Sunday, November 13, 2011

Kisah Kue J n C yang Taklukan Asia

Berbisnis makanan memang tidak pernah ada habisnya. Diawali dengan memulai usaha rumahan membuat kue di rumahnya 15 belas tahun lalu, sepasang suami istri ini kini telah memiliki 400 karyawan. Kue kering produksinya pun kini sudah dapat dinikmati di Malaysia, Brunei Darusssalam, dan Singapura.

Adalah Dedi Hidayat dan istrinya, pendiri sekaligus pemilik J n C Cookies. Setelah kurang lebih 15 tahun menjalankan bisnisnya, sekarang ia mampu memproduksi sekira 57 jenis kue kering berbagai rasa. Tak hanya itu saja, Dedi kini mempekerjakan 400 karyawan, di mana 100 di antaranya telah diangkat menjadi karyawan tetap.

"J n C itu kepanjangan dari nama anak saya, Jodi dan Cindy," ungkap Dedi ketika okezone berkunjung ke toko sekaligus pusat produksinya di kawasan Bojongkoneng, Bandung belum lama ini.

Setiap tahun, menurutnya ia dapat memproduksi sekira 600 ribu toples per tahun dengan omset penjualan sekira Rp30 miliar. Namun, ketika momen Lebaran, omzet produksinya bisa naik hingga 70 persen dari bulan-bulan biasa.

"Setahun, permintaaan kue kering saya selalu naik sekira 20 sampai 30 persen. Namun kalau Lebaran jumlahnya memang naik tinggi, sampai 70 persen dari bulan-bulan biasa, yang paling banyak dipesan tetap kastangles dan nastar," lanjut dia.

Selain selalu menggunakaan roombutter dan keju edam asli, Dedi mengaku bahwa salah satu keberhasilan usahanya adalah selalu menciptakan kreasi baru dari ragam kuenya.

"Setiap tahun, biasanya kami menambah lima sampai sepuluh varian baru  cookies. Basic-nya, semua yang kita coba dan kita tertarik harus jadi cookies, misalnya yang terakhir ini jengkies cookies, cookies jengkol. Nanti di masa Natal kami siapkan pete cookies," ungkapnya sambil tersenyum.

Selain selalu menambah varian produknya, ia juga mengembangakan sistem cookies isi ulang layaknya air minum galon. Jadi, setiap pelanggannya akan dipinjami rak toples, setiap kali merasa bosan, konsumen dipersilahkan untuk mengganti rak toplesnya menjadi baru.

"Setiap bulan kami punya tema yang berbeda-beda, misalnya kalau mau Lebaran kan temanya masjid, bulan depan bisa ganti lagi. Pokoknya pelanggan pinjam saja, tidak usah beli, asal sudah punya toplesnya, kalu cookies habis tinggal isi ulang. Persis seperti galon air," ceritanya.

Kegigihan dan keerja keras dedi berbuah manis. Menjelang Iimlek dan Natal tahun ini, ia telah siap mengekspor barang hasil produksinya ke Hong Kong, setelah tiga negara lainnya seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura telah berhasil ditaklukannya.

"Kita sudah ready masuk ke Hong Kong, setelah tiga negara sebelumnya kita pakai nama lain, di Hong Kong itu kita akan pakai merk sendiri dan ada label made in Indonesia-nya," ungkap Dedi bangga.

Meskipun begitu, ia mengakui bahwa pasar dalam negeri masih menjadi andalannya. "Pasar ekspor paling hanya lima persen," akhirnya.

0 komentar:

Post a Comment