Tuesday, December 13, 2011

Kinerja UKM Busana dan Kerajinan Berpotensi Serap Tenaga Kerja

Pemerintah terus meningkatkan berbagai stimulus regulasi bagi UKM agar bisa tumbuh lebih cepat, bahkan melampaui target. Pendekatan interlink juga diterapkan untuk mendekatkan skala mikro dengan skala kecil dan menengah.

Peningkatan order yang diterima oleh industri skala rumah tangga dan mikro akan mendongkrak produksi sentra industri kecil dan menengah (IKM). Diperkirakan, hingga akhir tahun ini, omzet di sektor tersebut meningkat 10 persen dibandingkan tahun lalu.

"Industri skala mikro dan rumahan memang sedang menikmati peningkatan order. Akhir tahun ini mereka bisa menikmati pertumbuhan omzet 10 persen dibandingkan tahun lalu. Sedangkan, untuk industri skala kecil dan menengah rata-rata tumbuh 2-3 persen, namun hingga akhir tahun bisa tumbuh 7 persen," kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Sae-dah pada acara pembukaan Himpunan Perajin Indonesia (Himpi) Expo di Jakarta, Selasa (13/12).

Industri skala mikro dan kecil yang bergerak di sektor busana dan makanan, menurut Euis, menjadi dua bidang yang akan diperkuat lebih dulu. Produk busana akan difokuskan pada produk perhiasan.

"Kedua sektor itu memang sedang tren dan terus bertumbuh. Dua puluh lima persendari IKM nasional bergerak di sektor makanan, tapi belum terstruktur secara mendasar. Pemerintah akan mengupayakan penguatan mulai dari aspek pajak wta menyoroti isu tentang keamanan pangan, dari penerapan standar internasional terkait hazard analytical critical control point (HACCP) dan good manufacturing practice (GMP/ cara produksi yang baik), termasuk soal pengemasan," papar dia.

Untuk itu, lanjut Euis, pihaknya akan menerapkan pendekatan interlink ages, yakni menjalin rantai keterkaitan antara pelaku industri skala mikro dengan skala kecil dan menengah. "Pendekatan itu mencakup rantai pasokan bahan baku dan produk jadi dan mulai berlaku pada tahun 2012. Intinya, IKM yang mapan menolong IKM kecil dan mikro lainnya agar ikut mapan dan naik kelas," turur dia.

Euis menambahkan pendekatan tersebut membutuhkan kepercayaan di antara sesama pelaku. Untuk skala kecil dan mikro, syarat tersebut bisa dipenuhi. "Tujuan pemerintah adalah memenuhi kebutuhan pasar domestik. Setidaknya,menekan impor produk kerajinan yang saat ini menguasai sekitar 43 persen pasar dalam negeri," tandas dia.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Himpunan Perajin Indonesia (Himpi) Siti Suprapti mengatakan industri busana dan kerajinan khusus IKM memiliki daya serap tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang mampu dikuasai oleh lapisan masyarakat. Apabila pemerintah ingin membenahi sektor tersebut, akan mengurangi angka kemisikinan.

Menurut Siti, pasar ekspor produk busan dan kerajinan sangat besar. Tahun lalu, ekspor produk kerajinan meningkat 7,15 persen dari 2009. "Ekspor produk kerajinan pada 2010 mencapai 624,30 juta dollar AS atau naik 7,15 persen dari 2009. Sampai dengan semester I tahun ini, ekspor mencapai 273,54 juta dollar AS dengan tujuanutama Amerika Serikat 43,4 persen, lepang 12,3 persen, Inggris 4,4 persen, Australia, (erman, Belanda, Prancis 3,5 persen," papar dia.

Pertu Perhatian

Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatra Utara, Ihon Tafbu Ritonga, mengatakan UKM harus mendapat perhatian serius dari pemerintah agar usahanya bisa bertahan dan berkembang lebih besar. UKM sudah terbukti menjadi penyelamat perekonomian secara nasional di saat krisis ekonomi dan global melanda Indonesia.

"Komitmen pemerintah diperlukan dalam pengembangan industri pengolahan hilir, terutama dengan memberi insentif kepada para pengusaha yang berminat menanamkan modalnya di sektor ini. langan sampai sebagian besar ekspor kita adalah bahan baku," papar Jhon.

0 komentar:

Post a Comment