Sunday, July 24, 2011

Berkibar denganair minum isi ulang

Berkembangnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, intensifnya penggunaan air, pencemaran serta perubahan iklim global menjadi penyebab ketidakseimbangan ketersediaan dengan kebutuhan air. Krisis air bersih di Indonesia diperkirakan semakin parah seiring dengan masifnya ketidakseimbangan kebutuhan dengan ketersediaan air bersih. Saat ini. proporsi penduduk terhadap air bersih baru mencapai 53%.

Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) disebutkan dari total tersebut, yang layak minum hanya 20%, padahal konsumsi air bersih tenis naik hingga 17%-30% per kapita per tahun tidak paralel dengan pertumbuhan ketersediaan air bersih.


Hal itu pula yang membuka peluang pasar bagi air minum isi ulang. Dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan air kemasan bermerek, usaha ini melaju mengikuti pertumbuhan konsumsi air bersih.

Sempat mengalami penolakan dari industri air minum dalam kemasan, tak membuat usahawan yang telah terjun di bidang ini menjadi patah arang. Perlawanan dilakukan hingga akhirnya pemerintah membuat kebijakan pengaturan sebagai solusi.

Ikhkia Sunarwan, wirausahawan yang bergerak di industri air minum isi ulang, mengatakan memulai usahanya sejak 2008 dengan nama Libberty Water Depot Air Isi Ulang yang berada di bilangan Koja, Jakarta Utara.

Kia mengatakan untuk modal membangun depot air minum isi ulang yang dijalaninya dia mengeluarkan modal sebesar Rp80 juta. Modal yang dikeluarkannya tersebut kemudian diinvestasikan untuk menyewa sebuah ruko serta membeli peralatan yang digunakan untuk menghasilkan air minum disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam sehari, depot air isi ulang milik Kia melayani pengisian hingga 100 galon air. Untuk harga air isi ulang per galon Kia membanderol dengan harga Rp4.000. "Langganan kami kebanyakan rumah

"Usaha air galon isi ulanq semakinmenjamur karena para pebisnismelihat peluang dari terbatasnyaketersediaan air bersih."makan dan rumah tangga."

Untuk pasokan air isi ulang di depotnya Kia berlangganan air dari pemasok air pegunungan Zam Air. Dia mengklaim air yang dipakai berkualitas karena langsung berasal dari pegunungan Pangrango dan Gunung Salak.

Kia menambahkan dalam 1 bulan biasanya depotnya memesan sebanyak lima tangki tiap satu tangkinya berisi 8.000 liter dengan harga satu tangki Rp350.000. Dalam sebulan Kia mampu mengantongi omzet sebesar Rpl5 juta dengan margin sebesar 50% dari omzet yang didapatkan. "Untuk balik modal, saya hanya butuh waktu selama kurang lebih 2 tahun."

Hal yang sama juga diutarakan oleh Sihar Sitompul, pemilik usaha air minum isi ulang Monica di Jalan Letjend Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat saat ditanya alasannya menekuni bisnis air minum galon isi ulang.

Persaingan

Menurut dia, meski persaingan antardepot air galon isi ulang semakin marak, usaha tersebut masih menarik untuk dijalani karena ketersediaan air bersih layak konsumsi bagi masyarakat semakin sulit, apalagi jika ingin mendapatkan air minum galon kemasan bermerek yang tergolong mahal.

"Usaha air galon isi ulang semakin menjamur karena para pebisnis melihat peluang usaha dari terbatasnya ketersediaan air bersih," tuturnya.

Selain itu, menurutnya memulai bisnis air galon isi ulang tergolong mudah. Hanya dengan mengandalkan tiga orang karyawan, semua sudah bisa diurus. Mulai dari pengisian air hingga antar jemput langsung ke konsumen.

Untuk memulai bisnis air galon isi ulangnya Sitompul membutuhkan modal awal sebesar Rp86 juta. Pengalokasian investasi itu meliputi pembelian peralatan operasional, penyewaan toko tempat usaha, pengurusan izin usaha dari Disperindag dan izin kesehatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes).

"Izin usaha dari Dinkes itu perlu untuk menjamin kualitas kandungan air yang dijual. Saya selalu lakokan cek rutin tentang kualitas air tiap 6 bulan sekali untuk menjaga kualitas air agar terbebas dari bakteri seperti E.coli dan salmonella."

Usaha air minum isi ulang yang dijalani sejak Januari 2009 tersebut mampu meraup omzet hingga Rpl8 juta per bulan. Dari omzet yang dihasilkan tersebut, Sitompul mampu mengantongi keuntungan hingga S0%.

"Usaha ini memang butuh modal yang lumayan besar, tetapi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa balik modal, ini bulan ketiga saya terlepas dari pinjaman modal awal," katanya.

Untuk harga satu galon air isi ulang di depotnya Sitompul membanderol dengan harga Rp3.500 per galon dengan pengisian rata-rata 150 galon. Menurutnya harga pengisian tiap galon tersebut lebih murah dibandingkan air isi ulang dengan merek berkemasan yang harganya sekitar Rp 11.000-Rp 13.000 per galon.

0 komentar:

Post a Comment