Wednesday, June 15, 2011

UKM Batik Kekurangan BahanBaku

Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Ke-menperin)Euis Saedah mengatakan, saat ini IKM yang memproduksi kain batik mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku, terutama gondorukem. Kondisi itu antara lain terjadi akibat produksi gondorukem nasional sebanyak 80.000 ton per tahun lebih banyak diekspor ketimbang dijual di pasar dalam negeri.

Padahal, pasar dalam negeri masih kekurangan gondo-rukem sebanyak 20.000 ton per tahun, dari total kebutuhan sekitar 70.000 ton per tahun. Saat ini, kata Euis,gondorukem diproduksi oleh PT Eksploitasi dan Industri Hutan (Inhutani)I dan HI yang berlokasi di wilayah Sumatera Utara dan Sula-wesi Tenggara.


"Itu kebanyakan diekspor. Di negara lain,gondorukem bu-kanhanya un tukbarik.tapi produksi cat, kosmetika, dan penajam rasa. Kita malah impor dari China untuk mengisikekurangan," kata Euis di Jakarta kemarin.

Maka dari itu,menurut Euis, Kemenperin akan menambah mesin produksi gondorukem. Saat ini, kata dia, Kemenperin telah membeli satu mesin senilai Rp300 juta. "Semoga nanti produksi gondorukem bisa ditingkatkan," ujarnya.

Pemerintah, kata dia, juga berharap Inhutani bisa mengurangi porsi ekspor dan memprioritaskan kebutuhan pasar domestik. Kendati demikian, Euis optimistis, industri batik nasional akan terus berkembang. Terlebih sejak 2009, UNESCO sudah mengakui bahwa batik berasal dari Indonesia dan menjadi warisan budaya tak benda Indonesia.

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Utama PT Rumah Promosi Indonesia Djodjo Gozali. Djodjo mengatakan, batik Indonesia memiliki corak khas yang sudah dikenal oleh konsumen dalam negeri maupun negara lain.

0 komentar:

Post a Comment