Monday, August 15, 2011

Arif Rahman bawa Tabalong jadi sentra madu berkualitas


Arif Rahman, pria berusia 33 tahun, tidakmenyangka akan menjadi saudagar madu di Tabalong, Kalimantan Selatan. Dalam usianya yangrelatif muda, dia mampu mengembangkan usahaproduksi dan penjualan madu yang dirintis olehorang tuanya dalam tempo dua tahun.

Di tangan Arif, pengolahan dan pemasaran madu hasil lebah dari hutan Tabalong ternyata bisa menjadi usaha yang menjanjikan. Dengan menggunakan merek Tiga Wanyi, madu yang diproduksinya berhasil menarik penikmat madu dari luar Kalimantan.

Kunci sukses Arif adalah bagaimana menyajikan kualitas produk dan menjalin relasi dengan pelanggan secara baik. Arif percaya dengan kualitas dan ciri khas madunya yang baik, serta memperlakukan pelanggan sebagai mitra, pelanggan akan merekomendasikan madunya ke orang lain.

Arif sudah merasakan keman-juran resep itu yang terbukti dari pengakuan pelanggan yang datang ke s/iouroom-nya. Pada umumnya, para pelanggan baru yang sebagian besar berprofesi sebagai pekerja tambang dan wisatawan-mengaku mendapatkan informasi soal madu Tiga Wanyi dari orang yang sebelumnya pernah membeli produk tersebut.

"Sistem marketing saya adalah dari mulut kemulut" ujar Arif sambil tertawa. Dia pun pantas berbangga kare na sebagian besar pelanggan biasanya membeli madu dalam jumlah besar, satu kali pesan bisa 2-5 liter. Madu Tiga Wanyi dikemas dalam dua ukuran yaitu 500 ml seharga Rp60.000, dan 1.000 ml atau 1 liter yang dijual Rp 120.000. Dalam satu hari Arif bisa menjual 40 liter madu di showroom-nya yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani, Tanjung. Dari hasil penjualannya itu. Arif bisa mengantongi laba sekitar 20-25 % dari harga atau total keuntungannya bisa mencapai Rp 800.000 - Rp 1 juta per hari.

Usaha penjualan madu mumi khas Tabalong ini bermula dari keprihatinan hidup orang tua Arif yang memiliki tiga orang anak. Ayah Arif, Haji Hamidan bekerja sebagai petani perkebunan dan ibunya berprofesi sebagai guru sekolah dasar.

Saat itu, yang dipikirkan kedua orang tua Arif adalah bagaimana menyelesaikan sekolah ketiga putranya, mengingat mereka tidak memiliki tujangan keuangan yang memadai- Ibu Hamidan kemudian memutar otak untuk mencari tambahan uang bagi keluarganya. Dia kemudian memutuskan untuk menjual madu eceran yang dibelinya dari tukang puai atau pengumpul madu hutan di pasar Tabalong.

Tabalong merupakan salah satu Kabupaten yang terletak Kalimantan Selatan, salah satu lokasi di mana PT Adaro Indonesia, produsen barubara ramah lingkungan atau envirocoal, beroperasi pada 1984.

Selepas mengajar. Ibu Hamidan mulai memasarkan madunya kepada para pekerja tambang dan keluarganya. Bukan hanya untuk diminum sehari-hari, para pekerja tambang yang akan pulang kampung juga membeli madu hasil puai Ibu Hamidan untuk oleh-oleh ke-luarga mereka yang ada kota lain, seperti Jakarta, Surabaya, Palembang, dan Makasar.

Bersakit-sajdt dahulu, bersenang-senang kemudian. Kondisi itu benar-benar dirasakan Ibu Hamidan. Perlahan-lahan usahanya membuahkan hasil, dimana permintaan madunya semakin banyak. Keuntungan 1 dari usaha madu itu pun bisa I digunakan untuk menyeko-I lahkan ketiga anaknya hingga meraih gelar sarjana.

Perbaiki kualitas

Arif sebagai putra sulung berkeinginan membesarkan usaha yang dirintis orang tuanya tersebut. Yang pertama kali ada di benaknya adalah bagaimana memperbaiki kualitas madu. Untuk mendapatkan madu yang kental, akhirnya dia rela mengumpulkan sendiri madu dari sarang lebah wanyi di pedalaman hutan Meratus dan Ta-nahon. Kalimantan Selatan.

Tak jarang Arif harus berjalan bermil-mil dan bermalam berhari-hari di hutan bersama tukang puai, sebutan bagi orang yang mengambilmadu dari sarang lebah. Rasa waswas kadang menderanya kala di tengah hutan dengan penerangan lampu pijar yang sewaktu-waktu mati tertiup angin. Belum lagi ancaman ular berbisa dan binatang lainnya, hingga perampokan.

Namun rasa was-was tersebut, hams diabaikan. "Saya sudah masuk ke hutan, dan tidak akan kembali tanpa hasil. Saya harus mendapatkan madu yang bagus!" tegasnya.

Kegigihan dan usaha keras Arif perlahan membuahkan hasil. Pada tahun 2009, PT Adaro Indonesia mulai melirik potensi usaha madu Arif. Melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dibentuk tim CSR Adaro, dia mendapat bantuan untuk pengembangan usahanya.

Selain bantuan modal dengan bunga yang relatif kecil, Arif juga mendapat pembinaan berupa pengemasan madu yang higienis dan sesuai dengan ketentuan dari badan POM. Pengakuan dari badan ini sekaligus menunjukkan bahwa madu ini layak di konsumsi.

Dia juga mendapatkan pembinaan pembuatan nama merek atau brand agar pelanggan lebih me-ngenal madu wanyi ini. Pada 2010, Adaro membantu mengurus madu yang diberi nama madu Tiga Wanyi ini untuk mendapatkan perizinan dalam bentuk usaha perdagangan dari Badan POM setempat.

Tak berhenti dalam pembinaan dan dukungan permodalan, PT Adaro Indonesia juga memberikan alat pengurang kadar air seni-lai Rp5O juta, dan pengukur kadar air senilai Rp6 juta supaya produk madunya kental tanpa busa. Dengan bantuan tersebut, madu yang dihasilkan Arif masuk katagori grade A dengan kadar air hanya 22%.

"Saya bersyukur dengan adanya alat ini, karena madu yang diproses hasilnya lebih bagus, kandungan airnya habis. Madunya benar-benar kental dan aroma .yang keluar lebih kuat. Rasanya jadi lebih alami," tuturnya.

Dengan rasa madunya yang lebih alami dan kekentalan madu yang optimum, pelanggan Arif terus bertambah. "Setiap hari ada saja pelanggan baru yang datang. Sekarang, saya memiliki lebih dari 100 pelanggan setia, belum termasuk perusahaan, pemerintahan, dan in-stitusi lain".

Untuk menunjang pemasaran, Adaro memberikan hibah showroom seluas 16 meter untuk tempat memajang produk. Sejak menempati tempat itu, keberadaan madu Tiga Wanyi ini semakin terdengar oleh masyarakat luas.

Setiap harinya dia bisa menerima pesanan hingga 30-40 liter, sedangkan untuk lama proses produksi saja membutuhkan waktu dua hari dengan volume produksi sebanyak 200 kilogram atau sekitar 170 liter.

Permintaan madu Wanyi terus meningkat, meskipun Arif sering kesulitan mendapatkan pasokan madu akibat cuaca yang kurang baik atau kendala transportasi. Guna mengatasi kekurangan pasokan madu akibat keterbatasan transportasi, Arif kini berkeinginan membeli kendaraan khusus yang mampu menembus pelosok hutan untuk mencari madu.

Selain meningkatkan pendapatan keluarga, keberadaan UD Tiga Wanyi milik keluarga Arif ini mampu meningkatkan citra Tabalong sebagai penyuplai madu berkualitas. Perkembangan usaha tersebut juga mampu meningkatkan pendapatan para pemasok madu, baik yang berasal dari daerah sekitar maupun dari provinsi lain.

Arief kini memiliki sembilan pemasok madu yang masing-masing memiliki 5 sampai 10 orang anggota. Para pemasok ini rata-rata mampu mendapatkan madu sebanyak 500 liter per tahun.

Kisah sukses ini merupakan salah satu keberhasilan UKM yang dibina PT Adaro Indonesia melalui Lembaga Keuangan Mikronya. LKM ini berdiri sejak 2005 yang berfungsi memberi bantuan permodalan dan pembinaan bagi UKM-UKM di wilayah operasional Adaro. Sektor-sektor usaha yang dibina LKM antara lain dalam sektor perdagangan, jasa, pertanian, perkebunan dan peternakan, dan industri rumah tangga.

0 komentar:

Post a Comment