Tuesday, November 1, 2011

Menjinjing laba dari produksi tas wanita ala Korea

Maraknya fesyen ala Korea di kalangan wanita remaja bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan. Salah satunya dengan membuat tas wanita remaja dengan desain ala Korea. Dengan membuat tas ini omzet bisa puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.

Setelah era Harajuku Style, dunia mode di Tanah Air terus mencari kiblat baru. Nah, kiblat baru itu masih bertetangga dengan Harajuku yang berasal dari Jepang, yakni gaya model yang dikenal sebagai Korean Style. Mode asal Korea itu tak hanya soal busana, namun juga tas.

Nah, pembuatan tas fesyen ala Korea inilah yang ditekuni oleh Vidia Chairun Nisa dan Syamsul Hadi, serta banyak perajin tas lainnya. Maklum, tas model anak muda Korea ini memang lagi jadi tren dan laris manis di pasaran.

Vidia sengaja membidik segmen remaja wanita yang gemar fesyen dan cenderung suka belanja. Kepada wanita muda penggemar fesyen ini, Vidia menawarkan aneka tas ala Korea. Tentu tas ala Korea bikinan Vidia ini bisa lebih murah dari tas asli asal Korea. Lihat saja, tas asal Korea, di pasar tas ibu kota bisa mencapai Rp 3 juta per buah. Adapun tas ala Korea buatan Vidia hanya seharga Rp 139.000 - Rp 219.000 per buah.

Soal model dan desain, pembeli tak usah khawatir karena Vidia mengadopsi desain, bentuk dan pola tas ala Korea. "Bahkan tas itu saya tambah lagi dengan aneka modifikasi," terang Vidia yang menyematkan merek Gembool pada tas yang untuk kaum wanita itu.

Vidia yang sudah berjualan tas sejak 2008 itu melakukan beragam modifikasi warna, menambah aksesori, hingga membuat tas dengan ukuran beragam. "Soal kualitas tas kami tidak kalah dengan tas bermerek lain," klaim Vidia yang punya bengkel produksi sendiri di Jakarta.

Untuk memproduksi tas itu, Vidia mempekerjakan 20 karyawan yang setiap bulan mampu menciptakan empat varian tas baru. Di antara varian tas yang terlaris adalah tas bermotif macan tutul dan motif berbentuk potongan koran atau majalah.

Berkat tas ala Korea ini, perempuan usia 25 tahun ini mampu meraup omzet hingga Rp 200 juta per bulan, dengan laba mencapai 40%. Vidia memperoleh omzet sebanyak itu dari berjualan tas melalui toko online bernama shop.gembool.com, juga dengan membuka jaringan pemasaran ke butik-butik dan pedagang tas di Bandung dan Jakarta.

Tak mau ketinggalan, Syamsul Huda, perajin tas di Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, kini juga sibuk membuat tas ala Korea. Syamsul tertarik membuat tas ala Korea karena ada pesanan dari para pedagang tas. "Saya akhirnya ikut bikin tas gaya Korea itu," terang Syamsul.

Tentu Syamsul tak kesulitan membuat tas ala Korea itu. Maklum, sebelum kepincut dengan tas ala Korea, Syamsul sudah sejak 1991 terlatih membuat tas apa saja. "Bedanya ada pada warna, tas ala Korea memiliki warna yang mencolok," terang Syamsul.

Selain itu, ciri tas ala Korea memiliki banyak kantong ketimbang tas wanita biasa. Selain itu, tas ala Korea ini lebih banyak menggunakan aksesori seperti rantai.

Karena banyak permintaan, Syamsul juga rajin membuat desain baru. Dia mencari pola desain itu dari berbagai sumber, mulai dari majalah mode hingga dari dunia maya. "Sekarang jumlah produksi saya sudah ratusan pieces," jelas Syamsul yang mengaku memiliki omzet Rp 110 juta per bulan itu.

Berbeda dengan Vidia, Syamsul memasarkan produknya langsung ke distributor tas yang ada di seluruh Indonesia. Syamsul mengaku tidak terlalu tertarik untuk berjualan melalui online seperti halnya Vidia. "Jualan lewat internet terlalu rumit," katanya.

0 komentar:

Post a Comment