Thursday, December 1, 2011

UKM kerajinan fokus garap ekspor

Kalangan produsen kerajinan di berbagai daerah saat ini mulai fokus menggarap pasar ekspor setelah mampu melakukan transaksi langsung dengan kalangan pembeli dari luar negeri di berbagai kesempatan. Sekretaris Jenderal Asosiasi Eksportir Handycraft Indonesia (Asephi) Thamrin Bustami mengatakan dampak dari peningkatan kapasitas .usaha kecil menengah penghasil aneka kerajinan di daerah tersebut membuat produsen kerajinan yang berbasis di Jabodetabek mulai berkurang.

"Jumlah eksportir kerajinan mulai berkurang karena mereka tidak lagi melewati Jakarta untuk bertransaksi," ujarnya di sela-sela pameran Crafina 2011 di Jakarta Convention Center, Senayan kemarin. Menurut dia, Jakarta yang selama ini dianggap sebagai gerbang ekspor mulai bergeser karena banyak produsen daerah membuka cabang di Jakarta. Cabang itu menjadi gerbang transaksi ke luar negeri.

Meski demikian, sebagian produsen kerajinan tetap bertahan di Jakarta, dengan alasan karena bahan baku masih lebih mudah didapatkan di daerah sekitar Jakarta seperti Bekasi, Bogor, dan dari sejumlah daerah di Jawa Barat. Adapun eksportir yang bertahan di Jakarta umumnya produk batik yang telah menjadi komoditas fashion serta kerajinan tradisional untuk interior. Hal ini disebabkan kedua jenis komoditas tersebut telah menjadi bagian dari gaya hidup konsumennya.

"Pangsa pasar dari handycraft cukup besar, terutama permintaan dari konsumen di AS, Eropa, dan Jepang," ujar Thamrin. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Hesti Indah Kresnarini mengingatkan meski perusahaan eksportir tidak lagi berpusatdi Jakarta dan sekitarnya tetapi harus tetap memperhatikan kualitas.

"Hal ini disebabkan produk kerajinan telah menjadi gaya hidup di luar negeri maupun di dalam negeri. Oleh karena itu perajin agar lebih meningkalkan kualitas dan kuantitas produknya sebab pasar handycraft terbuka lebar." Menurut Hesti, produsen dan eksportir kerajinan harus pintar mencari celah pasar ekspor ke luar negeri. Salah satu caranya dengan membuka pasar kerajinan sambil melakukan promosi secara berkesinambungan.

Respons positif

Ketua pelaksana pameran, Hadi Sumarno menambahkan pameran yang diselenggarakan keempat kalinya ini mendapat respons positif dari eksportir maupun produsen, terbukti yang mengikuti pameran mencapai 196 peserta. Sebelumnya Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) meminta pemerintah menyosialisasikan hasil-hasil KTT Asean menyangkut upaya perkuatan sektor UKM dan penetrasi pasar global.

Perhatian pemerintah terhadap perkuatan UKM agar bisa masuk persaingan Asean maupun global dinilai belum nyata. "Bagaimana aplikasi dan informasi yang harus .dilakukan pelaku UKM tidak pernah tlisampaikan," tutur Ketua Asmindo Ambar Tjahyono.

Beberapa instansi pemerintah yang terkait dengan dunia UKM, juga tidak pernah beriringan dengan asosiasi industri di Indonesia, misalnya dengan Asmindo. "Kebijakan tetap menjadi kebijakan sedangkan dunia usaha berjalan sendiri dengan kemampuannya. Begitu juga pameran jalan terus di mana-mana, asosiasi memahami potensi pasar tepat tapi tidak pernah diajak berdialog."

Dengan berbagai kondisi yang dialami Asmindo dan asosiasi usaha lainnya. Ambar meyakini upaya memperkuat UKM nasional dan Asean yang dihasilkan melalui KTT Asean, akan tetap menjadi wacana belaka.

0 komentar:

Post a Comment