Tuesday, August 2, 2011

Kerja Keras, Membuat Jamu Herbalnya Tersebar ke Pelosok Negeri

Usaha yang gigih serta kerja keras memang selalu membuka jalan menuju kesuksesan.

Hal  itulah yang dirasakan Karyani (40). Berkat ketekunannya, kini ia bisa memetik buah jerih payah sebagai penggiat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang terbilang sukses di bidang minuman herbal.

Alhasil, dah modal hanya Rp50 ribu saja, Karyani mampu membangun usaha minuman herbal instan, yang dipasarkan ke sejumlah kota-kota besar di Tanah Air.

Kesuksesan Karyani ini pun tak lepas dari peran Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK), Sampoerna. Ya, sejak mengikuti pelatihan di sana, wanita yang mengenakan jilbab itu, diberikan pelatihan, serta kiat-kiat mengembangkan bisnis menjadi profesional, hingga sukses seperti sekarang.

Karyani pun mulai membangun bisnis I Irri) jim,i sejak 2000 silam. Mulanya, .ia secara tidak sengaja menyadari banyaknya hasil bumi di daerahnya terbuang sia-sia karena bernilai rendah.

"Hasil bumi tersebut antara lain te-mulawak, kunyit, jahe dan sebagainya. Sayang sekali potensi tersebut jika tidak dimanfaatkan," tutur wanita yang murah se nyum ini.

Berangkat dari keprihatinan tadi, akhirnya muncul Ide untuk mengolah hasil bumi tersebut menjadi minuman herbal instan. Apalagi penghasilan suaminya sebagai staf pamong desa tidak terlalu besar.

Semula, untuk memenuhi kebutuhan keluarga, perempuan ang lahir 16 November 1967 ini menjadi perias pengantin dan membuka usaha katering. Karyani kemudian memberanikan diri merogoh kocek sebesar Rp50 ribu sebagai modal awal, menjalankan bisnis herbalnya.

Dengan modal yang terbilang "cekak", Kanan! lantas membeli 10 kilo-gTam gula pasir dan temulawak dari petani setempat.

Awalnya Karyani memasarkan temulawak instan kepada tetangga sekitarnya. Proses pembuatannya masih sangat manual dan dikerjakan sendiri olehnya. Kemasan minuman herbal instan Ini masih sangat sederhana dengan ukuran 250 gram dengan harga Rp 4.000. Setiap harinya Kitryani dapat memproduksi sekitar 1 (satu) kilogram temulawak.

"Ya, kalau dulu paling yang laku hanya dua atau tiga kantong saja. Maklum, paling yang beli tetangga saja, belum dipasarkan ke luar kampung," tutur Karyani.

Kala itu, lanjut Karyani, jamu herbalnya dikemas dengan beberapa kantong plastik kecil, tanpa ada label, maupun gambar yang mampu memikat pembeli.

"Pokoknya sederhana bungkusnya,"ujar Karyani. Karyani pun tak patah semangat, merasa usaha yang dilakoninya dapat berkembang, ia berusaha mengikuti berbagai pelatihan untuk terus mengembangkan usahanya tadi.

Dia pun mengikuti berbagai pelatihan hingga ke Nganjuk dan Malang dari dinas pertanian daerah setempat agar mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan aman.

Di sana, kemampuan Karyani meracik berbagai jenis tumbuhan, menjadi jamu herbal kian mantap. Karyani pun terus melakukan inovasi dengan berbagai produk minuman herbal instan baru seperti kunyit asam, kunci sirih, mahkota dewa dan lain-lain.

Ternyata. kemampuan Karyani berinovasi belum juga mampu "mengangkat" usaha herbalnya. Hal ini dikarenakan, ia masih terkendala masalah pemasaran.

Peluang Karyani mengembangkan usaha jamu herbalnya akhirnya mulai menemukan titik cerah setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna pada 2005.

Di sinilah, Karyani mendapat ilmu baru berupa pelatihan-pelatihan terpadu seperti pelatihan strategi pemasaran, desain kemasan sampai perencanaan keuangan.

Karyani mengaplikasikan ilmu baru dari PPK Sampoerna untuk mengembangkan usaha minuman herbal instan yang dia beri nama kesiman Jaya. Kesiman adalah nama desa tempat Karyani bermukim. Dengan nama Kesiman Jaya, Karyani berharap dapat mengangkat desanya menjadi lebih sejahtera.

Setelah mengikuti pelatihan di PPK Sampoerna, bisnis Kanan) berkembang pesat. Total ada sebelas produk minuman herbal instan yang kesiman Jaya produksi hingga saat ini.

Perubahan terbesar dari segi kemasan menjadi botol plastik yang desain label menarik dengan ukuran 250 gram yang dibanderol dengan harga relatif terjangkau yakni Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu.

"Alhamdulillah, saya sekarang tidak kesulitan lagi dalam pemasaran. Jamu herbal saya sudah dipasarkan ke Jakarta, Surabaya, hingga Bali," ujar Karyani.

Kini, Karyani mampu memperkerjakan enam orang tetangganya untuk membantu pekerjaaanya memproduksi jamu herbal.

Saat ini Kesiman Jaya mampu menghasilkan lebih dari 200 botol minuman herbal instan per harinya dengan alat-alat

yang lebih modem.

"Daerah yang paling besar menyerap produk Kesiman Jaya adalah Bali. Setiap bulannya, Bali mampu menyerap 600 hingga 700 botol produk Kesiman Jaya," tutur Karyani

Berkembangnya usaha Karyani, tentu berdampak pada kondisi perekonomian keluarga. Berkat kerja keras serta perjuangan, kini Karyani bisa meraup keuntungan jutaan rupiah.

"Sebulan, saya bisa dapat keuntungan rata-rata hingga RplO jutaan. Ya, lumayan, sekarang saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga, serta membayar biaya kuliah anak," ujar Karyanl

Karyani pun berharap, usaha jamu hcrbalnya bisa terus berkembang. Ia masih menyimpan mimpi, agar jamu herbal Kesiman bisa dipasarkan hingga ke luar negeri.

"Semua kesuksesan yang saya raih tak lepas dari peran PPK Sampoerna. Untuk itu, saya sangat berterima kasih. Semoga ke depan Jamu saya bisa lebih sukses. Tapi, yang terpenting adalah kerja keras, dan pantang menyerah." ujar Karyani. (*)

0 komentar:

Post a Comment