Monday, August 15, 2011

Ubah Derita Jadi Bisnis Omzet Miliaran


Tahun 2000, perempuan muda yang bernama Diah Andini Sorjopoetri ini, dipaksa meninggalkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran karena jantungnyabocor dan kemudian depresi akut. Kondisi ini, tak membuat semangatuntuk sembuh dan maju berhenti. Dia mampu bangkit dan menjalani usahapembuatan kue kering dari bawah. Kini usahanya beromzet ratusan jutarupiah per bulan.

SAAT itu dia sedang sibuk menjalani masa coass di Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran Bandung. Karena sakit Itulah yang menyebabkan semua aktivitasnya sebagai orang muda, seperti menjalani kuliah dan bersosiaUla, menjadi terganggu. Dini hanya bisa berada di rumah dan sebagai rentetannya dini mengalami depresi akut

DI Rumah orangtuanya di Jalan Lembah Tubagus Ismail Bandung. Dini hanya bisa termenung sambil terus berusaha melakukan penyembuhan. Apalagi saat itu. Dini tinggal tanpa kehadiran kedua orangtuanya. karena pasangan suami Isteri Djoko Poerwanggono dan Ida Sartlka. sejak 1995 telah bertugas di Burma. Nikah muda

Tahun 2000 itu pula. Dini membuat keputusan yang berani yaitu menikah dengan kekaslhnya Faisal Yunus. Faisal adalah seroang sarjana arsitek yang kelak sangat diandalkan dalam masalah pengemasan produk-priduk kue kerlngnya.

Setelah menikah, tak banyak hal yang bisa dilakukan Dini. Melihat kondisi putri kesayangannya seperti Itu. sang ibu. Ida sartlka. ingin memberi kegiatan yang positif bagi putrinya, la pun meminta Dini untuk melanjutkan usaha kue keringnya, "Kue Bu Djoko", yang tak beroperasi lagi sejak dia tinggalkan ke Burma menemani suaminya pada tahun 1995.

Instruksi ibunya

Tahun 2001. Ida memberikan Instruksi" kepada Dini agar mengoperasikan lagi usaha kuenya. Demi menyenangkan hati sang Ibu. Dini pun melangkah dengan apa adanya. Sejumlah mantan karyawan yang pernah bekerja pada Ibunya diajak bergabung kembali untuk menjalani usaha "Kue Bu Joko".

Sebenarnya. Dini sendiri bukan pribadi yang asing dengan dunia kuliner. Sejak kecil putri ketiga dari empat bersaudara Ini sudah mengenal usaha pembuatan makanan karena usaha kue Ibundanya dilakukan di rumah. Hampir setiap hari bersama kakak-kakaknya Dini Ikut terlibat dalam kegiatan usaha orang tuanya tersebut Pada saat menginjak masa remaja. Dini sudah mampu membuat berbagai Jenis kue.

Setelah melakukan persiapan. Tahun 2011. Dini langsung menjalankan "instruksi" Ibunya itu. Namun sayang, kegiatan ini tak bertahan lama. Upaya melanjutkan usaha pembuatan kue pun terhenti. Setelah terhenti beberapa bulan. Dini bangkit kembali. Atas Inisiatif sendiri, perempuan muda Ini menjalani lagi usaha pembuatan kue keringnya. Kali Ini tanpa melibatkan orang tuanya. Dmi ingin mandiri.

Mulai berani pinjam bank

Tahun 2002. Dini dan Faisal pindah rumah dari Lembah Tubagus Ismail Bandung ke Bojong Koneng. Kabupaten Bandung. Ia membawa sebagian peralatan milik Ibunya agar bisa melanjutkan usaha kue keringnya di tempat baru. Temyata usaha yang bermodalkan Rp 50 Juta Itu berkembang. Hanya dalam waktu empat bulan, Dini sudah mampu membeli peralatan sendiri seharga Rp 40 Juta. Dengan peralatan Itu. Dini memulai usahanya dengan lebih serius di bawah bendera usaha CV Dlfa Jay dengan nama merek dagang yang dipakai Dini adalah Dlfa Cookies. Difa adalah singkatan dua nama Dini dan Faisal.

Tahun 2003, Dini yang didukung penuh suaminya, mulai membangun mini factory seluas 60 meter persegi. Usahanya pun berkembang. Terbukti tahun 2004 Dlfa Cookies sudah mampu menambah bangunan pabrik rotinya menjadi dua tingkat. Setelah pabrik mininva berkembang. Dini mulai memberanikan diri mencari tambahan modal ke bank.

"Setelah saya merasa Dlfa benar-benar berkembang. saya baru mulai berani pinjam modal ke bank. Sebelumnya saya termasuk orang yang takut berutang, kecuali kepada orang tua hehehe" katanya kepada Warta Kota di Bandung.

Tahun 2005 orang tuanya kembali ke Tanah Alr. Dini tak menyia-nyiakan kedatangan mereka. Djoko dan Ida. yang masing-masing memiliki pengalaman panjang dalam dunia bisnis, pun kemudian terlibat dalam manajemen Dlfa Cookies yang mula) mekar Itu. Sejak berdiri Difa Cookies memproduksi berbagai Jenis kue kering.

Dari berbagai produk yang dihasilkan Itu Difa memiliki sejumlah produk unggulan seperti Kastengel Spesial. Gouda Cheese. Keju Kotak. Sagu Keju. Coklat Batang.

Black Coco. Coklat Mede Lemon, Almond Cheese. Coklat Mede Jala. Produk-produk Ini paling banyak diminati pelanggannya, terutama pada saat hari-hari besar seperti Lebaran. Natal dan Tahun Baru.

Tahun 2010. Difa Coockies semakin berkembang. Jumlah oven dan loyang pun yang menjadi alat utama di dunia pembuatan kue kering bertambah, yang semula berjumlah 30-an unit, kembali mendapat tambahan satu unit oven besar yang kapasitasnya sama dengan 30 unit oven biasa.

Resep pun berkembang

Kunci sukses Dini adalah selalu berinovasi, berbekal kepiawaian membuat kue kering sejak remaja membuat dirinya terus berkreasi dengan melakukan pengembangan produk. Jika pada saat mengawali usaha pada 2001. baru menguasai dan mempraktikkan sembilan resep, pada 2010. Dini Mah menciptakan dan mempraktikkan \00 resep pembuatan kue kering.

Dlfa Cookies kemudian mewujudkan resep-resep itu menjadi produk andalan. Sesudah Itu kami melakukan pemeringkatan dengan sistem bintang. Misalnya produk Castangel kami bert bintang satu dengan 30 nama. Bintang dua untuk kue nastar dengan 40 nama dan seterusnya tutur Dini.

Tahun 2011 Dlfa Cookies mulai mengoperasikan oven besar. Kehadiran peralatan besar ln) membual produktivitas Dlfa menjadi semakin tinggi. Tapi, meskipun oven besar sudah beroperasi secara efektif, kami tetap mempertahankan cara pembuatan kue yang konvensional dengan proses mixing, katanya.

Dengan beroperasinya oven besar telah diikuti peningkatan produksi usaha Ini. Biasanya, satu oven biasa hanya menghasilkan empat lusin kue dalam waktu delapan Jam. Tapi dengan satu oven besar yang memiliki kapasitas produksi yang sama dengan 30 oven biasa, hasilnya bisa 30 kali lipat. Selain Itu. waktu yang diperlukan pun lebih pendek, yakni dua hingga empat jam saja.

Kini sebagai usaha berskala kecil dan menengah (UKM) Difa Cookies telah tampil sebagai usaha pembuatan kue kering yang punya nama. Namanya tidak hanya berkibar di Bandung, melainkan Juga di Jakarta dan sejumlah kota di Indonesia.

Apalagi dengan didukung 40 karyawan tetap dan 140 karyawan musiman, mengantarkan Dlfa Cookies mampu meraih hasil penjualan hingga Rp 230 Juta per bulan atau Rp 2.8 miliar per tahun. Keuntungan bersih yang diperoleh bisa mencapai Rp 250 Juta - Rp 280 Juta per tahunnya.

Buka peluang usaha

Bahkan, kini Difa Cookies telah membuka kantor distribusi dan memiliki puluhan agen besar di Bandung dan Jakarta. Dari merekalah Dlfa memberikan peluang kepada siapa saja yang Ingin menjalani usaha di bidang penjualan kue kering, balk sebagai agen maupun reseller. Meskipun telah berkem I m balk. Difa Cookies tak InginberhenU hingga di sini untuk selalu mencari terobosan baru. Terobosan ini tidak hanya diwujudkan dalam bentuk terciptanya resep baru, melainkan Juga dalam sistem kemasan . pemasaran, dan sistem menajemen yang lebih modern.

Untuk masalah kemasan. Dini mengaku merasa beruntung. Faisal Yunus, suaminya adalah arlsltek yang memiliki klpiawalan membuat kemasan produk Dlfa Cookies menjadi menarik. Berbagai model kemasan ini Ikut mendongkrak penjualan. Bahkan ketika tahun 2008 Dini memperoleh kesempatan menglkuU pameran Industri menengah makanan di Jepang, penampilan produk Dlfa Cookies banyak mendaptakan pujian.

Sementara untuk pemasaran. Dini menempuh berbagai model promosi. Selain tetap melakukan pemasaran dari mulut ke mulut dan pintu ke pintu. Dini dan Faisal rajin membawa Dlfa Cookies ke berbagai pameran. Selain itu. Dini juga memanfaatkan media seperti brosur dan laman serta sistem distribusi yang lebih modern.

Dapat pujian di Jepang

Dini Juga i.ik hanya melakukan promosi di dalam negeri. Pada November 2008. misalnya. Difa Cookies yang memperoleh kesempatan tampil di Jepang dalam pameran Industri makanan kelas menengah, mencoba memasarkan produknya di Jepang. Selama pameran Ini. model kemasan yang dibuat Difa Cookies mendapatkan pujian dari para praktisi dan profesional.

Waktu Itu penampilan produk Dlfa Cookies saya buat serba berbau Jepang. Itu mulai dari brosur sampai kemasan. Kebetulan suami saya memiliki kemampuan sebagai trouble shoooter. Jadilah dalam waktu sekejap kami tampil dengan baik. Sampai-sampai mereka menyatakan Ingin ke Indonesia untuk melihat proses pengemasan yang kami lakukan, kata Dini seraya mengaku bangga atas prestasi yang dicapainya dalam pameran Itu.

Namun Dini yang hobi traveling, berkawan dan chatting ini kini adalah jenis pribadi yang tak mudah puas. Pemilik hobi diving dan golf ini terus belajar, terutama agar usahanya yang masih tegolong usaha keluarga Ini menjadi bisnis yang lebih modem. Oleh karena liu dia rela mengeluarkan biaya dan waktu berapa pun untuk selalu belajar. Saya tidak pernah malu dan takut untuk belajar dari siapa pun demi pengembangan diri. Sebab kalau saya dan Difa berkembang, maka usaha Ini juga akan memiliki manfaat bagi orang banyak." demiklam Dini alias Dini S Faisal ini mengakhiri perbincangannya dengan Warta Kota.

0 komentar:

Post a Comment