Wednesday, November 16, 2011

Mengemas laba dari bisnis kemasan

Industri packaging terus berkembang, mengikuti selera konsumen. Produk yang dikemas dengan menarik dan praktis, terbukti mampu memikat konsumen. Dengan sentuhan kreativitas dan kemampuan membaca pasar, banyak pemain di bisnis ini bisa meraih omzet yang menggiurkan.

Sebuah kemasan tak hanya berfungsi sebagai bungkus atau wadah makanan. Kemasan bisa menjadi salah satu kunci untuk menarik perhatian pelanggan.

Ya, selain melindungi barang yang dikemas, kemasan juga harus menarik dalam hal warna, gambar, tulisan dan bahan yang digunakan. Banyak produsen, terutama makanan dan minuman, sudah memperhatikan pentingnya kemasan.

Menurut data Indonesia Packaging Federation (IPF), omzet industri kemasan pada 2011 ini diperkirakan mencapai US$ 4,6 miliar atau naik 12% dibandingkan tahun lalu. Dari omzet sebesar itu, 31% disumbang kemasan berbahan dasar kertas. Sekitar 60% produk kemasan tersebut diserap oleh produk pangan dan sisanya untuk produk non pangan, khususnya farmasi.

Menurut Trunojoyo, pemilik CV Creative Design, produsen kemasan, mengatakan, dengan kemasan kreatif, pengusaha bisa mendongkrak omzet. "Mereka juga akan mendapatkan omzet berlipat," ujarnya.

Darningsih, pemilik Packaging House, pun melontarkan pendapat senada. "Kemasan atau packaging menjadi salah satu cara promosi produk yang dapat mendongkrak harga jual," katanya.

Pasalnya, selain memberikan kelebihan dari segi higienitas, packaging yang baik mampu menarik minat konsumen untuk mencoba. Dari kemasan pula, konsumen bisa memperoleh informasi lengkap soal komposisi bahan baku produk.

Sayang, masih banyak pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang belum menyadari pentingnya kemasan. "Mereka hanya membungkus produknya dengan plastik biasa," ujar Trunojoyo.

Padahal, keberadaan kemasan yang baik dan menarik, mampu membuka peluang bagi suatu produk untuk merambah pemasaran yang lebih luas. Bahkan, produk itu bisa mengisi pasar ekspor, karena dengan mencantumkan komposisi, tanggal kedaluwarsa, keterangan detail mengenai produk tersebut serta tempat pembuatannya, akan memudahkan pemasar mengembangkan rantai distribusi.

Bisnis packaging merupakan salah satu cara yang dapat membantu pengenalan industri pariwisata secara luas. Karena, dengan tampilan produk yang menarik dan mencirikan suatu daerah, secara tidak langsung turut mempromosikan keunikan dan keberagaman Indonesia.


Kendala bahan baku

Mulai menggeluti bisnis kemasan sejak 2009, Trunojoyo kini mampu memproduksi 100.000 hingga 125.000 pieces kemasan setiap bulan. Ia tak hanya menawarkan kemasan berbahan plastik, tapi juga material lainnya, seperti karton, dengan berbagai macam bentuk.

Karena itu, Trunojoyo mempunyai desainer khusus kemasan untuk menciptakan kemasan-kemasan unik, sesuai keinginan konsumen. Sementara, untuk memproduksi kemasan, ia mempekerjakan lima karyawan.

Harga kemasan produk Creative Design ini berkisar Rp 4.500 hingga Rp 10.000. Dalam sebulan, Trunojoyo pun bisa merengkuh omzet hingga Rp 60 juta, dari para pelanggannya yang tersebar di Jabodetabek dan Jawa Tengah.

Kebanyakan konsumen yang memesan kemasan pada Trunojoyo adalah industri makanan rumahan dan juga kerajinan tangan. Tiap tahun, Trunojoyo bilang, ada kenaikan permintaan kemasan hingga 20%.

Bisnis kemasan yang terus berkembang juga dialami oleh Darningsih. Packaging House yang memproduksi kemasan premium berbahan aluminium dan karton, menikmati lonjakan permintaan hingga 30%.

Dalam sebulan, Packaging House sanggup memproduksi 100.000 pieces kemasan berbagai bentuk dan ukuran. Mereka membanderol harga kemasan itu mulai Rp 3.000 sampai dengan Rp 10.000.

Selain dari bahan baku dan desain, penentuan harga juga ditetapkan dari jumlah pesanan. "Semakin banyak jumlah order, harga akan semakin murah," ujar Darningsih.

Tak berbeda dengan Trunojoyo, Darningsih juga mengincar produsen makanan dan barang kerajinan tangan sebagai pasarnya. Tak hanya di seputar Bandung, konsumennya berasal dari seluruh Indonesia.

Pada bisnis kemasan ini, Darningsih sangat mengutamakan standar kemasan nasional. Selain itu, sebagian besar kemasan produk makanan yang dibuat oleh Packaging House merupakan kemasan yang ramah lingkungan.

Namun, pasokan bahan baku sering menjadi kendala bagi industri kemasan. Tengok saja, pengalaman Maria Magdalena, pemilik D&D Pack. Ketika datang order dalam jumlah banyak, Maria acap sulit mendapatkan bahan baku. "Kalaupun ada, harganya cukup mahal," ujarnya. Salah satunya, kemasan karton yang berbahan kertas. Maria bilang, harga kertas cukup fluktuatif.

Supaya tidak rugi, Maria pun menetapkan order minimal sebanyak 5.000 pieces. Jika order kurang dari jumlah minimal, ia pun menetapkan harga yang sama dengan minimal pesanan. "Karena enggak bisa dijual eceran. Mau sedikit dan banyak harganya sama," kata Maria.

Soal harga, Maria membanderol harga kemasan bervariasi, tergantung jenis bahan baku dan ukuran. Harganya, berkisar Rp 750 hingga Rp 6.000 per pieces.

0 komentar:

Post a Comment