Thursday, November 24, 2011

Daur Ulang Mebel Bekas Berkualiatas

Ragil Nugroho (Bandung) Untuk menyediakan mebel daur ulang yang antik, pedagang mebel di Tamansari, Bandung mencari mebel bekas dari gedung tua, museum hingga ke luar negeri. Tapi tak seluruh mebel tua didaur ulang, pedagang hanya mencari mebel tua dari kayu yang berkualitas.

Terkenal sebagai pusat pejualan mebel murah tidak membuat pedagang mebel di Sentra Tamansari, Bandung menyepelekan kualitas. Mereka menjual mebel daur ulang dari mebel bekas pakai yang terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi.

Darmayadi, pemilik toko Lancar Jaya bUang, tak semua mebel bekas atau mebel tua itu yang terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi. Untuk mencari mebel bekas berkualitas tinggi itu, pedagang mesti mengetahui jenis kayu yang digunakan, termasuk bentuk serat kayu pada mebel itu. Darmayadi memberi contoh, mebel daur ulang yang banyak diminati adalah mebel yang terbuat dari kayu jati belanda, meranti atau kayu kamper.

Untuk mendapatkan mebel bekas berkualitas itu tidaklah mudah. Darmayadi harusmemiliki banyak jaringan untuk mendapatkannya. Biasanya, ia mendapat pasokan mebel bekas dari pemilik bangunan tua, rumah pejabat diplomatik atau dari museum. "Jaringan luas dibutuhkan untuk mengetahui sumber mebel bekas itu," terang Darmayadi.

Baru-baru ini, Darmayadi baru saja membeli sebuah kursi bekas dari gedung Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Kursi bekas pakai itu dibeli seharga Rp 2 juta per unit. Ia mengaku berani beli tinggi karena kursi itu terbuat dari kayu eboni yang bernilai tinggi. "Setelah didaur ulang kursi saya jual seharga Rp 7 juta," kata Darmayadi.

Menurut dia, pembeli mebel daur ulang kebanyakan penggemar barang antik.. Semakin tua dan semakin berkualitas kayu mebel bekas tersebut, maka semakin banyak kolektor yang akan memburunya

Sementara itu, Indrawan Hikmawan, pemilik toko mebel Hikmah menempuh cara berbeda untuk mendapatkan pasokan mebel bekas. Karena sudah 20 tahun bekecimpung di dunia mebel, Indrawan bisa mendapatkan mebel bekas dari mancanegara, seperti Italia, Belanda dan Perancis. "Jika kayu mebel bekas impor itu bagus, saya berani beli hingga Rp 5 juta per unit," tegasnya.

Namun begitu, pasokan mebel bekas mancanegara itu tidaklah rutin. Indrawan harus bersabar menunggu mebel bekas itu datang ke Indonesia. "Pasokan datang sebulan sekali itu sudah bagus," ujar Indrawan.

Ia berani membeli tinggi mebel bekas dari luar negeri itu karena pasarnya yang menarik. Mebel daur ulang dari mebel bekas impor itu juga banyak dicari oleh kolektor benda antik. Tapi memang jumlah pembelinya terbatas," terang Indra.

Karena pasokan mebelbekas dari luar negeri terbatas, Indrawan pun terbatas menjualnya. Dari seluruh penjualan Indrawan, mebel daur ulang dari mebel bekas impor itu hanya menyumbang 30%.

Penjualan Indrawan terbanyak datang dari penjualan mebel daur ulang yang terbuat dari mebel bekas lokal. Selain itu penjualan Indrawan datang dari penjualan mebel yang terbuat dari kayu bekas industri. Tak hanya itu Indrawan juga mengantongi penjualan dari mebel yang terbuat dari kayu baru.

Untuk menjual mebel kayu baru, Indrawan lebih banyak ikut tren pasar mebel. Sedangkan bahan kayu yang digunakan berasal dari kayu jati dari Jawa Tengah. "Mebel baru lebih banyak berdesain minimalis yang tidak memerlukan banyak ruang," terang Indrawan.

0 komentar:

Post a Comment