Tuesday, August 2, 2011

Nilai produksi batik bisa tembus Rp1 triliun

 Nilai produksi industri batik diperkirakan tembus Rpl triliun pada tahun ini, melonjak 36% dari pencapaian tahun lalu, seiring dengan peningkatan permintaan dan perkembangan mode busana tradisional itu.

Menteri Perindustrian M. S. Hidayat mengatakan tren busana batik menggairahkan pasar dalam negeri sehingga produksi industri tersebut terus meningkat setiap tahun.

"Batik merupakan salah satu warisan budaya dunia dan telah menjadi produk unggulan, baik di pasar dalam negeri maupun ekspor," katanya ketika membuka Pameran Batik Warisan Budaya IV kemarin.

Tahun lalu, ungkap Menperin, nilai produksi industri batik mencapai Rp732,67 miliar atau tumbuh 13% dari pencapaian 2009 sebesar Rp648.94 miliar. Dia memperkirakan produksi industri batik pada 2011 melebihi Rpl triliun atau naik 36% dari pencapaian 2010.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API] Ade Sudrajat mengatakan industri batik tumbuh hingga dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir.

"Porsi batik di industri garmen juga semakin besar, sekitar 10% dari produk garmen domestik adalah batik," katanya.

Menperin memaparkan pemerintah fokus menyelesaikan tiga masalah ulama yang sekarang menghambat perkembangan industri batik nasional sebagai industri unggulan.

Ketiga masalah itu, yakni perajin batik harus melakukan regenerasi, mengatasi kesulitan bahan baku, dan kepastian mengenai masa depan bekerja di industri batik.

Langkah yang diambil pemerintah, jelas Hidayat, adalah mendorong per-tumbuhan pebatik usia muda melalui yayasan pendidikan dan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan untuk memberi pendidikan batik di sekolah secara berkelanjutan.

"Untuk masalah bahan baku gon-dorukem. saya sedang bicara dengan PT Perhutani yang memiliki produk gon-dorukem supaya bermusyawarah dengan asosiasi produsen batik dan mengutamakan kebutuhan dalam negeri," ujarnya.

Hak cipta

Selain itu. pemerintah berusaha melindungi kreasi desain batik melalui logo Batikmark yang tercantum dalam perlindungan hak cipta No. 034100 pada Ditjen Hak Atas Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM.

"Supaya batik tulis indonesia mempunyai ciri khas spesifik yang bisa digunakan. Batik cina itu kebanyakan batik cetak, tapi motif batik itu kebanyakan dari perajin Indonesia yang dibawa ke sana," kata Hidayat.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah Euis Saedah memaparkan nilai produksi industri batik sampai saat ini sudah mencapai Rp800 miliar dari nilai produksi sepanjang tahun lalu.

"Kira-kira sudah tumbuh hingga 20%, pemerintah akan membantu memperluas pasar produk industri kecil menengah batik agar memiliki daya saing tinggi." katanya.

Sebelumnya, Euis mengungkapkan pemerintah berencana memfasilitasi akreditasi label standar nasional lndone-sia dan menyediakan mesin produksi gondorukem bernilai Rp900 juta di Bandung untuk IKM

"Biaya akreditasi bisa Rp7 juta per unit usaha. Industri kecil tidak sanggup hingga kami sedang mengusahakan fasilitas khusus bagi mereka," kata Euis.

0 komentar:

Post a Comment