Monday, November 21, 2011

Stok Meluap, Harga Rumput Laut Jatuh

Tahun ini mestinya merupakan tahun yang menggembirakan bagi para petani rumput laut. Betapa tidak, menurut Jana Anggadiredja, Kfiua Masyarakat Rumput Laut Indonesia (MRLJ), produksi rumput laut nasional tahun ini bakal naik 55,49% dibandingkan tahun lalu.

Jika tahun 2010 produksi rumput laut 140.200 ton, ia memperkirakan tahun ini jumlah produksi tersebut akan mencapai 218.000 ton. "Secara keseluruhan kondisi cuaca lebih baik dari tahun lalu," kata Jana kepada KONTAN JMD.

Ia menjelaskan, kenaikan produksi terjadi karena penambahan daerah yang ikut membudidayakan rumput laut. Daerah baru tersebut menyebar di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Namun, gara-gara krisis ekonomi global di Eropa dan Amerika Serikat yang juga mulai menulari China, permintaan rumput laut turun. Akibatnya, harga jual rumput laut di dalam negeri melorot

Menurut pantauan harga MRL1, harga rumput laut kering untuk jenis cotonii rata-rata Rp (3.000 per kg. Harga ini turun 14,48% ketimbang September lalu yang senilai Rp 7.000-Rp 8.000 per kg. Tak jauh berbeda, rumput laut jenis gracillaria juga mengalami penurunan dari Rp 6.000 per kg menjadi Rp 4.500-Rp "OtiOperkg.

Jana yakin, penurunan permintaan rumput laut terjadi karena krisis ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika Serikat yang belakangan ini balikan ikut menyerang China. Karena itu, industri pengolahan rumput laut di China juga ikut menurun sehingga permintaan atas bahan baku rumput laut dari Indonesia berkurang. Padahal sekitar 80% dari total produksi rum-put laut kering Indonesia me-nyasar pasar ekspor, terutama ke China. Ketua Komisi Rumput Laut Indonesia, Farid Maruf, menyatakan, dari sekitar 170.000 ton mmput laut untuk pasar ekspor, hampir separuhnya atau 80.000 ton rumput laut kering dikirim ke China

Selain pasar yang menyusut, penurunan kualitas rumput laut merupakan penyebab lainnya. Penyakit ais-ais menyerang tunas tanaman rumput laut sehingga rontok dan mati. "Meski tidak separah tahun 2001-2002, namun penyakit ini masih banyak ditemui,"kata Jana.

Namun, Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Ketut Sugema punya pandangan yang berbeda. "Krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika tidak terlalu signifikan mempengaruhi ekspor rumput laut," kata Ketut, tanpa menguraikannya. Namun ia sepakat, budidaya rumput laut di dalam negeri belum optimal.

Kembangkan produk

Untuk mengembangkan industri rumput laut, ia berharap ada pengolahan lebih lanjut sehingga memberi nilai tambah bagi para pembudidaya Ketut mencontohkan, saat ini masyarakat Desa Kutuh, Bali telah melakukan pengolahan dalam skala rumahtangga dari kelompok-kelompok pembudidaya. Mereka mengolah rumput laut menjadi kerupuk, jus, agar-agar, dan olahan pangan lainnya.

Dengan berbagai diversifikasi produk olahan ini, nilai tambah rumput laut menjadi berlipat ganda Ketut mencontohkan, harga rumput laut kering sekitar Rp 9.000-Rp 10.500 per kg. Tapi setelah diolah menjadi tepung, harganya langsung melejit menjadi Rp 35.000 per kg.

Dalam rangka diversifikasi produk olahan rumput laut, KKP membangun sebuah pabrik pengolahan rumput laut di Bali, yaitu untuk mengolah rumput laut menjadi tepung.

Saat ini, jumlah pembudidaya rumput laut yang berada di Kabupaten Badung sebanyak 350 orang. Adapun jumlah Kelompok Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Badung tahun 2011 mencapai 9 kelompok. Sementara jumlahnya di Desa Kutuh sebanyak 5 kelompok. Kelompok tersebut berbentuk Kelompok Usaha Wanita Tani pengolah rumput laut Desa Kutuh kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

0 komentar:

Post a Comment