Tuesday, August 2, 2011

Bertahan 24 Tahun dengan "Comring"

Bandung memang identik dengan kuliner. Rasanya nyaris tidak ada makanan rang tidak bisa ditemui di Bandung. Ada banyak cara rang dilakukan warga Bandung untuk membuat sebuah makanan menjadi unik, menarik, dan memiliki cita rasa, serta nilai jual tinggi. Salah satu makanan ituyakni "comring" atau comro garing (comro kering). Makanan ini terbuat dari singkong rang terlebih dahulu diparut dan diaduk, selanjutnya dikeringkan dan digoreng. Komposisi atau bahan dari comring sendiri terdiri atas singkong, tepung, kanji, garam, penyedap rasa, dan gula.

Adalah Adin Rosidin (45), salah satu pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menggeluti usaha pembuatan comring. Sejak 24 tahun lalu, ia memproduksi dan memasarkan produk dengan merek dagang Keripik Singkong Adin Comring.

"Usaha ini saya lakukan sejak tahun 1987 bersama istri," ujarnra, saat ditemui di rumahnya di Jln. Suka Sari 1 Kec. Cibiru Bandung, Kamis (14/7).

Diakui Adin, usaha tersebut sempat mengalami naik turun, bahkan memasuki masa paceklik pesanan. Namun, dengan usaha keras dan pantang menyerah, ia dan istrinya mampu mempertahankan laju usaha itu hingga saat ini.

Bukti dari keseriusannya adalah dengan diraihnya sertifikasi dari Dinas Kesehatan dan Badan pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) Jawa Barat sejak 2008.

Produknya pun sudah cukup dikenal sebagai buah tangan khas Bandung."Pembelinya dari banyak daerah. Ada dari Aceh, Banten, Medan, dan daerah lain kata Adin.

Kini, produksinya bisa mencapai 70 kg per hari. Ia menjual produknya dengan harga Rp 15.000 per kg. Ia mengatakan, untung bersih yang diterimanya setiap hari minimal mencapai Rp 100.000.

Saat Ramadan tiba, pesanan akan terdongkrak, hingga mencapai 2 ton per bulan. Biasanya, menurut Adin, pesanan sudah datang sebelum Ramadan tiba.

Umumnya pemesan adalah mereka rang akan mudik ke kampung halamannya saat menjelang Lebaran.

Diakui Adin, usaha yang ia jalani bukan tanpa kendala. Seperti umumnya pelaku UM KM, ia pun mengalami masalah permodalan dan pemasaran.

Namun, di tengah keterbatasan itu ia mengaku tetap berupaya untuk bertahan dan terus membesarkan usahanya.

"Kunci menjalankan usaha itu adalah mental pantang menyerah, jangan kalah hanya karena pesanan sepi. Kalau gagal, coba lagi untuk bangkit," tuturnya.

Ia berharap, ke depannya usaha yang ia geluti semakin membesar dengan pasar yang semakin luas.

Apalagi, saat ini bisa dibilang sebagai era kebangkitan makanan tradisional yang kembali dilirik masyarakat, menyusul jenuhnya pasar makanan modern.

0 komentar:

Post a Comment