Thursday, May 26, 2011

Produsen Busana Muslim Indonesia Bidik Pasar Eropa

Produk busana muslim buatan Indonesia kian berkibar di pasar mancanegara. Selain diekspor ke sejumlah negara yang mayoritas penduduknya muslim, ekspor busana muslim juga menyasar pasar di negara-negara Eropa. Meski penduduk muslimnya tidak begitu besar, tapi pasar busana muslim di Benua Biru tersebut terus berkembang.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, ekspor busana muslim, terutama ke Eropa tumbuh lumayan signifikan belakangan ini. Di kawasan Eropa, Inggris tercatat sebagai negara 111.] ii ekspor busana muslim terbesar. Maklumlah, di negara ini, jumlah penduduk muslimnya mencapai sekitar 1,5 juta jiwa.


"Transaksi busana muslim di Inggrismencapai US$ 150 juta dalam setahun," kata Hidayat, saat membuka acara Pameran Produk Busana Muslim di Kemenprin, Selasa (24/5).

Selain Inggris, potensi ekspor busana muslim ke negara-negara lain di Eropa juga tak kalah besar. Saat ini, menurut Hidayat, jumlah umat muslim di Eropa mencapai 16 juta jiwa. Dengan jumlah muslim sebanyak itu, maka omzet perdagangan busana muslim di Eropa bisa mencapai US$ 1,5 miliar per tahun.

Potensi itu, menurut Hidayat, harus dimanfaatkan secara maksimal oleh produsen busana muslim di dalam negeri. "Apalagi, busana muslim Indonesia tengah disiapkan menjadi kiblat fesyen muslim dunia," ujar Hidayat.

Sejak Agustus 2010, pemerintahmemang sudah mencanangkan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia. Pemerintah menilai, busana muslim Indonesia memiliki keunggulan karena memiliki desain yang khas dan susah ditiru negara lain. Dirjen Industri Kecil dan Menengah

(IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah menimpali, ekspor busana muslim ke Eropa memang terus naik. "Nilainya cukup besar tapi tidak tercatat secara jelas karena ekspornya sendiri-sendiri," kata Euis.

Pengurus Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan Direktur Indonesia Fashion Week 2011 Dina Midiani mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya desainer busana muslim yang belum tersaingi oleh negara lain. Bahkan, negara lain seperti Malaysia dan Thailand masih belajar dari Indonesia. "Ini peluang untuk menguasai pasar dunia, yang diperlukan sekarang adalah kemampuan mass production," kata Dina

0 komentar:

Post a Comment