Thursday, December 1, 2011

Ekonomi Kreatif Tak Terpengaruh Krisis Eropa

Ekonomi kreatif mulai menunjukan geliatnya pada industri dalam negeri. Bahkan, pesona industri kreatif dalam negeri mampu menerobos pasar internasional. Hal ini dibuktikan oleh usaha kecil menengah (UKM) Rumah AbiaWooden Toys, Craft, and Gift. Bagaimana tidak, di tengah serangan badai krisis eropa UKM, Abia malah gencar mengekspor produk mainan anak-anak yang menjadi andalannya sampai ke Benua Biru.

Riza Ambadar Marketing Manager UKM Abia, saat ditemui pada pameran Indocraft beberapa waktu lalu di Jakarta mengakui, krisis Eropa tidak memberikan pengaruh apa-apa bagi produktivitas usahanya, yang memang pangsa pasar utamanya Eropa. Justru, permintaan dari sana makin meningkat. “Kita tidak merasakan apa-apa dari krisis tersebut. Malah bulan kemarin kami mengirim 600 boks ke sana. Biasanya kami mengirim hanya 400 sampai 500 boks,” ujarnya.

Riza mengatakan, saat ini usahanya yang terletak di Jalan KH. Moch Toha, Ciawi, Bogor ini mempunyai agen pemasaran di Swiss sebagai pemasok ke negara-negara Eropa seperti Italia, Jerman, dan Belanda. Dengan pola kerja sama seperti itu, menurutnya, hubungan baik akan terus terjadi, sehingga pergerakan bisnis akan terus berlanjut dan tidak akan terpengaruh oleh kondisi. “Bahkan, kami pernah masuk pangsa pasar Amerika dan Australia,” katanya.

Selain itu, lanjut Riza, konsumen di Benua Eropa sangat menyukai jenis mainan produksi UKM-nya karena sangat bernilai edukatif dan kreatif. Produk ciptaan asli Indonesia ini bahkan pernah meraih penghargaan sebagai mainan terbaik dan terfavorit di Eropa. “Pada 2006 kami pernah meraih penghargaan itu, tapi saya lupa apa nama penghargaannya,” tuturnya.

Namun, Riza menyesalkan produknya malah kurang digandrungi konsumen lokal lantaran harganya yang cukup mahal. Riza beralasan, harga yang mahal tersebut karena semata-mata UKM-nya hanya mau memberikan kualitas yang terbaik bagi para konsumennya.

Dia menuturkan, untuk jenis mainan anak-anak yang bersifat edukasi seperti celengan, puzzle, blok warna-warna, dan mobil-mobilan harganya berkisar Rp 10.000 sampai Rp 250.000. Sementara itu, untuk kerajinan tangan dan cenderamata tergantung pesanan dan biaya produksinya. Tak hanya itu, UKM yang sudah terkenal di Eropa ini, di pasar domestik malah tidak diperhatikan pemerintah. Pasalnya selama ini, pemerintah lebih memfokuskan pada industri berbasis besar.

Riza mengatakan, hal tersebut terbukti lantaran sulitnya mencari dana untuk pengembangan modal. Bahkan, untuk mengikuti acara pameran semacam ini saja sulit sekali prosesnya. “Belum lagi masalah regulasi ekspor, sulitnya bukan main,” ujarnya. Namun, dengan laba hingga ratusan juta tiap tahunnya, niat UKM ini tidak ciut untuk mengembangkan ekspansi bisnisnya ke pasar domestik. Riza mengatakan, Desember ini UKM-nya berniat membuka cabang di Jakarta guna melebarkan usahanya.

“Kami akan buka di Atrium, Kalimalang, dan Sunter. Selain untuk melebarkan sayap usaha, kami juga akan memperkenalkan produk kami yang sudah menjadi terbaik di Eropa kepada masyarakat Indonesia. Karena selama ini pasar lokal masih asing dengan produk-produk kami,” ujarnya. Riza menambahkan, dalam perjalanan ekspansi bisnis UKM-nya juga dibantu PT Telkom sebagai mitra yang membina UKM ini agar lebih baik, dari sisi manajemen maupun permodalan. Menurutnya, selama ini PT Telkom memberikan bantuan yang cukup baik untuk pelebaran usahanya.

“PT Telkom hanya memberi kami permodalan pada jenis craft and gift-nya saja. Tetapi itu sudah sangat membantu kami. Tanpa mereka kami tak akan percaya diri melebarkan usaha kami, kini kami mengalami kemajuan berkat Telkom, sehingga mampu memperkerjakan sebanyak 40 orang pegawai,” tuturnya.

Untuk bahan baku industri, Riza mengatakan biaya produksi untuk bahan baku tidak terlalu mahal. Pasalnya, UKM-nya mencoba memanfaatkan limbah kayu pinus dan limbah akar pohon, selain itu membeli kayu jati, namun jumlahnya tidak banyak karena jenis produknya tidak menggunakam kayu berukuran besar.

Menurutnya, biaya produksi jadi mahal pada tahap pembuatan dan pengecatan, karena UKM-nya sangat memprioritaskan kualitas barang. “Untuk cat saja kami menggunakan cat antitoxic agar tidak berbahaya bagi anak kecil,” katanya.

Sementara itu, untuk proses pembuatan, Riza mengatakan tidak memerlukan perancang khusus untuk menciptakan suatu karya yang unik dan bagus. “Kami rata-rata mendesain sendiri, selain itu juga kami menerima masukan dari konsumen untuk hal desain,” ujarnya.

0 komentar:

Post a Comment