Thursday, June 16, 2011

Strategi Pengembangan Kemitraan Usaha Perikanan Tangkap Dengan Lembaga Keuangan

Kegiaan perikanan Indonesia hingga saat ini masih didominasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), baik nelayan penangkap maupun nelayan pengelola hasil tangkapan. Secara umum, usaha perikanan tangkap UMKM ini, mengalami permasalahan klasik, terutama menyangkut teknologi dan permodalan. Kondisi ini tentu sangat disayangkan,padahal permintaan sumber potensi hewani tersebut terus meningkat.

Peningkatan ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin mahalnya sumber protein hewani (non-ikan). Patut diketahui, tingkat konsumsi ikan domestik rata-rata mencapai 30,17 kilogram perkapita per tahun. Jumlah ini masih belum merata, karena praktiknya ikan masih lebih banyak dikonsumsi masyarakat luar Jawa, khususnyadi Indonesia bagian timur.
Sebaliknya tingkat konsumsi ikan di pulau Jawa baru berkisar 16 kilogram perkapita per tahun. Diharapkan, sejalan dengansemakin meratanya kesadaran masyarakat untuk menkonsumsi sumber protein hewani ini, maka kebutuhan ikan juga akan semakin meningkat. Apalagi ikan itu merupakan sumber proein yang murah jika dibandingkan dengan sumber protein non-ikan.

Mengingat besarnya potensi ikan yang kita miliki, serta besarnya peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khsusunya para nelayan penangkap dan pengelola tangkapan. Maka, dibutuhkan terobosan dan inovasi kelembagaan yang dapat memberi insentif bagipara pelaku dan pihak-pihak terkait di bidang perikanan tangkap. Salah satunya adalah dengan mengembangkan model kemitraan usaha perikanan tangkap dengan lembaga keuangan. Pola kerjasama ini diharapkan akan mengurangi masalah modal yang selama ini menjadi kendala yang biasa dihadapi para nelayan.

Sementara bagi lembaga keuangan, kemitraan di bidang perikanan tangkap ini akan menjadi tantangan tersendiri. Dalam memperluas sekaligus meningkatkan pembiayaan pada sektor yang selama ini kurang dilirik sektor perbankan.

0 komentar:

Post a Comment