dari pertunjukan kembang api, omzet yang didapat berkisar Rp 500 juta sebulan. "Tapi itu tergantung event, pernah juga tidak ada pemasukan," ujarnya. Mengenai persediaan bahan kembang api, Rony biasa mengimpor dari China Dari lokal, dia bisa mendapatkannya dari PT Pindad.

Thursday, January 5, 2012

Momentum Berani Memulai

Pada 1888, Marvin Stone mematenkan proses putaran spiral untuk memproduksi sedotan minum berbahan baku kertas. Keinginannya sangat sederhana, yakni dengan proses tersebut bisa membuat sedotan dalam jumlah banyak. Dengan begitu, produksi sedotannya bisa memenuhi permintaan pasar yang saat itu terus meningkat.

Namun, ternyata karya Marvin ini memberi efek bola salju. Temuannya banyak menginspirasi berkembangnya industri mesin pembuat motor listrik, tekstil, baterai, industri packaging, dan sebagainya. Dari sinilah kemudian perubahan besar terjadi dalam banyak dunia usaha.

Keinginan seperti inilah yang sebenarnya juga terselip di balik niat untuk menghadirkan rubrik Kreatipreneur. Kisah-kisah yang ditampilkan dalam rubrik tersebut diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi publik. Selanjutnya, dari inspirasi itu publik bisa punya keberanian untuk mulai menjalankan usaha. Jika proses ini terjadi secara masif, efeknya akan berantai dalam memutar roda perekonomian bangsa ini.

Virus melamar kerja masih begitu dahsyat menghinggapi anak muda negeri ini. Lihat saja betapa membeludaknya pengunjung setiap acara job fair alias bursa lamaran kerja. Memang tidak ada yang salah dengan fenomena ini. Namun jika dibiarkan terus berkembang, virus melamar kerja ini akan mengikis mental untuk berani memulai belajar mandiri.

Begitu lulus sekolah, para sarjana lantas berpikir bagaimana mencari kerja. Tidak lagi berpikir untuk mandiri, memulai usaha, hinggaakhirnya bisa menciptakan lapangan kerja. Fenomena inilah yang menjadikan komposisi pengusaha dibanding jumlah penduduk Indonesia menjadi sangat kecil, yakni hanya sekitar 0.18 persen. Akibatnya, perputaran roda bisnis hanya menyentuh kalangan yang itu-itu saja. Uang pun hanya beredar di orang itu-itu pula.

Kreatipreneur yang lahir pada 6 Januari 2011 berkeinginan kuat sekali untuk menghadirkan keberanian memulai aksi, menjalankan wirausaha. Dengan begitu, perputaran bisnis bisa diluaskan dan distribusi sumber daya ekonomi bisa lebih merata. Yang lebih penting lagi, berkembangnya semangat wirausaha juga bakal mendorong tumbuhnya ekonomi dan terbukanya banyak lapangan kerja.

Saat itu nama rubriknya masih Kreativasi. Kurang lebih nama tersebut merupakan gabungan dari kata kreatif dan inovasi. Nama ini sengaja dipilih karena memang kisah-kisah yang ditampilkan menggambarkan kreativitas seorang pengusaha dalam membuat inovasi bagi pengembangan produknya.

Saat pertama muncul,

Kreativasi hanya menyajikan kisah-kisah inspiratif dari perjalanan seorang pelaku usaha. Tidak selalu kisah sukses yang dimunculkan, tapi terkadang juga mengedepankan romantika jatuh bangun seorang pengusaha untuk bisa terus bertahan. Sengaja dinamika jatuh dan bangun itu diungkapkan untuk memberi gambaran bahwa menjalankan usaha bukanlah proses instan yang sekali dibuat langsung jadi.

Makin lama, sekadar pemaparan kisah, dirasa tidak cukup untuk mendorong publik mulai bertindak. Selain kisah, publik juga perlu berinteraksi dengan para tokoh yang ditampilkan perjalanan usahanya. Tidak sekadar menemukan jalan keluar, interaksi ini juga bisa menjadi penyambung jaringan yang menghidupkan iklim usaha.

Dengan alasan inilah, mulai 6 Oktober 2011, rubrik Kreativasi disempurnakan. Kisah in-spiratif perjalanan usaha itu dilengkapi ruang konsultasi dengan para tokoh. Mulai tanggal itu pula nama rubriknya diubah menjadi Kreatipreneur dan ruangannya diperluas menjadi satu halaman penuh. Rubrik

Kreatipreneur juga dilengkapi informasi tentang peluang atau kiat berwirausaha.

Perubahan nama rubrik dilakukan untuk menonjolkan unsur semangat wirausaha atau entrepreneurship. Kreatipreneur merupakan gabungan dari kata kreatif dan entrepreneurship. Tak sekadar berubah nama, semangat sangat kuat untuk melahirkan para entrepreneur yang kreatif terselip di balik nama tersebut.

Semangat saja tentu tidak cukup jika tidak diiringi dengan tindakan yang nyata. Karena itulah, Kreatipreneur kemudian tidak hanya hadir sebagai rubrik di Republika, tapi juga sebagai komunitas yang mulai terbangun lewat jejaring sosial (Face-book dan Twitter). Proses interaksi antara pengasuh rubrik, para pengusaha, dan publik diharapkan bisa terjalin kuat melalui komunikasi virtual tersebut.

Wadah ini memang kemudian menjadi ruang berbincang mengenai peluang-peluang dan kiat menjalankan wirausaha. Pertanyaan dari publik yang kemudian dijawab oleh para pelaku usaha terpapar dalam jejaring sosial Kreatipreneur.

Untuk lebih menguatkan interaksi, Kreatipreneur tidakhanya berhenti di ruang virtual. Mulai 8 Desember 2011, Kreatipreneur hadir sebagai event bedah rahasia usaha dengan nama Bincang Bisnis Kreatipreneur. Untuk pertama kalinya, Bincang Bisnis Kreatiprenur digelar di Kampus BSI Fatmawati, Jakarta Selatan. Pengusaha sukses Hendy Setiono. Dengan brand Kebab Turki Baba Raf! (KTBR). Hendy menjalankan bisnis kebab dengan sistem waralaba. Hendy memaparkan kisah jatuh bangun hingga sukses KTBR dalam acara tersebut. Respons peserta dan pembaca Republika membuncah.

Memenuhi permintaan pembaca, acara serupa kemudian digelar di Kantor Harian Republika pada 3 Januari 2012. Pengusaha ayam bakar yang merangkak dari bawah, Agus Pramono, membakar semangat peserta dengan mengisahkan perjalanan bisnisnya yang sangat inspiratif. Brand Ayam Bakar Mas Mono jadi bendera untuk mengembangkan bisnis yang kemudian diwaralabakan ini.

Hari Ini, bertepatan dengan ulang tahun yang pertama, Kreatipreneur menghadirkan Bincang Bisnis di Kampus BSI Bandung, Jawa Barat. Dirga-hayu. Salam wirausaha!

Modal Ratusan Ribu, Kini Tembus Pasar Dunia

Kiprah Iwa Sumanto, 30, dalam merintis bisnis patut diapresiasi. Pemuda kelahiran 21 Januari 1981 ini adalah finalis nasional Wirausaha Muda Mandiri yang sukses mengembangkan usaha produksi stick drum yang kini telah menembus pasar dunia.

Keberhasilan Iwa Sumanto diraih melalui proses panjang. Sebelum menggeluti usaha yang kini diberi nama Solobeat Drumstick Production, sejak kecil ia memang telah bersinggungan dengan kerajinan kayu. Selain desa tempatnya tinggal dikenal sebagai sentra usaha kerajinan kayu, orang tuanya juga menggeluti bidangitu sebagai mata pencaharian. "Kerajinan kayu yang dibuat orang tua saya antara lain sofa dan kabinet alumunium," kata Iwa kepada SINDO belum lama ini.

Namun usaha orang tuanya terguncang saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997. Oleh sebab itu, ketika lulus SMA, Iwa tidak bisa langsung kuliah karena keterbatasan biaya. Keterpurukan yang sempat dialami orang tua ternyata memicu kreativitasnya. Pada 2005, anak keempat dari luna bersaudara ini mulai merintis usaha stick drum. Usaha yang berkaitan dengan perlengkapan alat musik jenis pukul itu terinspirasi kare-nadirinyasempatberkecimpung di event organizer. Hanya bermodal Rp200 ribu, usahasridt drum itu pun dimulai. "Pada awalnya hanya menggunakan alat manual. Itu pun saya juga masih belajar bagaimana membuat stick drum," bebernya.

Kayu yang digunakan pada mulanya sisa kerajinan orang tuanya yang tidak terpakai dan sebagian lagi membeli. Selama beberapa bulan, sekitar 200 pasang stick drum berhasil dijual ke Semarang, Yogyakarta, dan Solo. Stick buatannya ditawarkan ke studio musik dan toko-toko alat musik. "Studio musik menjadi salah satu pasar. Lantaran perlengkapan musikmereka biasanya disewakan, tentu stick drumnya akan cepat mengalami kerusakan," kenangnya. Harga yang dipatok adalah RplO ribu untuk sepasang stick drum.

Temyata semakin lama permintaan semakin banyak hingga membuat usahanya semakin berkembang. Pesanan pun semakin luas dari sejumlah kota besar di Indonesia. Iwa lantas merekrut dua pemuda dari kampungnya untuk menjadi karyawan. Kualitas produk yang dihasilkan ternyata sampai ketelingasejumlahdrummer papan atas di Indonesia. Beberapa grup band ternama tertarik mencoba. Lantaran cocok,mereka kini rata-rata setiap bulan memesan 30 pasang stick drum buatan Solobeat Drumstick Production. "Mereka sering manggung, tetapi tidak mau sembarangan memakai stick drum. Jadi mereka membawa sendiri,"katanya.Tak mau kehilangan pelanggan spesial yang telah memiliki nama besar, pesanan tersebut tentu dibuat agak khusus dengan harga Rp20 ribu untuk sepasang stick drum.

Selain pasar dalam negeri, Iwa membidik pasar internasional Promosi melalui internet membuahkan hasil. Tahun 2011 lalu,sejumlahgrup band asal Amerika Serikat, Venezuela, Puerto Rica, dan Kanada mulai memesan stick drum buatannya. Bahkan di Venezuela.Iwasudahmemiliki jaringan yang siap memasarkan produk usahanya. Harga yang dibanderol adalah USD13 untuk sepasangsricfc drum, termasuk ongkos kirim. "Mereka biasanya pesan satu lusin dan dibayar di muka," ungkapnya.

Pesanan khusus ini membuat pasar usahanya semakin luas. Berkat ketekunannya, Iwa kini sedikit banyak mulai menikmati hasil usahanya. Setiap bulan, omzet rata-rata saat ini telah mencapai Rp20 juta. Karyawannya juga bertambah menjadi lima orang. Kualitas produksi tetap dikontrol langsung agar tidak mengecewakan konsumen.

Berkat usahanya,pada 2008 Iwa bisa melanjutkan studinya ke Universitas Islam Indonesia (Un)Yogyakarta. Jurusan yang diambil adalah bahasa Inggris dengan alasan untuk me-nopang pengembangan usaha. Dia berharap bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya demi pengembangan bisnis ke depan.

Kemampuan bisnis Iwa semakin terasah setelah dirinya menjadi finalis nasional Wirausaha Muda Mandiri 2010 dan bersaing dengan banyak peserta dari berbagai daerah. Beberapa finalis merupakan sosok wirausaha muda yang selama ini menjadi teladan baginya. "Saya merasa belum apa-apa dibanding dengan mereka. Masih kalah jauh," tandasnya.

Pengalam an yangdiperolehdari ajang itu adalah mendapatkan pelatihan bisnis. Ilmu yang diperoleh akan segera diterapkan agar usahanya ke depan lebih tertata dan maju. Di samping itu, produk usahanya juga diikutkan dalam pameran di beberapa daerah sehingga semakin dikenal luas masyarakat dan order menjadi bertambah banyak. "Sebelumnya saya melihat wirausaha muda sulit mendapatkan kesempatan untuk maju. Namun Bank Mandiri ternyata memberikan ruang bagi kami untuk mengembangkan diri. Pada tanggal 19-22

Januari 2012 nanti pun saya bersama ratusan binaan Bank Mandiri lainnya diikutsertakan dalam Expo Wirausaha Muda Mandiri yang akan digelar di Assembly Hall Jakarta Convention Center," katanya.

Dia berharap agar para pemuda memiliki optimisme yang tinggi dalam mengembangkan kewirausahaan. Tak kalah penting adalah semangat tidak pernah menyerah dan terus berusaha sekuat tenaga. "Jangan putus asa meski ada yang meremehkan," ujarnya.

Mengunci Laba dari Bisnis Kancing Kerang

Cangkang kerang tidak lagi dianggap sebagai limbah. Para perajin kini banyak yang memanfaatkan cangkang kerang untuk dibuat kancing baju dan tas. Karena dianggap lebih ramah lingkungan banyak pembeli dari luar negeri, terutama Eropa tertarik produk kancing dari cangkang kerang itu. Permintaannya pun terus bertambah.

Umumnya kancing baju terbuat dari balian baku plastik. Namun, sekarang mulai banyak produk kancing baju dengan balian baku non plastik yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya, kancing baju dari-cangkang kerang. Di tangan-tangan nan terampil, cangkang kerang yang biasanya dibuang percumadan menjadi limbah, bisa disulap menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi.

Bahkan produk kancing dari cangkang kerang kini sudah melanglangbuana sebagai produk ekspor ke berbagai negara. Karena dianggap ramah lingkungan, produk kancing cangkang kerang tersebut ternyata cukup diminati pasar. Salah satu pembuatnya adalah I Putu Darniaya Ia berbisnis kancing berbahan cangkang kerang dengan bendera PT Caspia Bali. Sejak 2001, ia menekuni bisnis ini.

Menurut Dannaya, ada lima jenis cangkang kerang yang bisa diolah menjadi produk kancing. Yakni, cangkang kerang mutiara, Iola, wadung, mabe, dan trukus. Dari berbagai jenis cangkan kerang tersebut, kancing dengan kualitas terbaik biasanya terbuat dari bahan baku kerang mutiara

Balian baku cangkang kerang, ia beli dari para penangkar kerang. Dannaya biasanya membeli cangkang kerang itu dari penangkar kerang di daerah Bali dan Lombok dengan harga Rp 15.000 per kilogram (kg) untuk mutu cangkang paling rendah. "Setelah kami olah menjadi kancing, harganya dari Rp 100 satu in.ii sampai Rp 1.000 per biji," ujar Darmaya

Saban hari, Dannaya bisa memproduksi 300 kg hingga 400 kg kancing. Permintaan banyak datang dari pabrik garmen dan industri aksesoris skala rumahan di Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang. Selain itu, Darmaya jugasudah mengeskpor produk kancing miliknya ke berbagai negara, seperti China, Italia, Jerman dan negara Eropa lain. "Omzet saya Rp 50 juta perbulan," imbuhnya

Pembeli dari Eropa paling banyak lantaran mereka sangat peduli dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Mereka juga menilai kancing dari kulit kerang menjadi sangat artistik bila dipadukan dengan busana Maka itu, Darmaya bilang, permintaan kancing dari cangkang kerang ini dari para pembeli di Eropa terus meningkat.

Berkah memanfaatkan limbah cangkang kerang juga di-nikamti Ahmadun, perajin skala industri rumahan di Si tubondo, Jawa Timur. Sama seperti Dannaya, ia juga menyulap limbah cangkang kerang menjadi produk kancing baju dan tas, sejak tahun 2001 silam.

Bedanya, produk kancing baju Ahmadun belum sampai ke negeri orang. Ia hanya me-nyasar industri garmen dan aksesoris skala rumahan sebagai target pasarnya. Bahan baku cangkang kerang ia peroleh dari sekitar tempat tinggalnya. Dengan memakai peralatan yang sederhana, Ahmadun bisa menghasilkan 200 biji sampao 300 biji kancing baju dari cangkang kerang, dalam sehari.

Omzet yang ia raup memang belum sebesar Darmaya "Omzet saya hanya sekitar Rp 10 juta perbulan," imbuhnya. Toh, ia memiliki kepuasan tersendiri berbisnis kancing cangkang kerang ini. Bukan cuma mendapat penghasilan, tetapi setidaknya ia juga bisa membantu mengurangi limbah lingkungan.

Agar pendapatan semakin mengkilap, Ahmadun maupun Darmaya kini tak hanya menjual produk kancing baju dan tas saja. Tetapi juga berbagai macam pernak-pernik dan hiasan dinding. Tentu saja bahan bakunya tetap cangkang kerang.

Wednesday, January 4, 2012

Mereguk Segarnya Laba Susu Kedelai

Seperti halnya susu sapi, produk susu kacang kedelai juga banyak penggemarnya Selain memiliki rasa yang enak, jumlah kandungan vitamin dan nutrisi susu kedelai setara susu sapi. Berbekal pengetahuan mengenai kelebihan susu kedelai itulah, Singgih Prayogo pada tahun 2007 lalu mendirikan Warung Susu Dele Tidar di Suarabaya, Jawa Timur. Kini setelah empat tahun berjalan, usahanya mengembang. Ia sudah memiliki lima cabang di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur.

Melihat ada celah pasar, sejak akhir tahun lalu, Singgih menawarkan waralaba agar usahanya semakin mekar. Apalagi, "Sejak tahun 2010, merek Dele Tidar telah memiliki hak paten, ujarnya. Produk utama yang ditawarkan Dele Tidar ialah susu kedelai dengan tujuh variasi rasa. Mulai dari rasa tawar, cokelat, moka, hingga aroma jahe. Singgih juga menawarkan produk turunan susu kedelai seperti makanan ringan. "Misalnya roti atau biskuit yang dibahan-bahannya juga mengandung kacang kedelai," imbuhnya

Singgih mengemas dan menjual susu kedelai dalam kemasan botol 300 mililiter (ml) dan 600 ml. Katanya, hampir seluruh gerai miliknya mampu menjual 60 botol susu kedelai dengan omzet sekitar Rp 1 juta per hari.

Tiga paket investasi

Bagi calon mitra yang tertarik dengan usaha susu berba-han baku kacang kedelai ini, Warung Susu Dele Tidar me nawarkan tiga paket invesasi. Masing-masing sebesar Rp 8 juta-Rp 12 juta, Rp 30 juta, dan yang terbesar Rp 80 juta. "Besaran investasi tersebut termasuk jasa pelatihan dan promosi, tapi di luar biaya sewa gedung," imbuhnya

Singgih bilang, paket investasi senilai Rp 8 juta hingga Rp 12 juta memiliki sasaran pasar pada kelas menengah ke bawah. Fasilitas yang diberikan berupa gerobak, peralatan penyajian, serta bahan baku susu sebanyak 50 liter. Khusus paket investasi Rp 12 juta akan diberikan peralatan tambahan berupa peralatan dapur dan alat memasak.

Paket Rp 30 juta dan Rp 80 juta khusus menyasar investor yang ingin memasarkan untuk target pasar kelas menengah ke atas. "Mereka akan memperoleh meja, dan gerai akan didesain layaknya kafe-kafe," ujarnya.

Dia bilang, untuk paket investasi Rp 80 juta akan diberikan pula bahan baku susu kedelai 200 liter. Pada paket ini, hitungan Singgih, proyeksi omzet yang bisa diperoleh bisa berkisar Rp 2 juta per hari dengan balik modal 1 tahun-1,5 tahun.

Singgih yakin, tiga paket waralaba Warung Susu Dele Tidar tersebut bakal memperoleh banyak mitra. Ia mengaku, sejauh ini mengaku sudah mengantongi enam mitra potensial. "Pangsa pasar kami berbeda dengan pedagang asongan dan minimarket," ungkap dia.

Khoerussalim Ikhsan, konsultan wirausaha menilai, tawaran waralaba dari Warung Dele Tidar cukup menarik. Namun, calon mitra yang ber-minat bergabung harus pintar-pintar memilih lokasi strategis. "Lebih baik di pusat perbelanjaan yang ramai atau ruko pinggir jalan," kata dia menyarankan.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh franchisor ialah bagaimana menjaga kualitassusu kedelai tersebut. "Kualitas pengemasan harus bagus agar susu tetap segar," imbuh Ikhsan. Warung Susu Dele Tidar Jl Tidar No 151 Surabaya 60252 Tip (031) 534-0556

Manis Bisnis Crepesnya, Laris Juga Wajannya

Makanan ringan berupa kue dadar renyah berisi buah-buahan atawa crepes, membawa peruntungan bagi pungusaha wajan crepes. Permintaan wajan crepes cukup besar, dari ibu rumah tangga hingga restoran besar. Ada yang mengimpor wajan dari Perancis dan Malaysia lalu dijual di sini. Tapi ada pula yang memproduksi wajan crepes sendiri lantaran permintaannya terus meningkat.

Siapa tak tahu crepes? Cemilan yang berasal dari Eropa ini, sekarang juga populer di Indonesia. Makanya, banyak penjual crepes betebaran, mulai dari kelas pinggiran jalan hingga di pusat perbelanjaan. Seiring bisnis crepes yang semakin manis, para penjual wajan crepes pun ikutan kecipratan lezatnya bisnis tersebut. Penjualan wajan crepes terdongkrak.

Ada yang memproduksi sendiri wajan crepes, ada pula yang memilih mengimpor wajan crepes untuk dijual lagi di sini. Salah satu importir wajan crepes adalah Wisnu Primu-lyono. Ia bilang, pasar penjualan loyang crepes terbuka lebar seiring dengan terus meningkatnya penjual makanan ringan itu. Pelanggannya rata-rata pengusaha waralaba bisnis crepes,restoran, maupun ibu rumah tangga Dia mengaku hanya menjual loyang crepes impor buatan Perancis dan Malaysia "Dalam sebulan saya bisa menjual wajan crepes 25 urn. kata dia

Wisnu telah memasarkan sejak tahun 2007. Ada dua macam wajan yang dijual, pertama adalah wajan crepes elektrik asal Perancis yang menggunakan aliran listrik, dan wajan aluminium dari Malaysia

Harga wajan ini antara Rp 3,25 juta sampai dengan Rp 4,75 juta. Bedanya adalah wajan crepes dari Perancis lebih irit dalam hal penggunaan energi listrik. Namun restoran kebanyakan membeli wajan crepes asal Malaysia "Pembeli wajan itu biasanya datang dari luar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera dan juga Sulawesi.-Saya bisa mengan-tongi omzet Rp 81 juta per bulan," kata Wisnu.

Beda dengan Wisnu, Andi Subiyakto, pemilik Usaha Daerah Cahaya Seganten di Cirebon, memproduksi sendiri wajan crepes. Ia membuat loyang khusus crepes sejak tahun 2009. Bahan baku wajan hasil karyanya menggunakan bahan lokal. Andi menyediakan berbagai tipe ukuran wajan crepes, mulai dari diametei 261 entimeter (cm), 28 cm, 30 cm, 32 cm, dengan ketebalan 1,3 cm. "Yang biasaharganya Rp 320.00 perunit," kata pria 32 tahun itu.

Pembeli produknya berasal dari pengusaha waralaba bisnis crepes dan ibu rumah tangga Dalam sebulan dia bisa membuat pesanan hingga 50 unit. "Omzet saya Rp 16 juta per bulan." katanya.

Dia bilang, tidak mudah membuat wajan jenis ini. Untuk menghasilkan wajan berbentuk bulat sempurna serta pipih tanpa cacat gelombang, memerlukan proses bubut yang lama Perlu ketekunan dan kecermatan dalam proses pembuatan wajan. "Wajan crepes yang baik adalah jika didempetkan tidak ada celah tersisa Supaya bisa menghasilkan crepes yang sempurna," tandasnya

Jadi wajar kalau harga wajan crepes memang cukup mahal. Anda berminat?

Monday, January 2, 2012

Pesona Batik Gentongan Madura

Batik gentongan asal Kota Madura boleh dibilang kalah pamor dengan batik Pekalongan, apalagi batik Yogyakarta. Namun, siapa sangka batik ini sudah lama tersohor hingga mancanegara karena keunikannya. Perajin batik gentongan pun tidak sembarang bisa ditemukan. Pembuatan batik ini hanya ada di Pulau Madura Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Bangkalan, yang langsung terhubung dengan Surabaya oleh Jembatan Suramadu.

Siti Maimonah merupakan salah satu perajin batik gentongan. Ditemui SH beberapa waktu lalu di Jakarta pada acara pameran UKM Indrocaft, dia banyak bercerita mengenai pembuatan batiknya yang memakan waktu sampai setahun untuk membuat satu batik gentongan yang indah.
Ciri khas batik pesisir dengan warna-warna berani dan corak bebas begitu kentara. Hingga sekarang produksi batik yang masih menganut cara-cara tradisional itu masih berlanjut. Kebiasaan masyarakat di Tanjung Bumi dalam membatik ternyata cukup unik.

Proses pembuatan batik meliputi beberapa tahap. Pertama kain mori putih yang hendak digunakan akan direndam dalam air bercampur minyak dempel dan abu sisa pembakaran kayu dari tungku. Proses perendaman ini dilakukan selama satu hingga dua minggu. Setelah direndam kain kemudian dicuci, ini untuk menghilangkan zat yang melekat pada kain bawaan dari pabrik. Setelah kering, kain tersebut akan dikanji. Bahan yang digunakan untuk pengkanjian ini sagu dari ubi kayu.

Setelah selesai tahap ini, kain mulai digambar. Berturut-turut tahap berikutnya adalah di-isen, di-kurik, dan ditembok. Fase ini merupakan pemasangan malam pada kain sebelum kemudian diwarnai. Proses selanjutnya adalah pewarnaan, yang bisa berlangsung hingga dua kali.

Setelah pewarnaan, kain batik tersebut di-lorot. Proses ini merupakan usaha untuk menghilangkan malam yang melekat pada kain, yaitu dengan memasukan kain ke dalam air mendidih. Terakhir, adalah menjemur di tengah terik sinar matahari. Tak heran melihat proses yang begitu memakan waktu, batik gentongan asli buatan tangan Maimunah ini dihargai Rp 1–6 juta per potongnya. “Batik ini kering, tetapi kelihatan basah kalau yang benar, ini disikat siram lagi masuk air sampai enam bulan. Batik ini paling laris,” katanya.

Dalam mengelola usaha kecil menengah yang dia beri nama Pesona Batik Madura, Maimonah mengaku dibantu sekitar 245 perajin dan 24 pegawai. Tak ayal, produksi batiknya kini sudah merambah seluruh Tanah Air, bahkan sudah masuk pasar Jepang. Di Jakarta sendiri batik gentongan bisa ditemui di Jalan Pondok Pinang Jakarta Selatan dan Seibu Department Store Grand Indonesia.

Selain itu, batik ini juga menjadi primadona kalangan pejabat. Tak tanggung-tanggung, kata dia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sering memakai batik buatannya dalam berbagai kegiatan. “Bapak Presiden sudah lama berlangganan. Pak Presiden mengenakan batik tersebut saat meresmikan Jembatan Suramadu dua tahun lalu. Pejabat-pejabat lainnya juga ikut memakainya. Bagi saya yang terpenting melestarikan batik Madura,” ujarnya dengan bangga.
Maimonah mengatakan, perajin batik gentongan di kota asalnya saat ini sudah mulai berkurang jumlahnya. Untuk itu, dia membuat sekolah batik gentongan bagi anak-anak dari usia sekolah dasar sampai sekolah menengah. “Saya juga mengajar kursus batik. Alhamdulillah sekarang sudah ada 30 murid,” tuturnya.

Maimonah ingin melestarikan batik gentongan karena batik ini lain dari yang lain. Batik gentongan menurutnya mempunyai nilai lebih dalam tradisi batik Madura. Disebut gentongan karena pada proses pewarnaannya direndam dalam wadah gentong selama dua bulan.

Kabarnya setelah direndam, lembaran batik tersebut kemudian disikat. Selain untuk membersihkan malam yang tersisa, juga agar warna lebih awet melekat pada kain. Tak heran bila batik ini bisa berumur hingga puluhan tahun lebih, dengan warna yang awet.

“Sek Malaya kain bermotif kuno berusia 200 tahun ini merupakan salah satu koleksi kami. Sek Malaya yang berarti Laut Bergelora dalam bahasa Madura adalah imajinasi perempuan perajin batik, yang sedang menanti kepulangan suaminya dari melaut. Kain berusia 200 tahun ini memiliki karakter khas warna merah dan biru,” katanya.

Anyaman Bambu, Masih Bertahan, Walau Mulai Tersisih

Kendati zaman berubah, produk kerajinan anyaman bambu masih menjadi primadona masyarakat. Salah satu sentranya yang sampai sekarang masih bertahan ada di Majalengka, Jawa Barat. Walau tak sejaya dulu, kerajinan bambu masih menjadi tambatan hidup warga di daerah itu.

Sebelum berbagai produk rumah tangga dari bahan alumunium atau plastik masuk ke pasaran, dulu, ibu-ibu rumah tangga membekali perabot rumah tangganya dengan berbagai produk anyaman bambu. Biasanya kerajinan bambu itu biasanya untuk mengisi perlengkapan dapur dan peralatan rumah tangga lainnya

Namun seiring usia zaman, kerajinan anyaman dari bambu perlahan tersisihkan. Kemajuan teknologi membuat produk dari anyaman bambu kalah dengan produk-produk pengganti yang lebih tahan lama. Toh, usaha kerajinan yang terbilang rumit itu tetap hidup. Salah satu sentranya ada di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Usaha tersebut menjadi sumber penghasilan sampingan masyarakat di beberapa kecamatan di Majalengka seperti di Sukahaji, Rajaga-luh, Palasah, Leuwimunding, dan Sindangwangi.

Salah satu desa yang sebagian besar warganya menggantungkan rezeki darikerajinan anyaman bambu ada di Salagedang, Kecamatan Sukahaji. Usaha anyaman bambu sampai saat ini masih menjadi lumbung pendapatan penduduk setempat

Desa tersebut bisa ditempuh selama 30 menit melalui jalan darat dari pusat kota Majalengka menuju arah Cirebon. Tidak terlalu sulit untuk menemukan sentra kerajinan tersebut, karena kita bisa melihat beberapa kios yang menjajakan kerajinan bambu beraneka bentuk. Kios tersebut sebagai penanda bahwa masyarakat disekitar merupakan perajin anyaman bambu. "Deretan kios di pinggiran jalan itu merupakan tempat berjualan penduduk sekitar," kata Jamil, salah satu perajin anyaman bambu.

Masuk ke dalam desa lagi, kita bisa menemukan aktivitas sesungguhnya para perajin anyaman bambu tersebut. Tumpukan produk anyaman yang belum selesai banyak teronggok di sam-ping-samping rumah penduduk. Ada juga onggokan bilah-bilah bambu yang baru saja disiapkan untukmembuat anyaman. Bambu yang baru disayat itu diletakkan di tempat yang terlindung dari panas dan hujan supaya tidak cepat rusak ketika ingin dibuat produk anyaman.

Jamil, perajin di desa Salagedang mengungkapkan, hampir seluruh warga di desanya berprofesi sebagai perajin anyaman bambu. Dia sendiri telah menekuni usaha ini sejak 10 tahun lalu mengikuti jejak sang orang-tua yang juga perajin anyaman bambu.

Kebanyakan profesi ini ditekuni kaum pria. Tapi para ibu rumahtangga juga ikut turun tangan membuat berbagai anyaman, mulai dari kipas tangan, bakul nasi, kukusan, hingga topi tani. Menurut Jamil, usaha ini bagi para ibu rumah tangga hanya sampingan saja pengisi waktu luang saja selain bertani dan mengurus anak. "Biasanya suami akan menularkan kemampuannya kepada istri untuk meng-anyam," ujar Jamil yang berusia 42 tahun itu.

Penduduk menjual produk anyaman itu dengan harga bervariasi. Misalnya kipastangan Rp 2.000 untuk ukuran kecil, bakul Rp 10.000 untuk ukuran besar. Namun menurut Jamil, produk yang paling banyak dibuat penduduk sekitar adalah boboko atau bakul kecil yang seharga Rp 7.000 per buahnya

Sebulan ia bisa menjual dua kodi produk anyamannya itu dengan harga Rp 150.000 per kodi. "Saya lebih suka membuat bakul yang lebih kecil karena lebih banyak peminatnya," ujar Jamil. Semua perajin di desa tersebut akan menjual produknya kepada seorang pengepul yang mempunyai kios di jalan utama kabupaten. Pengepul ini akan membeli produk anyaman dengan sistem grosir dan menjualnya kembali langsung di kios tersebut

Nuroh, pemilik kios kerajinan bambu bilang, kerajinan bambu itu dijual kepada pelancong atau ke pedagang lain yang berasal dari Majalengka dan luar kota Selain sekitar Majalengka, pembeli kerajinan mereka juga berasal dari Jakarta "Omzet saya dalam sebulan bisa mencapai Rp 30 juta," ujarnya senang.

Pemerintah Akan Sulap Waserba Miliki Koperasi Menjadi UKM Mart

Tak usah heran bila tahun ini banyak warung serba ada milik koperasi yang berubah wajah menjadi modern. Pemerintah berencana mengubah tampilan 600 waserba bak toko ritel modern. Tak lagi jadi waserba, namanya pun berubah menjadi UKM Mart.

Agar bisa bersaing dengan jaringan toko ritel modem, pemerintah akan menyulap warung serba ada (waserba) milik koperasi di berbagai daerah jadi toko ritel modern berbendera UKM Mart. Dalam tahap awal, pemerintah baru menetapkan 24 waserba milik koperasi yangakan berubah wajah menjadi UKM Mart. Khusus untuk menyulap 24 waserba itu, pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp 1,56 miliar. Alhasil, masing-masing koperasi yang memiliki waserba akan mendapatkan dana bantuan sebanyak Rp 65 juta.

Tahun ini, pemerintah sejatinya menargetkan sekitar 600 waserba milik koperasi yang berganti baju menjadi UKM Mart. Hitung-hitungan kasarnya, anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 39 miliar.

Namun, sumber pendanaan untuk membuat 600 UKM Mart itu masih harus menunggu APBN Perubahan 2012 nanti. "Kalau bantuan untuk 24 UKM Mart, April sn.lali selesai disalurkan," kata Neddy Rafinaldy Halim, Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM.

Dia bilang, revitalisasi waserba menjadi UKM Mart lantaran pengelolaan waserba oleh koperasi di Indonesia masih mengguna-kan sistem konvensional. "Konsep waserba omzetnya kecil, sebab hanya mengandalkan anggota untuk belanja," katanya

Neddy menjelaskan, koperasi yang memperoleh bantuan hanya unit yang memenuhi beberapa persyaratan. Antara lain memiliki waserba konvensional dan lokasinya strategis untuk berjualan.

Setelah dua syarat itu terpenuhi, ada tini dari Kemkop dan UKM yang akan memberikan arahan untuk melakukan branding dengan dilengkapi dinding kaca, sistem pelayanan komputerisasi, dan penamaan UKM Mart yangbersanding bersama nama unit koperasi masing-masing.

Selain branding, pengelola UKM Mart akan mendapatkan pelatihan berupa manajemen serta tata cara sirkulasi barang, mulai dari pemberian diskon khusus, jaminan stok produk di dalam toko, hingga penataan ruang dan pelayanan kepada konsumen.

Meskipun jumlah koperasi penerima UKM Mart sangat kecil dibandingkan jumlah koperasi di Indonesia yang mencapai 186.907 unit, namun Neddy yakin, perubahan ini akan membuat koperasi menjadi lebih profesional dan beromzet besar. Menurutnya, sejauh ini telah terdapat 1.000 unit koperasi yang mampu mendirikan waserba secara swadaya. Di mana, setiap tahunnya jumlah tersebut selalu meningkat.

Rektor Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) Burhanuddin Abdullah mengapresiasi langkah yang diambil pemerintah untuk meningkatkan kualitas koperasi melalui program UKM Mart. "Hal itu terlepas dari besaran dana yang diberikan pemerintah kepada pelaku koperasi," kata mantan Gubernur Bank Indonesia ini.

Menurut dia, modal bukan kendala utama koperasi saat ini melainkan pada aspek minimnya keyakinan pelakuusaha bahwa koperasi merupakan solusi kesejahteraan bersama Selain itu, kemampuan manajerial dalam mengelola koperasi juga dinilai masih lemah.

Agar revitalisasi dan pemberdayaan koperasi melalui UKM Mart dapat berjalan maksimal, Burhanuddin berharap, pihak swasta dalam hal ini industri besar harus dilibatkan. Keterlibatan perusahaan tersebut dapat berupa pelatihan manajemen dan pengelolaan usaha. "Dapat juga berupa kerjasama dalam proses produksi," jelasnya

Ketua Umum Forum Kemitraan Pangan UKM Indonesia Deden Arfianto menilai, program UKM Mart belum mampu menjawab persoalan perkoperasian di Indonesia Problem yang dihadapi koperasi, sebel i il nya lebih pada minimnya dana bantuan. Selain itu juga segmen pasar koperasi yang masih terbatas lantaran minat masyarakat terhadap koperasi yang masih rendah.