Thursday, May 26, 2011

KUR Disorot dan Diburu

Suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang selalu disoroti karena dinilai masih terlalu tinggi ternyata tidak sepi dari peminat.Pemerintah mengklaim penyaluran KUR tahun ini sudah di atas 50% dari target yang dipatok. Data terbaru menunjukkan KUR yang dicairkan sudah menembus Rpl0,33 triliun hingga 20 Mei lalu.Dengan demikian,KUR yang beredar di tangan masyarakat sudah mencapai 51,3%dari target sekitar Rp20 triliun tahun ini.

Melihat kinerja penyaluran KUR tahun ini yang cukup bergairah, hal itu menunjukkan betapa masyarakat membutuhkan pembiayaan dengan cara mudah, urusan suku bunga cenderung tak dipersoalkan. Realisasi pencairan
KUR tahun ini membuat bank penyalur semakin bersemangat. Dari 20 bank-BNI, BRI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, dan 13 Bank Pembangunan Daerah-yang menjadi penyalur KUR, tercatat sekitar 730.713 debitor.

Tengok saja, pencairan KUR Januari tercatat sebesar Rpl,86 triliun, lalu.meningkat menjadi Rpl,92 triliun pada Februari dan melejit hingga Rp2,6 triliun pada Maret, tetapi pada April sedikit mengendur menjadi Rp2,38 triliun. Dalam urusan penyaluran KUR.BRItak terkalahkan di antara bank yang di tunjuk pemerintah sebagai penyalur dengan realisasi tak kurang dari R p6,S tribun.

Peningkatan kinerja penyaluran KUR tersebut tak bisa dipisahkan dari relaksasi (kemudahan) untuk mendapatkan kredit usaha itu sejak tahun lalu. Di antaranya, penurunan suku bunga KUR mikro dari 24% menjadi 22%, penurunan suku bunga kredit KUR dengan plafon Rp5 juta hingga Rp500 juta menjadi 14% dari sebelumnya sebesar 16%, periodepengembalian yang makin panjang dari tiga tahun menjadi enam tahun.

Di balik kemudahan tersebut memang terselip ancaman meningkatnya rasio kredit bermasalab(non-performingZoan/NPL).Hal itu tidak ditampik oleh Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan. Namun komitmen pemerintah untuk memberikan pembiayaan dengan mudah kepada masyarakat tidak boleh terhalang persoalan NPL. Secara nasional, NPL KUR hanya sebesar 3% (bruto) dan kalau dihitung secara neto tidak lebih dari 2% . "Jadi, KUR ini masuk kategori sehat sekab. Begitu dapat kredit, debitor KUR langsung bekerja. Itu behavior mereka," papar Syarifuddin.

Kehadiran KUR berawal dari kegelisahan pemerintah terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)yang masih kesulitan mengakses pembiayaan dari perbankan. Pada 2006, jumlah UMKM mencapai 48,8 juta, tetapi yang baru bisa menikmati pembiayaan lewat perbankan hanya 39,06% atau 19,1 juta. Fakta lain yang menarik, dari 48,8 juta UMKM tersebut temyata sekitar 90% adalah usaha mikro berbentuk usaha rumah tangga, pedagang kecil, dan berbagai usaha mikro lain yang bersifat informal.

Semula.program KUR yang diluncurkan 2007 tak begitu dilirik karena suku bunga yang ditawarkan tidak kompetitif. Namun -dalam perkembangannya KUR sedikit demi sedikit mulai menggeser peran Un tah darat. Dari 2007 hingga 2010, pemerintah mencatat dana KUR yang sudah beredar sebesar Rp34,417 triliun di tangan 3,8 juta nasabah. Berkat program KUR seperti diklaim pemerintah, diperkirakan 400.000 orang telah naik kelas karena sudah layak mengajukan kredit usaha yang lebih besar ke bank (bankable).

Kita berharap KUR yang menjadi motor penggerak UMKM bisa lebih menyasar sektor-sektor yang menjadi tulang punggung pi-rr konomian nasional. Terus terang, alokasi penyaluran KUR sepanjang tahun lalu masih didominasi sektor perdagangan yang mencapai 63,7%,sedangkansektorpert ani an dan perikanan baru sekitar 17,1% dari total KUR yang disalurkan sebesar Rpl7,2 triliun. Hal itu juga dibarengi dengan penurunan suku bunga lagi yang bisa memberikan ruang gerak lebih leluasa kepada pelaku UMKM.

0 komentar:

Post a Comment