Wednesday, November 30, 2011

Industri Batik Jabar Fokus Garap Pasar Lokal

Industri batik Jawa Barat (Jabar) lebih baik fokus terlebih dahulu untuk menggarap pasar lokal. Selain potensinya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, selama ini permintaan lokal pun belum tergarap secara maksimal. Masih banyak celah yang justru diisi kain bermotif batik atau biasa disebut batik printing, produksi Cina.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat Ferry Sofwan. Seperti diberitakan "PR" sebelumnya, komposisi pasar ekspor batik Jabar diperkirakan masih di bawah 10 pereen. Sementara itu, pasar lokal, sejauh ini baru tergarap sekitar 70 persen.

"Dengan keberagaman motif batik yang ada, menurut saya, untuk sekarang lebih baik fokus pada pasar lokal sambil mencoba menjajal pasar ekspor. Apalagi, orang kita punya budaya batik. Potensi pasarnya sangat besar. Ini yang harus digarap," katanya.

.lik;i jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Provinsi Jabar diasumsikanberjumlah 15.000 orang, dengan keharusan menggunakan batik bebas seminggu dua kali, diperlukan sedikitnya 30.000 pakaian batik. Sementara itu, umumnya PNS tidak menggunakan batik yang sama setiap pekannya.

"Mereka pasti membutuhkan lebih dari dua pakaian batik. Belum lagi PNS kabupaten/kota. Kalau rata-rata setiap kabupaten/kota memiliki 10.000 PNS. dengan 26 kabupaten/kota, berapa banyak kebutuhannya," kata Ferry.

Belum lagi, menurut dia, dengan pelajar sekolah dari tingkat TK sampai SMA. Begitu juga karyawan swasta. "Ini pasar yang cukup besar. Itu baru dari pakaian kerja, dan seragam sekolah, belum masyarakat umum," ujarnya.

Menurut dia, industri batik Jabar juga harus konsen menggarap pasar menengah ke bawah yang selama ini lebih banyak diisi produk Cina. "Para pelaku industri batik harus berpikir bagaimana menciptakan motif dan model batik yang menarik sesuai selera pasar, dengan harga murah," katanya.

Melalui langkah tersebut. Ferry meng-aku optimistis, industri batik Jabar akan semakin berkembang pesat. Di sisi lain, upaya ini juga bisa membendung banjirnya tekstil dan produk tekstil (TPT) asal Cina. "Harapannya, batik Jabar bisa berkiprah di ranah nasional," katanya.

Saat ini, tutur dia, nilai transaksi batik Jabar diprediksi mencapai Rp 25.miliar per bulan. Memasuki Ramadan, nilai transaksi bisa terdongkrak hingga dua kali lipat, mencapai Rp 50 miliar per bulan.

Untuk membuka pasar ekspor, menurut Ferry, saat ini Jabar terus aktif mengikutsertakan produk batiknya pada sejumlah pameran bertaraf internasional, seperti Ina Craft. Sejauh ini. menurut dia, nilai ekspor batik Jabar sudah terbilang besar, walaupun dari segi volume masih kecil.

Sementara itu. Ketua Umum Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB), Sendy Dede Yusuf mengatakan bahwa untuk saat ini pengembangan batik Jabar masih fokus ke pasar lokal. Namun, pada waktu yang bersamaan juga dilakukan penjajakan ke sejumlah pasar ekspor potensial.

0 komentar:

Post a Comment