Wednesday, August 10, 2011

Menyulap kertas koran menjadi suvenir berkelas

Koran bekas sering kali dibiarkan menumpuk begitu saja di sudut rumah atau bahkan menjadi sampah. Paling-paling juga koran bekas berakhir di tukang loak dan hasilnya sebagai penambah uang belanja dapur. Namun, di tangan orang kreatif, kertas koran bekas dapat disulap menjadi berbagai kerajinan menarik dengan harga jual yang tinggi. Tak percaya?

Anda punya banyak koran bekas di rumah? Barangkali Anda bisa mengelola koran bekas itu seperti Yunnash. Pria asal Yogyakarta ini berhasil mengelola sampah dari kertas koran menjadi produk yang bermanfaat.

Di tahun 2009, Yunnash gemas melihat tumpukan koran bekas yang terus bertambah di rumahnya. Menjual ke tukang loak memang bisa menjadi pilihan yang gampang. Namun, Yunnash tak melakukan itu lantaran terbersit ide untuk memanfaatkan limbah koran. "Ide yang terlintas adalah membuat tas," ujarnya.

Banyaknya pujian atas tas bikinannya membuncahkan niat Yunnash untuk mengomersialkan tas dari limbah koran. Tentu saja, karena akan dijual, Yunnash harus meningkatkan kualitas tas hasil karyanya itu. Ia pun lantas memutar otak agar bisa menghasilkan tas berbahan koran bekas yang kuat dan tahan air.

Lewat berbagai eksperimen, Yunnash akhirnya dapat membuat tas koran yang kuat sekaligus tahan air. Tidak hanya aneka model tas, Yunnash juga mampu menghasilkan sandal, kotak tisu hingga tempat pensil yang bahan bakunya 100% dari kertas koran.

Tata cara membikin tas koran yang kuat, tahan air dan awet sejatinya tak ribet. Pertama,memilih kertas koran bekas dengan kualitas baik. Ini bisa dilihat tinta yang tak mudah luntur di tangan. Yunnash memakai kertas koran berwarna untuk menghasilkan tas.

Setelah mendapatkan kertas koran yang ideal, tahap kedua adalah memotong-motong koran bekas itu. Idealnya, selembar kertas koran dipotong maksimal menjadi enam. Langkah ketiga adalah menggulung kertas-kertas koran yang telah dipotong itu. Ada baiknya, saat menggulung kertas jangan tebal-tebal agar hasil gulungan kertas koran tersebut mudah dianyam.

Setelah selesai digulung menjadi lintingan, proses selanjutnya dipipihkan lalu dicat sesuai dengan keinginan. Yunnash menggunakan cat nontoxic yang transparan agar warna kertas koran yang berwarna itu menonjol. "Setelah itu, baru dijahit atau dianyam mengikuti pola," papar Yunnash.

Kerajinan lain yang bisa tercipta dari koran bekas sangat banyak. Burhan Gatot misalnya. Pemilik Dipik Cratt ini mampu memproduksi 30 jenis suvenir dari limbah koran. Antara lain asbak, tempat tisu, hingga wayang. Dari berbagai hasil kreasinya itu, produk andalan Burhan adalah wayang.

Ada dua jenis wayang yang dibuat Burhan. Paket pertama adalah tokoh wayang seperti Bima, Arjuna, Gatot Kaca, dan Srikandi. Paket kedua adalah tokoh wayang yang tengah bercerita, misalnya cerita seri tentang wayang Petruk Dadi Ratu.

Proses pembuatan wayang lebih rumit ketimbang kertas karena membutuhkan keahlian khusus. "Komposisi harus pas antara tangan, kaki dan badan," katanya. Untuk mendapatkan badan, kaki dan tangan kertas koran terlebih dahulu harus dilinting, kemudian baru dilem, lantas wayang diwarnai dengan cat.

Lantaran berbahan baku koran, kedua pengrajin koran ini harus berbelanja koran bekas saban hari. Yunnash tak bisa mengandalkan pemberian limbah koran dari rumah sendiri lantaran tak cukup karena ia membutuhkan 50 kg per bulan.

Burhan memilih donasi limbah koran dari tetangga dan kawan-kawanya. Saat kekurangan, ia membeli koran bekas dari tukang loak seharga Rp 2.000 per kilo. Untuk membikin wayang, Burhan cukup irit bahan, yakni hanya memerlukan dua kertas koran saja.

Saat ini, kerajinan dari kertas koran memang banyak diminati. Bahkan Yunnas harus menambah kapasitas produksinya untuk memenuhi pesanan. Setiap bulan, ia mampu menjual ratusan jenis kerajinan kertas koran.

Ia misalnya, sanggup menjual 100 unit tas sebulan seharga antara Rp 45.000 sampai Rp 75.000 per unit. Dia juga menjual sekitar 300 pasang sandal seharga Rp 20.000 per pasang, sementara kotak tisu seharga Rp 25.000 laku sebanyak 30 buah. "Tren go green membuat barang daur ulang banyak permintaan," ujar Yunnash yang produknya terjual sampai Padang, Medan, Balikpapan dan Makasar.

Dari wayang koran yang dijual mulai Rp 15.000 untuk ukuran 10X10 dengan tinggi 20 cm dan Rp 200.000 untuk ukuran lebih besar yakni 25X15 cm dan tinggi 30 cm, Burhan bisa menjual 500 hingga 1.000 wayang. Omzet bulannya berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta saban bulan.

Meski berasal dari koran bekas, baik Yunnash maupun Burhan bilang kalau hasil kerajinan mereka terbilang awet asalkan disimpan di tempat kering.

0 komentar:

Post a Comment