Thursday, November 17, 2011

Menyulap Limbah Industri Hutan Jadi Rupiah

Sektor usaha sentra kerajinan tangan semakin banyak diminati berbagai kalangan demi menambah pemasukan. Bahkan, jika seorang mampu merintis, melihat peluang, serta cerdik memanfaatkan apa pun yang ada di sekitarnya, bisnis kerajinan tangan bukan tak mungkin bisa menjadikan siapa pun sukses.

Bambang Sukamto, pria asal Ngawi, Jawa Timur, ini salah satu contoh orang yang jeli memanfaatkan segala potensi, baik potensi dalam diri maupun alam. Di sisi lain, keahliannya mengolah barang mentah menjadi barang berkualitas sudah terasah sejak kecil. Bambang awalnya hanya mengumpulkan bekas limbah industri hutan di daerahnya berupa kayu-kayu bekas dan akar kayu jati yang biasa dia cari lalu dijual kepada perajin setempat. Dari hasil menjual limbah hasil produksi hutan, lalu dia kumpulkan untuk membuat industri kerajinan dari limbah kayu.

Bermodalkan Rp 5 juta. Bambang memberanikan diri membuka uaha kerajinan tangan industri kayu bekas. Tepat pada pertengahan 2003, dia membentuk sentra usaha kecil menengah yang dia beri nama UD Tunggak Mas. Awal berdiri, usahanya tentu mengalami banyak rintangan dan hambatan.

"Saya punya uang sedikit, lalu mencoba ikut-ikut kerajinan seperti itu. Lama-kelamaan kita dikenal oleh para perajin. Akhrinya kita berjalan sampai sekarang," katanya kepada SH saat ditemui pada acara pameran Indocraft beberapa waktu lalu di Jakarta.

Namun, Bambang tak mau menyerah. Memanfaatkan keahliannya mengukir kayu, ia mencoba suatu yang berbeda dari kerajinan tangan yang ada di daerahnya. Idenya tersebut ia tu-angkan dalam bentuk kerajinan mebel dan furnitur dari limbah kayu jati dan akar kayu jati.

"Desain muncul dari ide sendiri dan konsumen. Terkadang ide muncul daribentuk akar yang ingin dibuat, jadi kita olah. Kita ambil dari hutan dan manfaatkan. Tinggal kita lihat bentuk kayunya, cocoknya dibuat apa," ujarnya.

Gayung bersambut, ide-nya tersebut mendapat reaksi positif dari konsumen. Hasil produk kerajinannya banyak diminati pasaran. Dari situ, usahanya kemudian mulai berkembang. Dengan prioritas kualitas baikdengan harga wajar. Bambang mampu memberikan kepercayaan bagi para konsumennya.

Bahkan, saat ini biaya produksi per bulan mencapai Rp 20 juta. Dia juga menjual produk furnitur olahan kayu jati dan akar jati dengan kisaran harga Rp 150.000-50 juta. Untuk harga sampai Rp 50 juta, dia menyebutkan jika barang tersebut sudah antik dan konsumen sudah sangat tertarik pada bentuknya.

UKM-nya kian maju tatkala mulai menjadi mitra binaan dari Pertamina Surabaya. Dari Pertamina, Bambang diberikan penyuluhan manajmen usaha yang baik, sekaligus tambahan modal sebesar Rp 25 juta. Produknya yang tadinya hanya terkenal di Jawa Timur, dengan menjadi Binaan Pertamina Surabaya, kini produknya sudah mulai merambah pasar lokal bahkan sudah diekspor sampai ke Lebanon.

"Alhamdulillah, kita sudah berjalan hampir lima tahun jadi binaan Pertamina. Pertamina mampu memberikan kami solusi dalampemasaran. Kami sering diikutsertakan dalam berbagai pameran sehingga masyarakat tahu produk kami. Dengan begitu, usaha kami semakin berkembang," ucapnya.

Berkat kemajuan usahanya, kini Bambang telah mempekerjakan 25 orang ini. Selain itu, diajuga mempekerjakan buruh upah tatkala sedang kebanjiran pesanan baik dari dalam maupun luar negeri.

0 komentar:

Post a Comment