Tuesday, July 19, 2011

Mebel rotan Cirebon tergusur produk China

Kinerja industri mebel rotan di dalam negeri makin tertekan akibat kesulitan bahan baku dan kalah bersaing dengan produk China di pasar ekspor. Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKR1) Hatta Sinatra mengatakan ekspor bahan baku rotan yang justru dimanfaatkan China untuk membuat furnitur menekan ekspor mebel rotan nasional hingga 70%.

"Industri rotan di Cirebon kini bukan lagi pusat produksi rotan dunia. Saat ini, industri China bisa mengirim hingga 3.000 kontainer berisi mebel rotan setiap bulan, jauh lebih banyak dari ekspor mebel rotan Cirebon," katanya saat kunjungan Menteri Perindustrian M.S. Hidayat ke Aida Rattan, Cirebon, kemarin.


Pengusaha mebel rotan yang juga anggota Dewan Penasihat AMKR1 Soenoto mengatakan ekspor furnitur rotan dari Cirebon anjlok akibat persediaan bahan baku dari Kalimantan dan Sulawesi menyusut.

"Petani rotan lebih memilih ekspor daripada menjual ke perusahaan lokal. Ekspor mebel rotan turun hingga hanya tersisa 30%, padahal 95% dart produksi rotan dunia dihasilkan di Indonesia," katanya.

Volume ekspor mebel rotan merosot sejak pemberlakukan Peraturan Menteri Perdagangan No. 12 Tahun
2005 yang mengizinkan ekspor bahan baku rotan budi daya hingga 25.000 ton per tahun dan rotan setengah jadi hingga 10.000 ton setiap tahun.

Pada 2010, ekspor mebel rotan hanya 43.000 ton, jauh lebih rendah dari ekspor tahun sebelumnya 53.000 ton dan ekspor 2008 sebanyak 76.000 ton. Berdasarkan nilai, ekspor mebel rotan Indonesia pada 2010 mencapai USS138 juta, turun dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya US$167 juta.

Industri mebel di Cirebon, yang diklaim sebagai pusat kerajinan rotan nasional, memiliki 66 perusahaan yang mengekspor lebih dari 50 kontainer furnitur setiap tahun dengan penjualan rata-rata US$131,875 per bulan.

Selain itu, 268 perusahaan furnitur di wilayah kabupaten/kota tersebut mati suri karena tidak bisa lagi melakukan ekspor. Hatta menjelaskan penurunan ekspor industri rotan Cirebon tidak hanya sebatas berpengaruh pada eksportir besar yang mampu berproduksi dalam jumlah banyak.

"Banyak industri kecil menengah yang merupakan subkontraktor bagi eksportir juga terkena imbas karena kesulitan bahan baku walau jumlah pesanan relatif stabil," kata Hatta.

Jumlah industri rotan skala kecil menengah di Cirebon mencapai 1.224 unit usaha yang mempekerjakan 54.184 orang dengan kapasitas produksi 70.000 ton per tahun. Pada 2010, volume produksi kerajinan rotan di Cirebon hanya 8.296 ton, 90% di antaranya diekspor.

Tinjau kembali

Menperin mengatakan pemerintah akan meninjau kembali kebijakan ekspor bahan baku rotan dan berencana membangun terminal rotan di sentra industri yang menggunakan bahan baku tersebut.

"Penurunan produksi rotan disebabkan oleh kesulitan bahan baku, kekurangan tenaga kerja ahli dalam proses produksi dan desain, serta krisis ekonomi global. Untuk ekspor rotan yang masa berlakunya [Per-mendag] akan habis tahun ini."

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kemenperin Yama-nah menjelaskan keputusan mengenai dilanjutkan atau tidaknya Per-mendag itu akan ditetapkan pada Agustus atau Oktober 2011.

0 komentar:

Post a Comment