Monday, September 12, 2011

Mainan dan Furniture Terbenam Produk China

Pemerintah mengaku produk mainan dan furniture adalah produk yang paling terpuruk menghadapi serbuan barang impor dari China jika dibandingkan dengan produk dalam negeri lainnya.

"Khusus dengan China, kita paling kewalahan itu pertama produk mainan anak-anak, kedua furniture," kata Dirjen Kerjasama Industri Internasional, Kementrian Perindustrian, Agus Tjahajana Wirakusumah, saat berbincang dengan VIVAnews.com, di kantornya, Jakarta, Senin.

Selain itu, lanjut Agus, produk lokal lainnya yang kalah bersaing dengan serbuan produk China adalah tekstil, garmen, dan produk elektronik. "Bahkan kalahnya itu kalau mainan anak dan furniture sampai memberhentikan tenaga kerjanya, bukan lagi penurunan penjualan," ungkapnya.

Agus menjelaskan, kekalahan Indonesia dalam persaingan produk impor dari China sudah terjadi sejak 2010 silam, kemudian ditambah dengan adanya China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) yang semakin menambah serbuan produk China di dalam negeri.

"Khusus untuk tekstil, kita kuatnya di segmen menengah ke atas, tetapi menengah ke bawah kita sangat kewalahan, yang tergempur itu industri kecil dan menengah," kata Agus.

Sasaran produk China, tutur Agus, adalah segmen menengah ke bawah yang sangat menggandrungi produk dengan harga murah. "Meskipun kualitasnya tidak bagus, segmen menengah ke bawah suka yang penting murah, kalau menengah ke atas mereka pilih yang ada keunikan, tahu kualitas," tutur Agus.

Perusahaan-perusahaan dari China, kata Agus, berani bersaing dengan perusaah lokal meskipun pemerintah Indonesia telah memberlakukan tarif impor bagi produk-produk tertentu.

"China itu, produknya dikenai bea masuk berapa saja mereka sanggup, apalagi sekarang ada CAFTA, kan tarifnya bisa sampai nol persen," kata dia.

Sejak 2010 lalu, produk-produk impor dari China yang telah dikenai tarif bea masuk nol persen telah mencapai 80 persen dari total impor produk China. "Makannya sekarang kita sedang upayakan mendorong IKM agar lebih kuat," kata Agus. (umi)

0 komentar:

Post a Comment