Sunday, December 18, 2011

Merintis Bisnis dengan Kecap

Kecap banyak digunakan sebagai bahan dasar masakan Indonesia. Tidak heran jika bisnis ini cukup menggiurkan sejumlah orang, dan tak semua orang sukses berbisnis kecap. Apalagi lidah orang terkadang susah menerima rasa kecap produk UKM.

Hal itu diakui oleh Arih Undriarto ketika memulai usaha kecapnya. Ia butuh contoh untuk meyakinkan calon pembelinya karena kebanyakan orang sudah cocok dengan kecap ter-tentu sehingga sulit untuk beralih. Apalagi, sasaran Arih adalah pelaku usaha di bidang kuliner karena kebanyakan pelaku usaha kuliner ini sudah mema-lonkan rasa yang la inginkan dengan bahan-bahan yang ia tentukan.

Mengganti kecap yang biasa digunakan pelaku usaha kuliner bukan hal yang mudah. Namun, kerja keras Arih temya-ta membawanya mendapatkan banyak pelanggan.

"Bahkan ada orang yang selama ini memang mencari-cari rasa kecap yang saya buat ini. Begitu mereka merasakan kecap saya, mereka langsung memesan dan mengganti semua kecap yang selama Ini mereka pakai. kata Arih Undriarto, pengusaha kecap Mentari Terbit ketika ditemui Warta Kota belum lama Ini.

Langkah Arih untuk memasarkan kecap Mentari Terbit terus berkembang, la pun mendapatkan banyak pelanggan pelaku usaha kuliner, baik skala kecil maupun besar. Karena pelanggannya adalah pelaku usaha, Arih menjual kecapnya dengan menggunakan Jeriken sehingga dari sisi biaya kemasan lebih murah karena bisa lsi ulang.

Selain Jeriken. Arih menggunakan botol Juga yang selama ini fungsi kecap botolan untuk promosi dan tester. Ia Juga menggunakan kecap botolan Jika ada pameran sehingga pembeli yang ingin mencoba bisa membeli dalam ukuran kecil.

Kecap produksi Arih memiliki rasa enak karena menggunakan bahan-bahan terbaik. Ia menggunakan gula merah dari beberapa pemasok di daerah. Setidaknya, ada tiga pemasok gula merah yang dimiliki Arih. Bukan karena pasokan yang kurang tetapi untuk membuat pemasoknya bersaing memberikan gula merah terbaiknya. Kualitas kecap buatan Arih mengandalkan kualitas gulanya. Semakin bagus kualitas gula merah, semakin bagus kualitas kecapnya. Sementara kacang kedelai dibeli dari pasar dan belum langsung dari petani.

"Sejauh ini. kacang kedelai masih kami cari di pasar, tidak langsung dari petani. Karena kualitasnya masih cukup bagus. Tetapi sudah ada yang menawarkan membeli langsung ke petaninya namun masih kami tinjau dahulu," kata Arih.

Sayangnya, harga kedelai dan gula merah memang sering berubah sehingga beban produksi seringkali menjadi berat karena Arih tidak mungkin menaikkan harga kecapnya. Untungnya. Arih membangun hubungan, yang kuat dengan pemasoknya sehingga ketika harga melonjak, mereka masih bisa mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal.

Kini, bisnis Arih sudah meraih omzet Rp 135-140 Juta per bulan. Modal Rp 25 Juta yang dimiliki Arih dan H Suglmln untuk membuat kecap mampu dikembalikan Arih selama 6-7 bulan. Omzet sebesar Itu. masih belum besar dinilai Arih karena masih banyak pengeluaran yang seharusnya bisa ditekan. Salah satunya adalah biaya distribusi yang dianggap masih cukup besar. "Saya masih akan terus belajar dan mencoba mencari cara untuk mendapatkan metode yang tepat untuk mengurangi biaya distribusi." tutur Arih.

Salah satu cara yang la coba lakukan adalah belajar dari rekan-rekan pelaku usaha menengah kecil dalam sebuah komunitas. Di dalam komunitas Tangan Di Atas tempat Arih bergabung, banyak memberikannya bantuan untuk memperbaiki kesalahannya dalam berbisnis, memperluas Jaringannya, dan mendapat-kan tip-Up untuk mengurangi biaya yang Udak perlu dikeluarkan.

Dari masjid

Bisnis kecap diawali Arih Llndrtarto dari masjid. Perkenalannya dengan pria bernama H Suglmln yang beberapa kail bertemu dengannya di masjid, membuahkan Ide untuk membangun bisnis kecap. Di bawah bendera Kecap Mentari Terbit, Arih memulai bisnis barunya setelah beberapa bisnis sebelumnya gagal bahkan ia seringkali ditipu rekan kerjanya

"Saya memulai bisnis kecap ini setelah bangkrut dari bisnis kontraktor. Saya dlUpu orang. Setelah bertemu beberapa kali dengan pak haji (H Suglmln). saya akhirnya menawarkan beliau untuk kerja sama membangun bisnis kecap," kata Arih. Arih meminta Suglmln untuk membuat kecap seperti yang biasa ia lakukan ketika masih bekerja di sebuah pabrik kecap terkemuka. Semua bahan dan proses produksinya sama dengan kecap yang selama di pabrik kecap tersebut ia buat

Arih memberikan kepercayaanya kepada Sugimln untuk membuat kecap dan la hanya belajar. Arih sendiri sampai saat ini Udak terlibat langsung dalam pembuatan kecap dan memilih untuk mengurus marketing dan distribusinya.

0 komentar:

Post a Comment