Monday, July 25, 2011

Perajin Batik Harapkan Pabrik Kain Setempat

Sejumlah perajin batik tulis lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, mengharapkan adanya sebuah pabrik kain di daerah setempat, karena selama ini para perajin memperoleh bahan baku kain dari luar daerah, sehingga harganya relatif mahal.

Sekretaris Klaster Batik Tulis Lasem, Maksum Ahadi, di Rembang, Selasa, mengatakan keberadaan pabrik kain di daerah setempat akan membantu perajin untuk bisa berkompetisi lebih ketat karena bisa mendapatkan bahan baku kain dengan harga yang relatif lebih rendah.


"Selama ini perajin memperoleh bahan baku kain dari luar daerah dengan harga relatif tinggi, terutama karena jarak yang jauh sehingga timbul biaya-biaya ikutan seperti ongkos transportasi, biaya angkut, dan biaya risiko. Keberadaan pabrik kain di Kabupaten Rembang tentu akan sangat membantu perajin," katanya.

Maksum menyebutkan saat ini harga bahan baku kain berada pada harga tinggi di angka Rp8.600 per yard untuk jenis prima (biasa), Rp13.000 per yard untuk jenis primis (sedang), dan Rp28.000 per yard untuk jenis kereta (super).

"Karena harga bahan baku kain yang relatif tinggi tersebut, para perajin biasanya berserikat dalam melakukan pembelian bahan baku kain agar mendapatkan harga yang sedikit lebih murah karena kuantitas pembelian yang banyak," katanya.

Santosa Hartono, seorang perajin batik tulis lasem mengatakan harga bahan baku kain mengalami perubahan secara secara cepat sejak 2010 lalu.

"Pada 2010 lalu, harga bahan baku kain jenis prima hanya sekitar Rp5400 per yard, jenis primis hanya Rp8.700 per yard, dan jenis kereta hanya Rp14.600 per yard. Perajin sudah cukup lama berharap, ada investor yang membangun pabrik kain di daerah ini. Minimal kami bisa menekan biaya transportasi, biaya angkut, dan biaya risiko pembelian kain dari luar daerah," katanya.

Santosa mengatakan saat ini pengrajin hanya mengerjakan pesanan sesuai permintaan dan tidak terlalu berani membuat persediaan lebih.

"Kami pun juga belum berpikir untuk menaikkan harga batik tulis lasem," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang Waluyo mengatakan akan berupaya mengomunikasikan keinginan para perajin tersebut kepada pemerintah kabupaten setempat.

"Secara simultan, kami juga akan melakukan komunikasi dengan pihak ketiga untuk menentukan apakah dengan jumlah perajin batik tulis lasem sebanyak 47 orang dan permintaan pasar batik tulis yang cenderung sangat tinggi, cukup dijadikan alasan bahwa pembangunan pabrik kain layak atau tidak," katanya.

Ia mengatakan pihaknya memang kerap menerima keluhan dari para perajin mengenai perubahan harga bahan baku kain di pasaran yang berlaku sangat cepat.

"Keberadaan pabrik kain jelas akan sangat membantu perajin untuk bisa berkompetisi lebih ketat. Hanya, persoalannya kembali pada investor tentang layak atau tidaknya mendirikan pabrik kain di daerah ini," katanya.

0 komentar:

Post a Comment