Wednesday, July 13, 2011

Awal dan Akhir Usaha

Banyak anak muda dan orangtua yang mulai berusaha selalu bertanya, harus mulai dari mana? Saya selalu mengatakan. Anda bisa mulaj dari mana saja, yang penting jangan menunda. Mulailah dari sekarang. Sebab, tak ada orang yang menyentuh garis finis tanpa mulai dari garis start. Namun, berbeda dari lari maraton, Anda belum tentu akan berhenti di ujung garis tempat Anda memulainya

Saya ambil contoh yang gampang saja Sebuah hotel berbintang yang berdiri megah di Kota Padang temyata dimiliki seorang yang dulu memulai bisnis dengan berjualan pisang goreng di kaki lima. Pengusaha lainnya yang kini diberi gelar "Datuk Rangkayo" pengusaha minyak dan oli, dulu juga memulainya dari Pasar Senen dengan menyewakan lampu-lampu petromaks untuk pedagang-pedagang kaki lima Sahabat saya, Mohammad Syarif, pengusaha keramik, dulu memulai dengan perdagangan keramik-keramik KW 3. Kini dia memiliki sejumlah usaha, selain beberapa pabrik keramik.


Bila kisah itu belum cukup meyakinkan Anda, saya akan mengajak Anda mengenal lebih jauh dua nama pengusaha lain yang usahanya mungkin sudah

Anda kenal, yaitu CNI dan In-traco. Yang pertama dikenal sebagai pengusaha suplemen kesehatan yang dibangun melalui jaringan MLM dan yang kedua pengusaha alat-alat berat yang sahamnya diperdagangkan di bursa dan kini menjadi distributor alat-alat berat terkemuka

CNI Dari Aluminium Bekas

Abrian Natan kini dikenal sebagai diiefexecutive officer(QX.O) sekaligus pendiri PT Citra Nusa Insan Cemerlang (CNI), sebuah perusahaan suplemen kesehatan terbesar di Asia Tenggara. Produk andalannya sudah banyak dikenal pasar, sebut saja Sun Chlo-rella, Kopi Ginseng, Ester-C, dan Sun-O-Vit. Bagaimana CNI bisa menjadi seperti sekarang ini?

Abrian memulai usaha pada usia muda dengan mengumpulkan sisa-sisa aluminium potongan yang terbuang dari sebuah toko dan menjualnya kepada orang yang membutuhkan. Dari situ dia beralih ke bisnis minuman dalam botol dengan mempekerjakan banyak pegawai yang mendorong gerobak di berbagai titik keramaian Kota Bandung. Saat SMA dia menjadi pionir penjualan minuman ringan dengan gerobak. Pada

1982-1983 Abrian berbisnis jual-beli mobil. Belum sampai memiliki showroom mobil, Abrian dilamar kakak iparnya untuk mendirikan CNI. Bersama dua kakak dan seorang kawan, mereka pergi untuk melihat bagaimana Sun Chlorella dipasarkan dengan metode MLM di Malaysia, Singapura, Hongkong, dan Jepang.

Meski saat itu di Indonesia makanan kesehatan belum populer, mereka jalan terus. Pada 1 Oktober 1986 berdirilah PT Nusantara Sun Chlorella Tama (NSCT) dengan produk satu-satunya Sun Chlorella yang berbahan baku ganggang hijau air tawar dari Jepang. Hanya dalam waktu enam bulan, Kota Bandung berhasil dikuasai, lalu pindah ke ibu kota. Di Jakarta mereka menyewa ruko di kawasan Duta Merlin untuk berkantor. Lantai dasar untuk men-display produk sekaligus tempat presentasi dan pelatihan, sedangkan tiga lantai di atasnya menjadi tempat tinggal.

Banyak orang yang berpikir, sekali produk sudah di tangan dan nama sudah dikenal, semua urusan beres. Nyatanya tidak demikian. Kalau membaca buku saya yang berjudul River Company, Anda akan menemukanbetapa banyak liku-liku yang harus mereka hadapi.

Mulai masalah devaluasi, pembenahan distributor, pengembangan SDM, sampai urusan teknologi. Bergelut dengan masalah adalah seni yang harus dihadapi pengusaha sehari-hari. Namun, berkat ketekunan dan manajemen yang sophisticated, CNI kini telah berevolusi menjadi perusahaan besar Dalam area direct sellingyang menggabungkan industri single level marketing dengan MLM, CNI merupakan pemain terbesar. Pada 2004 saja CNI sudah menguasai pasar dengan nilai Rp 2,8 triliun. Posisi itu berarti mengungguli nama-nama besardalam dunia farmasi seperti PT Roche Indonesia dan PT Merek Indonesia Tbk

Intraco Dari Bengkel Becak

Saya baru saja diundang untuk berbicara di PT Intraco, sebuah perusahaan one stop service 6\ bidang alat-alat berat dan di situlah saya bertemu dengan Halex Halim, pendirinya lebih dari 40 tahun lala Prinsip mereka sederhana saja dengan kerja keras dan jujur, suatu hari bisa menjadi orang "yang dihormati

Pada 1992 perusahaan ini melakukan go public dan sejak itu kapitalisasi pasarnya berkembang dari Rp 60 miliar menjadi lebih dari Rp 1 triliun. Harga sahamnya pun sekarang mendekati Rp 2.500. Pada 2010 pendapatan perusahaan mencapai Rp 2 triliun. Intraco pun memiliki sejumlah anak usaha mulai dari bidang pembiayaan, penyewaan, penjualan alat berat baru dan bekas, kontraktor pertambangan, serta perakitan alat berat

Siapa menyangka bahwa usaha sebesar itu dibangun dari reparasi sepeda dan penyewaan becak Dai Lim Fang milik ayahnya? Bengkel di Palembang itu awalnya hanya dikenal karena tidak "mata duitan" Sayang, un-tungnya sedikit Halex dan kakaknya kemudian meminta izin ayah untuk fokus kepada bengkel sepeda, yang kemudian dibesarkan menjadi toko sepeda. Toko itu semakin besar ketika Halex merantau ke Jakarta dan menjadi pemasok barang-barang kebutuhan sepeda dari Jakarta untuk dikirim ke Palembang. Lama-lama dia terbiasa melakukan trading Aan impor. Berbekal pengetahuan itu. Halex kemudian menyerahkan usaha sepeda kepada keluarga dan dia mencoba bidang baru yang lebih bergengsi

Dia menjadi eksporter wig (rambut palsu) yang bahan-bahannya dikumpulkan dari Cilacap, Tegal, dan Jogjakarta. Ekspor rambut ke Hongkong bisa mencapai 4-5 ton rambut setiap bulan. Dia memboyong keluarga untuk tinggal di Hongkong. Tetapi, bisnis tak selamanya menguntungkan, apalagi saat Amerika Serikat memproduksi rambut sintetis yang lebih murah dan lebih mudah diwarnai. Usaha itu bangkrut Halex pun harus kembali ke Jakarta bersama istri dan anak pertamanya. Dia menganggur enam bulaa

Namun, pengusaha bukanlah telur yang bila jatuh mudah pecah. Pengusaha harus memilikikemembalan seperti bola tenis. Setelah enam bulan mengurung diri, dia mulai berani keluar untuk menemui banyak orang, sampai akhirnya Halex bertemu dua teman mainnya saat kecil, yang mengajak berdagang alat diesel dan traktor. Mereka membentuk UD Intraco (Usaha Dagang Indonesian Tractor Company). Saat banyak perusahaan kayu di Sumatera dan Kalimatan melakukan mekanisasi pengangkutan kayu. Intraco menawarkan penyediaan suku cadang dengan semboyan "Anda Perlu Kami Punya! Lalu, pada pertengahan 1980-an PT Intraco Penta resmi memegang agensi untuk Volvo Construction Equipment

Demikianlah seterusnya perusahaan dibenahi, diperbaiki manajemennya, lalu generasi kedua yang memiliki pendidikan Barat pun bergabung. Kini Intraco sudah berkembang demikian pesat. Sama dengan CNI, Intraco dan banyak perusahaan lain adalah contoh kewirausahaan yang tangguh. Semuanya berani memulai dan berproses meski tak tahu ujungnya akan bermuara di mana Maka, janganlah takut untuk memulai. Karena Anda akan bermuara di suatu tempat yang tak Anda duga, asalkan Anda berani memulainya. (*)

0 komentar:

Post a Comment